27. Rian dan Alex

1.4K 63 7
                                    

"Bawa dia ke rumah sakit!" titah seseorang dengan tegas.

"Baik, Tuan."

Lelaki yang terkapar tidak berdaya di depan sana adalah Daniel. Dia dihajar habis-habisan oleh Rian karena gagal membawa Angelia kembali.

"Dasar tidak berguna!" geram Rian.

Ponsel di saku kemejanya bergetar membuat lelaki itu mengalihkan perhatiannya sejenak. "Halo ... baiklah."

Rian mencengkeram ponselnya kuat dan melemparkannya ke dinding ruangan hingga hancur berkeping-keping. "Seekor ular tetaplah ular. Ternyata memang kau pelakunya Alex. Memuakkan!"

"Segera siapkan mobil! Aku akan menjemput Nona Angelia."

"Baik, Tuan." Seorang sopir yang cukup muda segera melaksanakan titah tuannya. Dia begitu tahu kalau saat ini Rian tidak dalam kondisi baik untuk menerima alasan apa pun.

*****

Alex mengguncang-guncangkan tubuh gadis di depannya itu berkali-kali.

"Tidurmu begitu nyenyak, Sayang," gumamnya.

Angelia perlahan membuka mata dan langsung melotot. "Alex!" pekiknya.

"Hey, kau memimpikanku?"

Aku masih di sini, tanganku masih terikat dan tidak ada yang berubah. Jadi ... jadi semuanya ... tadi ... hanya mimpi? ungkap Angelia dalam hati.

"Bagaimana keputusanmu, Sayang?" Lelaki itu kembali membelai pipi Angelia. "Bertahan atau menyerah?"

Angelia memejamkan mata untuk melontarkan sebuah jawaban, tapi telunjuk Alex menahan di depan bibirnya.

"Sebentar, tahan dulu, ada sedikit gangguan." Alex membaca sebuah pesan singkat di layar ponselnya hingga membuat sebuah senyum senang mengembang di sana.

"Aku sudah tahu jawabanmu, Sayang. Tapi sepertinya kita harus menundanya lagi karena ada seekor tikus yang ingin menerobos istanaku."

Alex beranjak meninggalkan Angelia yang masih terdiam. Gadis itu sama sekali tidak paham dengan perkataan lelaki itu barusan.

"Dasar aneh!"

Baru saja melangkah memasuki ruang pertama rumahnya, Alex sudah disuguhkan oleh beberapa mayat penjaga yang tergeletak sana-sini.

"Cih! Sungguh tikus pengganggu!" gumamnya.

Lelaki itu tetap saja melangkah tanpa rasa takut menyusuri lantai rumahnya yang sudah seperti bekas medan peperangan. Sunyi, senyap, dan berlumuran darah. Semua penjaga dan pelayan Alex tewas karena luka tusuk atau juga luka tembak.

Brak!

Alex mendobrak pintu ruang kerja dengan sigap diacungkan pistolnya pada seseorang yang duduk dengan santai di sofa ruangan. Sudah dia duga, lelaki di depan sana juga membidikkan senjata api miliknya pada Alex.

"Wah ... wah ... wah ... ular tak bertaring akhirnya datang juga. Kau sangat membuatku menunggu Alex Cordova," ungkap lelaki itu.

"Selamat datang, Tuan Rian yang Terhormat," ucap Alex dengan nada mengejek.

Keduanya menurunkan bidikan masing-masing dan saling melemparkan tatapan membunuh.

"Ada apakah gerangan hingga membuat Tuan Rian yang Terhormat mengunjungi sarang ular rendah ini?" tanya Alex seraya mendudukkan diri di sofa depan Rian.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Alex sekali lagi. Kali ini dia meletakkan pistolnya di atas meja dan menyandarkan diri pada punggung kursi.

"Jangan berlagak, Alex! Kau sudah tahu pasti apa tujuanku ke sini."

Dark Angel 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang