21. Rasa Bersalah

1.8K 67 2
                                    

Entah sudah berapa kali laki-laki dengan setelan hitam itu menyusuri wilayah yang sama, tapi hasilnya tetap nihil, apa atau mungkin siapa yang dicarinya sama sekali tidak menampakkan rupa. Dirinya gusar, perasaannya tidak menentu. Banyak ketakutan yang menyerang, antara khawatir dengan Angelia dan juga khawatir dengan dirinya saat Rian tahu kejadian ini.

Daniel menepikan mobil, mengacak rambutnya asal, hingga meluapkan kekesalan dengan mengeluarkan semua makian yang dia tahu. Kepalanya berdenyut hebat seperti tertimpa beban berat. “Mungkin secangkir kopi akan membantu,” gumamnya.

Lelaki itu segera memarkirkan mobilnya. Memasuki sebuah kafe kecil bernuansa putih di seberang jalan. “Kopi original, satu,” ucapnya kepada salah seorang barista.

“Baik, Kak. Silakan ditunggu.”

Daniel mendudukkan diri, membuat dirinya merasa nyaman, tapi semua itu hanya tipuan untuk menenangkan diri sejenak.

Tiba-tiba ada seseorang yang seenaknya duduk di hadapan Daniel. Laki-laki itu terlalu lelah untuk mendongak. "Sebaiknya Anda mencari tempat duduk lain, saya sedang tidak ingin diganggu," ucap Daniel tidak bersahabat.

"Ehm ...," deham seseorang itu.

Merasa perkataannya tidak dihiraukan, dengan malas Daniel mengangkat kepala. Matanya langsung membelalak seketika. "Kau?"

Lelaki itu hanya merespon dengan anggukan seraya tersenyum. "Sepertinya kau sedang dalam masalah," ungkapnya terlihat penasaran.

"Tidak, bukan apa-apa."

"Em, di mana Angelia? Aku ingin menemuinya."

Daniel menghela hapas panjang. "Dia ...."

"Ap-apa ada suatu hal buruk terjadi?" Lelaki di hadapan Daniel begitu khawatir.

Dengan bersusah payah memaksakan senyum, akhirnya bibir Daniel dapat melengkung ke atas. "Jangan di sini, aku akan menceritakan semuanya."

Di sinilah mereka, sebuah gang sempit antara bangunan yang menjulang tinggi.

"Cepat katakan!" tukas sang lelaki.

"Tengangkan dirimu dulu, Just!" ungkap Daniel, "Ini akan menjadi kabar yang tak mengenakkan."

"Baiklah ... cepat katakan segera!"

"Angelia ... dia ... dia menghilang," jelas Daniel dengan tatapan bersalah.

Hening sejenak, Daniel sudah bersusah payah mengatakan hal itu, tapi Justin sama sekali tidak merespon.

Bugh!

Pukulan telak dari Justin tepat mengenai perut Daniel. Tanpa berniat membalas, dia hanya bisa meringis kesakitan.

"Dasar b*ngsat!" maki Justin. "Kenapa bisa?"

Daniel menceritakan semuanya pada Justin secara rinci. Lelaki itu tampak menimbang sesuatu saat cerita itu mengalir.

"Alex Cordova? Dia mencurigakan!" tukas Justin gegabah.

"Tidak mungkin," respon Daniel cepat.

"Cih! Emangnya udah lo selidiki?" tanya Justin setengah mengejek.

Tatapan ragu mencuat dari mata Daniel. "Tidak ... belum," jawab Daniel.

"Bodoh!"

"Tidak ada kuasa untuk melakukannya."

"Siapa butuh kuasa? Gue bisa langsung dobrak rumahnya!"

"Jangan gegabah! Bunuh diri itu namanya," jelas Daniel dengan suara datar.

Dark Angel 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang