Hari Kedua UN
Hari kedua UN, pelajarannya Bahasa Inggris cukup menyenangkan bagi Angelia. Ujian dilaksanakan selama dua jam, Angelia tak menemukan kesulitan yang berarti dalam setiap soalnya dan seperti biasa dia menyelesaikan semua pertanyaan paling cepat.
"huhft, akhirnya selesai juga. Sungguh menguras pikiran," ucap Anisa sambil menghela nafas panjang.
"Dasar alay lo, Nis," ejek Angelia.
"Iya iya, yang pinter mah bebas." Anisa langsung meninggalkan bangkunya dan menuju ke kantin.
"Tungguin, Nis!" Angelia langsung berdiri mengejar Anisa dan berjalan disamping Anisa.
"Dasar tukang ngambek!" ucap Angelia seraya berjlan di samping Anisa.
"Biarin," jawab Anisa tetap menatap lurus sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Alay lo, gue duluan ah. Daripada nungguin lo yang jalannya masih kalah sama siput." Angelia berlari duluan ke arah kantin, Anisa malah mengejarnya dan sekali-kali berteriak.
"Lia, tungguin donk!" Saat sampai, Angelia malah mengoloknya. "Dasar, tadi aja sok-sokan marah. Sekarang malah nyusulin gue," sombong Angelia.
Kantin tak terlalu ramai sekarang, biasanya banyak siswa yang memilih untuk langsung pulang setelah UN daripada nongkrong di kantin seperti yang selalu dilakukan Angelia dan Anisa. Kata Anisa, "Kalo kita tuh sekolah, nggak bakalan mantav kalo belum nyobain menu di kantin,"
Alhasil, walaupun mereka tengah ada kunjungan ke sekolah lain pasti destinasi pertama dan utama adalah kantin, setelahnya mereka akan membanding-bandingkannya dengan kantin sekolah mereka.
Sebenarnya tujuan sekolah mereka melakukan kunjungan adalah untuk membandingkan fasilitas sekolah, bila ada yang kurang pasti akan dilakukan evaluasi, semacam study banding yang dilakukan siswa. Mereka berdua cukup sering ketahuan pergi dari rombongan menuju kantin sekolah tersebut, tapi bukan Anisa kalau tidak bisa menjawab semua pertanyaan.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya salah satu penanggung jawab dari sekolah mereka berdua.
"Ngantin bentar lah pak," jawab Anisa santai, sedangkan Angelia hanya memperhatikan percakapan dua orang itu, dan sampailah pada, "Kalian itu disini untuk melakukan evaluasi fasilitas sekolah, kok malah ngantin sih,"
"Pak, asal bapak tau-" ucapan Anisa terpotong oleh celetukan guru itu. "Saya bukan bapak kamu,"
"Aaargh.... Frustasi saiya," kesal Anisa, "Saya belum selesai ngomong main potong aja, kayak hubungan saya sama dia,"
"Malah curhat," sindir Angel.
"Gini ya Pak Hermawan tercintah, menurut saya kantin itu juga fasilitas sekolah jadi kami berdua melakukan evaluasi terhadap kantin juga," jelas Anisa panjang lebar.
"Hadeuh, terserah kalian saja lah. Bagaimana Bu Ninik bisa mengikutsertakan kalian dalam kunjungan ini sih," Pak Hermawan menepuk jidatnya tanda frustasi karena jawaban-jawaban yang entahlah dari Anisa.
*****
Skip UN telah berakhir
Bukan Anisa namanya kalau tidak membuat keributan di kelas, terlebih lagi selalu Angelia yang akan ikut terseret kedalam hukumannya karena mereka ini duduk sebangku.
"Ah, lo tuh selalu aja nyeret gue ke dalam masalah. Bisa nggak sih sekali aja jangan seret gue kedalam hukuman unfaedah kayak gini," gerutu Angelia sambil terus melakukan kegiatan hukumannya karena sahabat baiknya ini, yaitu menyapu lapangan yang luasnya seperti diagonal lingkaran, tak terhingga. Nggak juga lah, maksudnya luaaaaaas banget.
"Salah sendiri ikutan, wleeee," ejek Anisa.
"Wah, belum pernah di suapin sapu lidi nih bocah," ucap Angelia dan menatap Anisa tajam.
"Nggak mempan tatapan lo, awas copot tuh bola mata," Anisa malah terus menggoda sahabatnya itu. Dia memang mengetahui semua masalah Angelia, mulai dari masalah keluarga sampai Angelia yang melakukan selfharm. Anisa juga tak habis fikir teman masa kecilnya yang ceria berubah menjadi seperti sekarang, oleh karena itu Anisa ingin membuat sahabat baiknya itu selalu bahagia walaupun sesaat dan melupakan semua masalahnya.
Pernah suatu hari saat orang tua Angelia bertengkar hebat, remaja itu keluar rumah dan berjalan tanpa arah, dia tak perduli pada kakinya yang berdarah karena beberapa kali tersandung batu dan terjatuh, tak perduli walaupun malam dingin nan mencekam mengelilinginya.
Anisa yang baru pulang dari rumah temannya usai kerja kelompok langsung meminta sopir menghentikan laju mobilnya, dia dikejutkan oleh sahabatnya yang meringkuh dibawah pohon dengan tangisan yang memilukan. Ditawarkannya untuk menginap malam ini, namun ditolak keras oleh Angelia.
Setelah beberapa saat perdebatan antara mereka terjadi Angelia memeluk Anisa erat, dibalaslah pelukan itu dengan usapan lembut di punggung Angel oleh Anisa. Tak beselang lama pelukan itu merenggang, ternyata Angelia sudah pingsan.
Segera Anisa meminta tolong sopir untuk memasukkan Angelia ke dalam mobil. Anita yang melihat keadaan sahabatnya begitu prihatin, dia meminta dokter memeriksa Angelia, hasilnya sangat menhejutkan kalau Angelia tengah mengalami depresi berat karena saat itu Anisa juga belum mengetahui secara pasti apa yang dialami sahabatnya. Mulai saat itu hubungan persahabatan mereka sangat erat, Angelia juga tak sungkan berbagi rasa kepada Anisa, begitu pula Anisa yang berjanji akan membuat sahabatnya tertawa bila ia masih mampu.
"Gue selalu ada buat lo, jangan pernah sungkan buat membagi apapun masalah lo ke gue kalau itu membuat beban lo berkurang," ucap Anisa disela pelukannya.
"Makasih Nis, tolong jangan pernah tinggalin gue dalam keadaan apapun ya," pinta Angelia.
"Pasti," ucap Anisa mantap.
See you next part 👉
Salam sayank
Nadya_Nurma 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Angel 2
Teen Fiction[COMPLETE] Book 1 : Beautiful Psychopath (Dark Angel) Book 2 : Dark Angel 2 Angelia Kharisma Rajendra Putri semata wayang dari Albert Jonathan Rajendra dan Alexandra Rosabel. Menjadi pribadi yang tertutup setelah menginjakkan kaki di bangku SMP, ban...