26

16.4K 504 5
                                    

"Ayo, mocha sayang. Kamu makan sedikit saja!"

"Gak mau!"

"Ayolah, Mo. Kamu gak kasian sama bayimu, dia butuh nutrisi. Setidaknya makanlah sedikit."

Mocha menatap Adimas dengan mata berkaca-kaca dan tak lama setelah itu tangisnya pecah. Adimas benar, dia butuh makan setidaknya jika bukan dirinya bayinyalah yang butuh makan.

Ya, sebenarnya Mocha minggu lalu, saat kejadian itu pergi ke café Geli tadinya untuk memberi kabar soal ini. soal bayi mereka. tapi Mocha malah, melihat sesuatu yang menyakitkan.

"Makan ya," bujuk Adimas. Mocha mengangguk dan mulai membuka mulutnya, dengan telaten Adimas menyuapi Mocha.

"Iya." mau tidak mau Mocha akhirnya memakan makanan yang dibawakan oleh Adimas.

Setelah makanannya habis. Adimas pamit ke bawah sebentar untuk menaruh piring serta gelas kotornya. Sedangkan Mocha? Wanita itu malah terdiam menatap sebuah figuran di meja kecil di kamarnya.

Ya, itu adalah figuran kecil atau semacam foto Gelinggo suaminya yang sengaja dia cetak dulu untuk menuntaskan rindunya sesaat pada sosok dingin itu.

"Aku rindu Om, tapi aku tidak tau kepada siapa aku harus mengadu," lirihnya.

@@@

"Bangsat lo anjing!"

Bugh...

"Bangke!"

Bughhh...

"Lo!!!!"

Bughh...

"Kalau lo gak suka sama Ocha jangan kawinin dia SETAN! Gak punya otak dasar lo, TOLOL!"

Pukulan dari adik keduanya berulang kalin diterima oleh Geli. Tanpa mau melawan, Geli hanya bisa diam. Sampai akhirnya, Rival sang Ayah memisahkan keduanya.

"JANGAN PISAHIN GUE DARI SI BANGSAT, YAH! DIA BANGSAT!"

"Udah jangan pukulin Kakakmu lagi, kasihan dia," kata Rival pada Fary.

Mau tidak mau diapun mengalah dan memilih pergi meninggalkan yang lainnya. Bagaimana tidak kesal? saat Kakaknya Hillal sedang diambang batas hidup dan mati, Geli malah membuat masalah baru.

"Yah," panggil Geli pada sang Ayah.

"Kamu kenapa sampai melakukan seperti itu pada dia, hmm? Gak kasihan sama istri kamu?"

"Geli bukan bermaksud gitu, yah. Geli juga gak tau, tiba-tiba aja si Monyet peluk Geli," katanya tidak mau menyebut nama orang itu.

"Ya sudah, sekarang kamu pulang. Bersihkan dulu badan kamu abis itu kamu kerumah mertua kamu, coba buat istrimu kembali mengerti," kata sang Ayah bijak.

Geli mengangguk mengiyakan.

@@@

Ting... tong...

"siapa-"

"Pah, ijinin saya ketemu istri saya, pah."

"Gak! Gak akan."

Seaakan frustasi dengan kelakukan Fahmi yang selalu mengusir dan tidak mengijinkannya bertemu dengan Mocha, dengan segera Geli menahan hal itu yaitu dengan cara memegangi kedua kaki Fahmi membuat pria paruh baya itu dengan sekuat tenanga mencoba melepaskan dirinya.

"Pah, saya mohon. Ijinkan saya bertemu dengan Ocha," kata Geli masih memegangi kaki Fahmi.

Fahmi memutar bola matanya kesal. ya Allah gini amat punya menantu.

OM Tetangga !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang