Ryena tidak pernah menyangka bahwa rumahnya yang dipikirnya paling kumuh di desanya, kini dipenuhi oleh warga-warga yang berbodong datang berusaha masuk ke rumah mereka.
"Masuknya satu persatu, kita tidak menaruh tarif, semuanya pasti akan disembuhkan." Ibu Ryena berujar, membuat kerumunan menjadi agak tenang.
Tentu saja ucapan ibunya membuat kerumunan itu semakin bersemangat dan bersedia menunggu giliran mereka untuk disembuhkan.
Tidak perlu waktu yang lama bagi Ryena untuk menyembuhkan satu orang, hanya beberapa saat melakukan kontak dengan orang itu, dia akan sehat kembali seperti sedia kala.
"Terima kasih, Tuan Shin, Nyonya Shin. Terima kasih, Ryena."
Mendapatkan ucapan terima kasih yang ditujukan kepada seluruh keluarganya membuat Ryena sedikit terkagum. Belum pernah sebelumnya dia mendapatkan ucapan terima kasih yang layak.
Rasanya seperti dihargai, sangat dihargai.
"Banyak yang datang membawa sesuatu, ya," lirih Ayah Ryena sambil memperhatikan beberapa kantung beras, beberapa botol susu segar dan juga makanan yang sangat jarang mereka dapatkan.
"Kita sudah bilang gratis, tapi kalau mereka sampai repot-repot membawa imbalan, kurasa kita tidak bisa menolak," ucap Ibu Ryena sambil mengambil satu persatu bahan makanan yang diberikan warga secara cuma-cuma. "Dan kurasa hari ini kita akan makan enak."
Tentu saja Ryena senang mendengarkan hal itu. Terakhir kali dia makan enak adalah saat dia datang ke rumah salah satu bangsawan yang mengadakan pesta besar-besaran untuk menyambut kesuksesan lahannya yang habis panen.
Itu mungkin ... dua tahun yang lalu, karena Ryena ingat persis hari itu satu hari sebelum ulang tahunnya yang ke-sebelas.
"Kalau begini terus, kita bisa kaya!"
Ayah Ryena menatap istrinya dengan tatapan datar, "Kupikir kita sudah sepakat untuk tidak menarifkan harga."
"Bukankah kesehatan lebih penting daripada harta?" balas ibunya balik yang membuat ayahnya terbungkam.
"Bu, aku lapar," lirih Ryena dengan suara pelan.
Hari ini dia melayani orang-orang yang datang ke rumahnya dan meminta Ryena menyembuhkan mereka tanpa beristirahat sedikitpun.
Ryena menyembuhkan mereka semua tanpa memandang identitas, tanpa memandang apakah orang itu pernah menyakiti hatinya atau tidak, dia tidak sempat melakukannya karena terlalu banyak orang yang datang untuk meminta bantuan kepadanya.
"Nyonya Sha bilang, lusa keluarga besarnya akan datang dari desa sebelah untuk disembuhkan di sini. Lalu, tadi lihat tidak kalau Nyonya Hee sampai masuk ke sini karena ingin membuktikan kekuatan Ryena?" tanya Ibu Ryena kapada Ryena. "Memang lucu sekali ya, ekspresi para bangsawan kalau sudah masuk ke rumah orang lain?"
"Kau memamerkan Ryena terus, sampai-sampai para bangsawan juga tahu mengenai Ryena," ucap ayahnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Bagus, kalau begitu! Kalau bisa, sekalian sampai seisi Kerajaan Cahaya juga mengetahui tentang Ryena, dengan begitu hidup kita akan lebih terjamin," ucap Ibu Ryena dengan semangat.
"Ini baru hari kedua sejak mereka tahu bahwa Ryena memiliki kekuatan untuk menyembuhkan. Kemarin, kau bilang ingin menunjukkan Ryena agar semua orang bisa sehat, tapi hari ini kau berharap supaya keberadaan Ryena bisa disadari oleh Kerajaan Cahaya." Ayah Ryena memincingkan matanya, menatap istrinya dengan tatapan sinis, "Yang namanya keinginan itu memang tidak ada habisnya, ya?"
"Hanya berangan-angan tidak masalah, kan?" tanya Ibu Ryena sembari membawa bahan-bahan yang diberikan warga tadi ke tempat biasa mereka memasak. "Lagipula, tidak mungkin Kerajaan Cahaya yang sangat tertutup itu tiba-tiba tahu menahu soal keberadaan Ryena."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEMBLANITY - The Kingdom of Light [END]
Fantasy[Fantasy & (Minor)Romance] Ryena hanya seorang gadis desa yang namanya tiba-tiba dikenal seantero negeri karena kekuatannya untuk menyembuhkan penyakit apapun. Suatu hari, Ryena dan keluarganya diundang di Kerajaan Cahaya untuk menyembuhkan penyaki...