18

27.8K 711 8
                                    

"Mo, maaf."

"Hmm."

"Mo?"

"Hmmmm ...."

"Ka-kamu masih marah?"

"Hmm."

Sudah cukup, kali ini Geli angkat tangan. Gara-gara minuman sialan dan fakta tak benar itu, Geli malah membuat segala hal yang seharusnya berakhir indah menjadi jauh dari kata indah.

"Ayolah Ocha, aku tidak sadar tadi malam."

"hmm ...."

"Ayolah, Mocha, aku sudah minta maaf tadi, jangan marah lagi ya!"

Mocha tetap diam tak mau berkomentar apapun. Kalau bukan karena aku sayang padanya, aku sudah meninggalkannya!

"Mo, jangan marah dong sayang!"

"Aku tidak marah," jawab Mocha pada akhirnya mebuat Geli tersenyum merkah.

"Te-"

"Tapi aku kesel sama akang!" tegasnya tepat diwajah sang suami.

Geli meringis.

"Kau bukannya bilang tidak marah tadi?"

"Bodo!"

Geli menghela nafas dan berkata, "Aku akan kerumah bunda. Mau ikut tidak?"

"Hmm."

"Hmm, itu iya atau tidak?"

"Iya!"

Sudahlah, Geli sudah lelah menghadapi kemarahan Mocha soal kejadian tadi malam. Biarkan wanita yang menjadi istrinya itu marah, kesal atau tak mau bicara padanya dan sebagainya. Yang jelas, dia sudah meminta maaf tadi. Toh, nanti juga Mocha akan kembali menjadi Mocha lagi, terutama saat bertemu dengan 2 curut-kedua adiknya-di rumah nanti.

Mereka, kan, sama-sama tak waras ... eh si dua curut aja, deh, yang gak waras. Istri gua mah, cukup waras.

"Kang!"

"Eh, kenapa Ocha?"

"Budeg!"

"Mocha gak baik, loh, ngejek suami!" peringat Geli membuat Mocha cemberut.

"Habis, dari tadi akang dipanggil malah diem, bae," kata Mocha kesal.

"Eh, itu okey maaf tadi aku sedang memikirkan sesuatu."

"Yasudah ayo!"

"Kemana?"

"Pikun!"

"Mocha!"

"Iya, iya, tadi sendiri bilangnya mau ke rumah bunda, sekarang malah nanya mau kemana."

Geli mengangguk mengerti dan mereka pun akhirnya segera pergi dari rumah menuju rumah bunda, mertua Mocha.

@@@

"Ocha!" teriak kedua adik Geli dengan nada yang terdengar sangat bahagia.

Merasa kedua adiknya yang menghampiri itu akan memeluk sang Istri, Geli mengubah posisi nya dan istrinya sehingga membuat kedua adiknya tersebut menubruk dan memeluknya.

Pluk ....

"Nah, gitu donk kalau kakak balik atau berkunjung kerumah itu, peluk!" ucap Geli membuat kedua adiknya itu tersadar mereka salah memeluk orang.

"Wahhhhhh ... kenapa jadi abang, ih najis!" kata Fary sambil mengusap-ngusap tubuhnya.

"Hmm... najis!" ucap Hillal ikut-ikutan seperti adiknya Fary.

OM Tetangga !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang