7

34.3K 972 28
                                    

Bugh...

" dasar bajingan lo !"

Bugh...

" sialan lo ! "

Bugh...

" dasar anjing !!"

Geli yang masih kaget tidak membalas apapun malah terkesan menerima, karena Fary adiknya yang memukulnya itu melakukan tanpa henti. Untuk sekedar info saja Fary termasuk anak karate ( pas SD) dan taekondo (pas SMP) udah tau mungkin seberapa hebatnya dia, bahkan saat smp dulu dia sering mengikuti juara dan memenangkan beberapa mendali.

Poor Geli.

" udah Ry kasian abang lo !" Hillal mencoba memisahkan Fary yang sudah seperti kerasukan setan. Mocha sendiri sudah menangis ditempatnya.

" tapi dia bangsat kak, dia udah lecehkan Mocha. Dasar anjing lo Geli !!"

" Fary dia abang lo Ry sadar oyy, kalau lo bunuh dia gimana nanti perasaan bunda." Mendengar Hillal mengatakan bunda membuat Fary berhenti memberontak dan menatap kakaknya yang sudah gak berdaya itu.

" kak lo urus kakak lo, gue urus Mocha." Fary membalikan badannya dan menatap Mocha yang sudah menangis dengan keadaan setengah terlanjang disofa. Fary menghela nafas lalu mengambil jaketnya yang ada disofa tempatnya menonton TV tadi, dan memakaikannya pada Mocha. Lelaki itu membawa tubuh Mocha kekamar yang biasanya dipakai untuk tidur gadis itu.

" lo tidur aja sekarang, maafin kelakuan abang gue. Oh iya jangan lupa kunci pintunya ya." Mocha mengangguk dan mulai memejamkan matanya. Tapi sebelumnya dia menuruti perkataan Fary untuk mengunci pintu.

Disisi lain diluar kamar.

"lo kenapa dah bang ?" tanya Hillal sambil membersihkan wajah Geli.

"maksud lo ?" jawabnya sambil meringis.

"iya kan lo tau lo udah mau tunangan, Momo juga perlahan mulai lupain lo tapi lo dengan teganya malah lecehin dia, gue yakin kalau saat itu gue gak bangun lo sudah mengambil harta berharga milik Momo." Perkataan Hillal sukses membuat Geli terdiam.

Sebenarnya saat Geli sudah mulai menciumi leher Mocha tadi Hillal sudah bangun, dia kira abangnya sedang meminta maaf karena telah membuat gadis itu sakit hati dengan cara memeluk gadis tersebut. Dilihat dari sisinya berada sih mereka memang terlihat berpelukan jadi dia biarkan. Disisi lain kalian tau sendiri lah orang bangun tidurkan butuh mengumpulkan nyawa apa lagi orang lemot seperti Hillal, butuh hingga bermenit – menit lamanya. Bahkan kadang hingga berjam – jam lamanya.

Setelah sadar bahwa posisi keduanya sudah berubah. Dengan keadaan Mocha yang ditindih oleh Geli, membuat nya mulai merasakan bahaya. Apa lagi dengan ucapan Mocha yang terus berkata 'lepas' dengan nada aneh membuatnya refleks membangunkan Fary disebelahnya, Fary sendiri malah menggerutu tak jelas pada Hillal waktu itu. tapi saat Hillal menunjuk kearah abangnya dengan segenap kesadaran Fary melangkah cepat dan memukuli dengan kalut abangnya.

"Gue sendiri juga bingung Il." Hillal menghela nafas.

"Jangan menyesal kak."

"Menyesal untuk apa?" Hillal mengangkat bahunya tak tau.

"Menyesal karena abang tanpa sadar telah kehilangan orang yang berarti dalam hidup abang. Mungkin." Geli mendengus pasti Hillal menghubungkannya dengan Mocha lagi.

"jangan bercanda, gue gak bakal kehilangan apapun."

"Iya sekarang enggak, tapi nanti pas Mocha dapet pengganti abang dan juga mendapatkan seseorang yang spesial dalam hidupnya, jangan salahkan dia atau siapapun jika itu malah membuat abang tersiksa."

OM Tetangga !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang