Suara lonceng memenuhi satu desa itu. Ryena dan ayahnya yang sedang menggumpulkan jerami kering, langsung terpanggil untuk menoleh ke sumber suara.
Orang-orang di desa itu berlarian ke rumah Tabib Zuan, karena lonceng tanda darurat itu memang berasal dari sana.
Ayah Ryena yang sedang mengikat jerami langsung menarik gerobak tuanya. Dipintakannya Ryena untuk melanjutkan pekerjaannya, sementara dia akan membawa gerobak itu ke rumah Tabib Zuan. Lagipula lonceng tanda darurat telah dibunyikan, mereka sedang berada dalam masalah.
"Ada apa ini?" tanya salah banyak warga yang berdiri di depan rumah Tabib Zuan.
Ayah Ryena memutuskan untuk meninggalkan gerobaknya dan meminta Ryena untuk berjaga sebentar, sementara dia akan melihat kondisi apakah keluarga Zuan memang memerlukan bantuan.
Ryena menghela napas, lalu menatap ke gerobak di sampingnya. Ada Riuka di sana, sedang membuat anyaman dari irisan bambu tua.
"Ryena!" sapa Riuka sambil menghentikan kegiatannya. "Ada apa ini? Kenapa ramai sekali?" tanyanya kebingungan.
"Kau terlalu seru memainkan irisan bambu sampai-sampai tidak menyadari apapun, ya?" tanya Ryena dengan nada sarkastik.
"Aku benar-benar tidak tahu. Apa yang terjadi?"
Ryena mengendikkan bahu, "Sepertinya keluarga Zuan butuh bantuan. Mereka membunyikan lonceng mereka."
Keadaan ramai yang terjadi saat ini bukanlah hal yang biasa. Karena kebaikan Tuan Zuan untuk mengobati orang susah secara cuma-cuma, warga-warga desa juga dengan senang hati membantu keluarga mereka apabila mereka dalam kesusahan. Seperti saat ini, misalnya.
Padahal Ryena ingat sekali, kemarin saat mereka membunyikan lonceng yang telah berkarat itu, tidak ada yang datang untuk membantu mereka. Ryena membunyikan lonceng itu bukan karena mereka kekurangan makanan atau hal lain, tetapi karena saat itu ibunya batuk berdarah. Ryena dan ayahnya tidak tahu harus berbuat apa saat itu.
Dan satu lagi, Ryena tidak tahu apakah Tabib Zuan telah kembali atau belum, tetapi Ryena belum melihatnya sampai hari ini.
Kerumunan di depannya terlalu tinggi dan padat, Ryena tidak bisa melihat apapun.
"Pengumuman, semuanya."
Ekspresi wajah Ryena langsung berubah, hanya dalam sedetik.
Suara Nenek Zuan yang terdengar penuh kebanggaan dan keangkuhan itu membuatnya ingin mendatanginya dan menyatukan mulut Nyonya Zuan agar dia tidak bisa berbicara lagi.
"Dia pasti akan menyombongkan sesuatu," ucap Ryena dengan yakin.
Dan benar, beberapa saat kemudian, Nenek Zuan kembali berbicara.
"Barusan aku mendapatkan pesan dari Kerajaan Cahaya, bahwa suamiku telah dinobatkan menjadi tabib istana. Mulai hari ini, dia akan tinggal di Kerajaan Cahaya. Jadi, kalian semua berhentilah mengetuk pintu rumah ini dan menyusahkanku. Aku tidak tahu apapun soal obat herbal."
Ryena bisa mendengarkan banyak warga yang mengeluh dengan ucapan Nyonya Zuan. Tabib Zuan yang menjadi tabib istana mungkin adalah kabar yang baik, tetapi sesungguhnya, itu adalah kabar buruk bagi para warga sekitar.
"Kalau Tabib Zuan menjadi tabib istana, bagaimana dengan kami?"
Ryena ingin sekali menepuk kepalanya sendiri atas pertanyaan semacam itu. Tentu saja Nyonya Zuan yang angkuh itu tidak akan memedulikan apapun selain memamerkan kesuksesan suaminya itu.
"Memangnya di desa ini hanya ada satu tabib?" tanya Nyonya Zuan balik dengan kesal.
Mereka semua saling berpandangan bingung. Bingung dengan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya tanpa adanya keberadaan Tabib Zuan yang baik hati itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEMBLANITY - The Kingdom of Light [END]
Fantasy[Fantasy & (Minor)Romance] Ryena hanya seorang gadis desa yang namanya tiba-tiba dikenal seantero negeri karena kekuatannya untuk menyembuhkan penyakit apapun. Suatu hari, Ryena dan keluarganya diundang di Kerajaan Cahaya untuk menyembuhkan penyaki...