13

18.3K 3.4K 212
                                    

Wujudnya tidak jauh berbeda dengan sosok Pangeran Zephran. Bedanya hanya di ekspresi dan tingkah mereka yang jelas berbeda. Seorang Pangeran Zephran yang walaupun baru dikenalnya hari ini, tidak akan mungkin menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki seperti tengah menilainya.

Ryena mendapati hampir seluruh ruangan acak-acakan dan ada satu cakaran besar pada pintu kayu tempat tadi dia menunggu Ryena keluar.

Ryena melirik jari-jari pangeran yang kini lecet di beberapa tempat. Selanjutnya, matanya kembali fokus menatap sosok pangeran di depannya.

"Jadi, siapa sebenarnya dirimu?" tanya Ryena, sambil melangkah keluar dari pintu pelan-pelan, dan menutupnya kembali dengan sama pelannya.

"Sebelum berbicara, ayo duduk dulu."

Dia menuntun Ryena ke meja makan yang tadinya sudah dalam keadaan terbalik, membuat posisinya kembali seperti semula dengan begitu mudahnya, seolah meja marmer yang diangkatnya seringan bulu. Ryena baru ingin menghujatnya dalam hati dan memikirkan cara untuk memutar balikkan situasi ini, tetapi dia kaget saat melihat pangeran menarik kursi untuk dirinya.

"Sebenarnya kau tidak perlu melakukan ini, aku bukan putri."

Ryena mulai muak karena disangka sebagai tabib dan juga putri, tetapi tidak ada yang salah dari itu. Keadaan yang dihadapinya sekarang memang membuat pandangan semua orang menjadi seperti itu.

"Baru kali ini ada seorang gadis kecil yang berani datang sendirian di sini. Apa kau juga tabib yang berusaha mengobati Zephran yang malang ini?" tanyanya dengan nada mengejek.

"Kau masih belum menjawab pertanyaanku. Siapa kau?"

"Wow, wow, tenang, gadis kecil. Tenanglah. Malam masih sangat panjang, tidak perlu terburu-buru seperti itu," gumamnya sambil menepuk-nepuk bahu Ryena.

Ryena menatapnya dengan tatapan tajam.

"Baiklah, baiklah." Pangeran langsung mengangkat kedua tangannya di udara dan melangkah menuju kursi yang ada di seberang. "Namaku Zephran. Salam kenal, gadis kecil."

"Aku bukan gadis kecil, dan apakah kau tidak bisa memperkenalkan dirimu baik-baik?" tanya Ryena menatapnya datar. "Memangnya usiamu berapa tahun sampai kau sangat sekanak-kanakan ini?"

Ryena tidak menyangka bahwa ucapannya bisa memancing lelaki di depannya untuk merasa geram. Bagi Ryena, bukan itu masalah terbesarnya, karena sesungguhnya Ryena semakin ingin memancingnya untuk merasa lebih kesal lagi.

"Aku tidak mengerti mengapa Pangeran Zephran menyebutmu sebagai monster. Kau terlihat sangat normal bagiku," ucap Ryena, makin sengaja merendahkannya.

"Kupikir kau masih terlalu belia untuk memahami maksud Zephran. Anak itu tidak pernah bermain-main dengan ucapannya," jawab pangeran sambil menatap Ryena dengan tatapan tajam.

"Dan kupikir, hal seperti ini bersifat relatif, yang mana halnya, pendapat semua orang bisa berbeda-beda. Ini konteks yang sangat sederhana, pangeran. Anda pasti mengerti maksud gadis kecil ini, kan?" tanya Ryena sambil melemparkan senyuman sinis.

"Kau tidak takut padaku?" tanyanya balik, langsung pada topiknya.

Ryena menggeleng dengan mudahnya, "Sudah kubilang, kau terlihat sangat normal sampai-sampai aku merasa aneh dengan ucapan Pangeran Zephran."

Ryena mungkin adalah penentang maut. Padahal, Ryena tahu, jejak cakaran itu tidak mungkin dibuat dengan tangan kosong ataupun kuku pendek sang pangeran. Kali ini lelaki di depannya tidak lagi terlihat setenang awalnya. Ryena sangat mengerti bahwa dia merasa tidak aman dan tidak nyaman.

ZEMBLANITY - The Kingdom of Light [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang