7. Everyone Warned Me About Him

5.5K 284 7
                                    

so sorry ya kalau slow update ... enjoy reading! xoxo

Elena's Point of View

"Good morning, Jack." Sapaku dengan senyum lebar saat berpapasan dengan Jack di pintu masuk cafe.

"Good morning, Lena." Jack tersenyum ramah seperti biasanya kemudian menghampiri Jeff yang ada di mobil Range Rover hitamnya.

Aku hanya tersenyum pasrah melihat Jack dan Jeff yang larut dalam obrolan pagi mereka. Aku masuk menuju ruang ganti karyawan dimana Rea dan Ayana sudah siap dengan seragam karyawan cafe ini yang bertema kuning pastel.

"Good morning, guys." Ucapku dengan senyum riang yang sudah lama tidak aku tunjukkan semenjak kematian mom and dad.

"Hei, good morning princess." Ucap Rea sambil memelukku erat.

"Good morning my happiest girl." Ucap Ayana memelukku dan Rea.

"Aku sangat menyukai Lena yang versi ini." Ucap Ayana setelah kami mengurai pelukan.

"Versi seperti apa maksudmu, Ayana?" Tanyaku bingung.

"Lena yang bahagia." Rea dan Ayana berucap bersamaan kemudian mereka terkikik geli menyadari betapa kompaknya mereka.

Aku hanya bisa tersenyum melihat kekompakan mereka.

"Apa yang membuat Elena Hill bahagia hari ini?" Ucap Rea disertai kerlingan nakalnya.

"Aku bahagia karena badai salju yang membuat Petersburg terisolasi telah berhenti dan kita bisa beraktivitas normal lagi." Ucapku tersenyum kikuk karena sebenarnya bukan itu alasanku bahagia saat ini.

"Tidak mungkin berhentinya badai tadi malam menjadi alasanmu bahagia, sweetie. Seharusnya kau sedih karena sesi honeymoonmu dan Jeff telah berakhir." Ucap Rea menatapku dengan senyum manisnya yang dibuat - buat.

"Reaaaa... Bagaimana bisa? Kau tahu? Ummm aku kan belum cerita." Tanyaku penasaran

"Kemarin saat badai salju aku meneleponmu ingin tahu apa kau baik - baik saja di rumah sendirian. Tapi Jeff yang mengangkat teleponnya bukan kau. Dan Jeff bilang seperti ini "Lena sedang tidur karena kelelahan. Dia dirumahku sejak semalam. Jadi dia aman bersamaku." Kemudian menutup teleponnya. Dari situ aku tahu kelelahan seperti apa yang dimaksud Jeff." Rea berucap dengan menirukan suara dingin Jeff saat ia menceritakan apa yang dikatakan Jeff di telepon.

"Umm y-yaa se-sebenarnya itu alasanku tersenyum pagi ini." Ucapku malu.

"You did it, sweetie?" Ayana menekankan kata "it" dalam ucapannya.

"Yes I did, Aya." Ucapku tanpa berani menatapnya.

"I think Jeff is the right one." Ayana berucap dengan penuh keyakinan seraya menggenggam tanganku.

"Yes he is." Aku menatapnya dengan senyum yang masih setia menghiasi wajahku.

"I hope so." Ucap Rea kemudian keluar dari ruang ganti menuju dapur.

Aku dan Ayana yang bingung dengan reaksi Rea hanya bisa saling menatap dengan tatapan penuh tanya.

***

Hari sudah sore dan cafe sudah mulai sepi pengunjung. Aku menghampiri Rea yang sedang istirahat di belakang cafe.

"Rea, apa kau tidak setuju jika Jeff menjadi kekasihku?" Tanyaku ragu kemudian duduk disamping Rea.

"Ya ampun kau ini polos sekali. Aku bukannya tidak suka jika kau dan Jeff bersama. Aku hanya tidak suka kau melakukannya dengan pria yang baru 4 bulan kau kenal, sweetie. Aku sudah menganggapmu seperti adik. Aku hanya tidak ingin my little Lena disakiti oleh pria asing." Ucap Rea dengan senyum bijaksananya yang selalu aku kagumi. Rea bisa menjadi teman, kakak, dan ibu di waktu yang bersamaan.

To Love Too MuchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang