3

46.4K 1.2K 51
                                    

Brak...

" astagfirullah... anak monyet lewat pakek bh." Mocha mendengus mendengar kelatahan sang papah yang menurutnya dibuat – buat itu. kaget sih kaget, tapi gak usah ditambah mesumnya kali. Batinnya.

" mana ada monyet pakek bh papah, ih ngeselin deh." Mocha dengan kesal duduk disamping Fahmi yanga asik duduk disofa sambil makan kacang dan menonton tv.

" hehee... kaget kan Ocha ceritanya." Cengengesnya.

" tau ah kesel Ocha." Fahmi menatap anak semata wayangnya yang sudah menunduk kan kepalanya sambil melihat jari jempolnya yang gadis itu tekan.

Ya. Anaknya itu memang sama seperti almarhumah istrinya yaitu mamahnya Mocha, dimana jika sedang sedih atau gugup pasti menekan kuku jempol kanannya, mungkin untuk menahan kekesalan.

Kalau boleh jujur sebenarnya dia kasihan melihat sang anak yang tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu, mau bagaimana lagi sudah puluhan wanita ia coba dekati. Namun tak ada satupun yang bisa meluluhkan hatinya dan anaknya. Mungkin sudah takdirnya seorang Fahmi Azhari Putra menjadikan sang Istri tercinta, Miranda sebagai wanita satu – satunya dikehidupannya setalah sang ibu dan anaknya sendiri. tentu saja sebagai sang ayah tunggal ia juga harus bisa menjadikan dirinya sosok ibu, sejauh ini dia menguasai keduanya.

"Anak papah kesal kenapa hm ?" Mocha terdiam badannya kini sudah bergetar, tanpa sadar pandangannya buram dan butiran butiran Kristal air keluar dari matanya hingga membasahi pipi tembemnya.

"Papah." Ucapnya lirih memeluk Fahmi yang terdiam heran.

"Loh loh tuan putri papah kok nangis sih." Cukup lama buat Fahmi menunggu Mocha tenang dari tangisnya. Bahkan sampai dirinya hampir tertidur, kalau saja sang anak tidak melepaskan pelukannya dan membentaknya.

" papah ih ! anak lagi sedih juga bukan dihibur !" kesalnya.

" eh ? hah ?!! kubur ? emang siapa yang dikubur Ocha ?!!" ucap sang papah masih setengah sadar. Mocha menghentakan kakinya kesal.

" hibur pah bukan kubur !!" Fahmi meringis mendengar kekesalan anaknya.

" eh iya atuh geulis maapin papah, papah tadi salah denger. Okey sekarang coba anak papah ceritain apa yang membuat kamu bersedih hm ?" Hiburnya dengan mencoba bertanya titik masalah kesedihan Mocha, walau jauh dalam dirinya sangat tau apa yang menjadi masalah utama anaknya itu. ya. Siapa lagi kalau bukan anak sahabatnya si Rival itu, sicecunguk getek itu. Geli. ( note : maksudnya geli = getek)

" huh ! tapi papah janji dulu jangan bertindak apapun, diem disini."

Oke fiks ini pasti gara gara si Geli. Ya. Karena hanya seorang Geli-lah putrinya ini pasti melarangnya bertindak. Bukan maksudnya sok tau, tapi kalau misalnya yang membuat Mocha sedih adik – adiknya Geli, pasti putrinya bakal to the poin soal kekesalan atau kesedihannya. Tapi karena kedua orang yang dimaksudnya memang tidak pernah menebarkan permusuhan pada anaknya, jadi dia jarang ingin berkata – kata kasar pada dua anak muda itu, tapi kakaknya. Beuhh jangan nanya lagi, dia serasa ingin mencelupkan tuh muka tengil cowok yang selalu membuat anak satu – satunya menangis.

Poor Geli.

" iya papah gak akan bertindak kok."

" bener ?"

" iya sayang, emang kenapa sih ? si getek itu bilang apa sama kamu hm ?" Mocha mengerucutkan bibirnya kesal.

" Geli pah. Namanya Geli !" Fahmi menghela nafas. Mau Geli, jelly, atau geri salut ge, sabodo. Batinnya.

"Iya, Geli ngapain kamu lagi ? grepe grepe lagi ? biar papah kuliti nanti dia." Dengan gelagapan karena mendengar ucapan papahnya itu Mocha segera memeluknya erat.

OM Tetangga !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang