29

16.8K 501 21
                                    

"Hmm... kayaknya yang ini bagus, tapi Mocha sukanya yang ini. gimana kalau gak dihabiskan nanti."

"Sedang nyari apa?" tanya seseorang dari belakang Geli.

Geli terlonjak kaget dan menatap orang itu, sesaat tatapannya berganti menjadi tatapan dingin dan malas.

"Tidak ada urusannya denganmu!" katanya sambil mengambil acak salah satu kotak.

"Mocha tidak suka rasa Vanila. Dia lebih suka rasa coklat atau mocha... sepertinya kau salah membelinya."

Geli mendengus.

"Jangan ikut campur dengan kesukaan istri saya, TUAN ADIMAS yang terhormat."

"Aku tau kau tidak suka padaku."

"Baguslah kalau tau," celetuk Geli.

"Tapi setidaknya dengarkan aku, saat tinggal dirumah beberapa hari lalu Mocha berulang kali muntah karena susunya berasa vanila, katanya dia mual saat merasakannya tapi setelah saya membelikkannya yang berasa lain, Mocha baik-baik saja."

Geli terdiam mempertimbangkan.

"Terserah," katanya sambil menukar kembali kardus berisi susu hamil itu.

"Aku cinta sama Mocha, dan mau melakukan apa saja demi melindunginya," kata Adimas mengakui.

Geli terdiam tapi dengan susah payah lelaki itu mencoba menahan emosinya.

"Aku mengaku kalah, aku tidak akan mengganggu kalian, aku akan pergi."

"Pergi?"

"Ya," jawabnya.

"Kau tau, aku tidak masalah soal perasaanmu pada istriku karena aku tau kau cukup dewasa dalam menanggapi perasaanmu."

"Hati siapa yang tau bro. gua bisa aja berubah."

"Baru bisa, belum iyakan? Kenapa harus pergi, nanti tidak ada yang bisa membantuku menjaga Mocha lagi, dong."

Adimas menatap Geli lalu menghela nafas.

"Kau tau?"

"Sangat tau, mereka utusanmu kan."

"Aku hanya tidak ingin dia terluka."

"Sama, aku juga."

Adimas mendengus.

"Lalu kenapa kau melukai perasaannya jika kau tidak mau dia terluka, heh!"

"Ada beberapa alasan yang tidak bisa kujelaskan soal itu."

"Dasar penjilat."

"Tidak, aku hanya ingin membuatnya bahagia. Aku pikir dia tidak akan bisa mengikuti cara hidupku."

"Tapi ternyata bisa kan?"

"Ya, sudahlah."

Seketika keheningan menerpa keduanya.

"Jaga dia buat gue. Gue mungkin masih bisa menjaga dan melihatnya lewat jauh, tapi gue juga butuh orang terdekat untuk melakukan itu bukan?"

"Kau tetap pada keputusanmu?"

"Ya, dan aku akan datang berkunjung sesekali nanti."

Geli mengangguk mengerti.

"Terimakasih sudah menjaga Mocha selama ini, gue harap lo dapet nemuin yang lebih baik lagi nanti. Yang bisa ngobatin luka hati lo yang paling penting kalian saling mencintai."

" sama-sama dan terimakasih juga doanya. Gue harap kita bisa beteman."

"Ya, tentu."

Mereka saling berjabat tangan dan terkekeh bersama.

OM Tetangga !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang