Pagi hari yang indah, tapi sepertinya tidak seindah suasana hati sang mertua. Lihat saja wajah Fahmi saat Geli dan Mocha datang kerumahnya, memang, sih, terlihat manis dan ramah tapi hanya berlaku kepada putrinya saja, garis bawahi saja. Karena hal tersebut tidak berlaku padanya, lihat saja tatapan tajam dan terkesan mengintimidasi milik lelaki tua (yang kesepian) itu berikan padanya. Tapi, sudahlah Geli sudah terbiasa dengan hal itu.
"Bagaimana kabar mu, nak? Kamu gak di apa-apain kan sama si Getex ini hmm? Dia gak nyakitin kamu kan? Atau dia selingkuh dari kamu? Tidak kan, jika benar lihat saja nanti bakal papah potong adiknya." tanya Fahmi panjang lebar sambil melihat keadaan anaknya dari atas sampai bawah.
Mendengar hal itu Geli seakan ingin berteriak. Iya gak saya apa-apain om cuman di bobol aja dan di ajak bergadang tiap malam atau berteriak Yakali di sakitin? yang ada saya kasih kenikmatan sama Mocha om, sampai mendesah gitu tiap malam bahkan tetangga saja sampai risih dengernya.
Karena ketidak mauan masalah tersebut bertambah panjang dan lama. Geli hanya bisa diam saja sambil menghela nafas.
"Aku baik papah, Kang Geli juga gak apa-apain aku, kok. Dan soal selingkuh aku setuju jika papah melakukan itu, tapi jangan sampai di potong, ya, pah. Nanti memang papah tidak mau punya cucu," Fahmi tertawa sumbang lalu membawa sang anak kepelukannya.
Sedangkan Geli yang mendengar sang istri berkata tersebut malah mendelik tajam ke arahnya.
"Tidak apa, kau akan mendapatkan yang lebih baik lagi," Fahmi membalas delikan tajam Geli, "Jangan menatap putriku dengan tatapan tajam mu itu!" Geli menghela nafas.
Ya, selalu saja Fahmi tidak pernah suka padanya sedari dulu. Dan hal itu di perburuk sejak dirinya menolak perjodohannya dengan Mocha dan memilih mantan calon istrinya waktu itu atau mungkin sejak dirinya hampir menyentuh Mocha. Ah untuk hal terakhir itu sepertinya tidak, karena Geli sangat yakin Fahmi tau bahwa sedari dulu Geli memang sudah sering menyentuh anaknya. Fahmi kan termasuk kedalam ayah yang posessive.
"Siapa yang selingkuh?" kata seseorang yang baru saja turun dari tangga.
"A'a Dimas!!" Mocha menatap orang tersebut antusias. Sedangkan Geli malah mendengus melihat orang tersebut ah lebih tepatnya mengetahui siapa orang bernama Adimas yang selama ini menjadi tanda tanya baginya.
@@@
"Jadi?"
"Aku berencana ingin meminjam modal pada papah, nanti jika mungkin usahaku berhasil aku akan menggantinya."
"Jika tidak?"
Geli menghela nafas.
"Tentu saja aku akan tetap menggantinya, aku akan berusaha mencari uang itu."
Ya, setidak sukanya Fahmi pada Geli tentu saja dia tidak bisa mentidakkan apa yang lelaki muda itu akan lakukan, terlebih lagi Geli adalah anak dari sahabatkan sekaligus menantunya-yang dia akui sedikit terpaksa-tapi tetap saja dia harus memberikannya entah alasan apa itu karena dia tidak ingin kehidupan putrinya selalu susah seperti sekarang. Owh tidak anak gue itu putri kerajaan bukan babu kerajaan. Batinnya.
"Dim, kamu tau apa yang harus kamu lakukan."
Lelaki berkacamata yang di panggil 'Dim' itu mengangguk mengerti.
"Iya, pah," katanya.
"Ya sudah, papah tinggal dulu sebentar ya kalian, mau ngambil hp di atas," kata Fahmi seraya berdiri dari duduknya dan pergi dari ruang tamu.
Mocha tersenyum senang, "Benarkan apa yang Mocha katakan Kang, Papah pasti kasih!" Geli tersenyum lalu menangguk.
"Iya, Terimakasih, ya, istriku."
Mocha tersipu malu.
"Ekhem...," dehem Adimas membuat keduanya tersadar bahwa mereka kini tidak hanya berdua tapi bertiga.
"Ocha sayang, kau bisa ambilkan minuman untuk A'a dan suami mu? tolong ya," Mocha mengangguk lalu melangkah kearah dapur meninggalka Geli dan Adimas.
"Apa?" tanya Adimas pada Geli yang menatapnya tajam.
"Jangan pernah memanggil istriku dengan sebutan itu!" kata Geli tajam.
"Apa salahnya jika seorang kakak memanggilnya dengan sebutan 'sayang' hem?" tanya Adiman lagi.
"Tidak ada yang salah," jawab Geli mencoba mengatur nada bicaranya lalu tersenyum menyeringai, "Apa harus ku ingatkan, jika kalian bukan lah adik-kakak kandung? lagipula, tidak ada seorang kakak yang menatap adiknya penuh cinta dan nafasu."
Adimas mendengus.
"Kau sadar akan hal itu ternyata, jaga istri mu dengan baik. Jangan sampai menyakitinya atau pun meninggalkannya karena aku yakin masih banyak lelaki yang mau menerimanya. Aku sendiri bahkan tidak masalah jika dia janda dengan atau tanpa anak dari mu."
"Kau!!"
"Hei, ada apa ini? apa kalian baru saja bertengkar?" tanya Mocha yang baru datang dengan nampan yang berisi beberapa gelas minuman yang baru di buatnya tadi.
"Ah tidak kenapa-kenapa, kok, Ocha. Kami hanya sedang perkenalan awal saja, iyakan Mr. Anggara?"
Geli mendengus.
"Hmm."
"Aku kira kalian bertengkar, bagus lah jika seperti itu aku harap kalian bisa saling mendekatkan diri!" kata Mocha antusias.
"Iya semoga," jawab keduanya walau di dalam hati mereka serentak bersorak, menyangkal dan berteriak
TidakkkkAKAN!!!
⛔⛔⛔
Sip lagi mood gua nulis,
semoga bisa besok up lagi ya 😅
KAMU SEDANG MEMBACA
OM Tetangga !
RomanceNote; ada 21+, Ada humornya, bukan fiksi penggemar . . Geli yang hari itu akan melangsungkan pernikahannya hampir saja batal. sang tunangan, pengantin wanitanya tidak datang kepernikahan mereka dan menghilang begitu saja dan sialnya lagi, satu-satun...