23. Bertahan (2)

1.5K 59 4
                                    

Daniel sudah frustrasi. Keberadaan nonanya merupakan sebuah tanda tanya besar saat ini. Dia sudah mencari kemanapun hingga menyelidiki Alex Cordova, tapi hasilnya nihil.

Tidak ada cctv di area perumahan Alex. Ada penemuan yang mengejutkan kalau kamera keamanan mall daerah itu mendapati sesosok Angelia beberapa saat setelah konseling, walaupun hanya dari belakang Daniel yakin itu pakaian yang dikenakan nonanya.

Alex bukanlah seorang amatir. Persiapan semua kemungkinan telah ia pikirkan matang-matang sebelum mengambil sebuah tindakan.

Persiapan dan kebohongan sudah menjadi bagian dalam dirinya. Akan sangat sulit untuk mencari celah di sana saat kau sudah kebingungan seperti Daniel.

*****

Entah pagi, siang atau malam, Angelia tidak peduli. Kepalanya terlalu pening untuk memikirkan waktu yang selalu bergulir tanpa mau menengok pada dirinya.

Hari ke-3, sepertinya.

Angelia menarik napas dalam-dalam, kembali menenggelamkan diri pada kegelapan saat matanya terpejam seraya berusaha berpikir hal yang sama kembali, cara untuk kabur.

Entah sudah berapa lama dia memikirkan hal itu, hasilnya tetap nihil, tidak ada secercah cahaya Tuhan yang menyinarinya sampai kini.

Ia menangis. Sulit untuk menerka kelanjutan hidupmu saat kau berada dalam kondisi seperti ini. Rasa mual mulai menjalar dari perutnya yang tidak terisi dengan baik. Dengan sekuat tenaga coba ditelannya kembali cairan yang hendak keluar itu. Bukan hanya itu, ia juga malu. Karena bau pesing begitu menusuk hidung.

Angelia yang hampir telanjang selama tiga hari ini merasa penat. Tangisannya berhenti karena kelelahan. Dingin dan kelaparan. Itulah yang bisa mendefinisikan dirinya saat ini.

Suara berderit terdengar menggema di seluruh ruangan saat pintu ruangan itu mulai terbuka. Angelia segera memalingkan wajah dan menutup matanya rapat-rapat. Ia waspada.

Setiap langkah kaki seseorang di ujung ruangan itu membuat jantung Angelia berdisko hebat. Jangan ditanya lagi, sudah pasti kalau itu adalah seorang Alex Cordova.

Lelaki itu berjongkok untuk mengamati wajah Angelia. "Wah, kautidur dengan begitu nyenyak, Sayang."

Kalau aku bisa kabur, akan kurobek mulut busukmu! maki Angelia dalam hati.

Alex menarik rambut Angelia sampai membuatnya menghadap ke atas. Dengan tangan bebas lainnya, ia langsung saja melayangkan tamparan pada pipi gadis itu.

PLAK!

Rasa panas langsung menjalar ke seluruh tubuh. Tetap bergeming. Angelia diam. Menahan rasa sakit tanpa mau membuka mata.

PLAK!

Tamparan kedua, tidak merubah apa pun. Gadis itu seperti mati. Tidak mau merespon.

PLAK!

"STOP!" Angelia langsung melotot menghunuskan tatapan kejamnya pada manik Alex.

Alex melepaskan cengkeraman tanganya dari rambut Angelia. Tersenyum puas karena berhasil membangunkan putri tidur dengan usahanya sendiri. "Akhirnya kamu bangun, Sayang."

Dibelainya mulai dari pipi, turun hingga sampai ke bagian intim sang gadis tanpa merasa jijik. "Kau jadi kurus, ya." Dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

"Cih!" Angelia hanya berdecih membalas.

"Kau juga bau," ledek Alex seraya tertawa renyah.

"Lepaskan aku!"

Alex langsung menempatkan jari telunjuknya di bibir Angelia. "Jangan buang-buang tenagamu. Sebaiknya hari ini kamu makan, supaya tidak jadi kurus kering begini."

Lelaki itu beranjak, mengambil sebuah kotak putih dan sebotol air dari atas meja di seberang ruangan dan kembali menuju Angelia. Alex duduk di samping gadis itu tanpa merasa takut kalau jas atau celana kainnya akan kotor. Membantu Angelia untuk duduk yang masih dalam kondisi tangan terikat ke belakang.

"Aaaaa ...." Lelaki itu menyuapi Angelia, tapi langsung disemburkannya kembali bubur putih itu hingga mengenai jas Alex. "Ya ampun, Sayang. Jasku jadi kotor, kan."

"Peduli, Setan!" maki Angelia hingga mendapatkan cekikan dari tangan kekar itu sampai napasnya tersenggal.

Alex mendekatkan bibirnya ke telinga Angelia. "Aku sudah berusaha baik padamu, jadi jangan membuatku marah dan menghukum orang-orang terdekatmu."

Angelia bungkam.

Lelaki itu kembali mengambil jarak semula. Menyendokkan bubur itu ke mulutnya. Tangan bebasnya mencengkeram rahang Angelia dengan kuat hingga terbuka, langsung saja dimasukkannya bubur lumat itu.

Bibir mereka masih menyatu. "Telan!" titah Alex membuat Angelia bersusah payah menelan tanpa memuntahkannya. Ini benar-benar menjijikkan.

"Ah, kamu memang gadis pandai."

Setelah menghabiskan satu porsi bubur dan sebotol air, Angelia merasa lega, setidaknya perutnya tidak kosong sekarang.

"Lepaskan aku, tolong!" Memang Angelia menikmati setiap rasa sakit yang diberikan lelaki di hadapannya itu. Namun, dia sama sekali tidak bisa terbiasa dengan kehidupan menjijikkan.

"Jangan buru-buru, Sayang!" Alex mengeluarkan sebuah jarum suntik berisi cairan kuning dari sakunya.

Sirene gawat darurat langsung menyala dalam kepala Angelia. Dia berusaha meronta, tapi sia-sia. Jarum itu sudah menancap pada lengan kirinya. Beberapa saat berlalu, Angelia tumbang. Kesadarannya tenggelam.

Alex kembali berbisik yang samar-samar masih bisa didengar gadis itu. "Aku hanya ingin dirimu. Gairahmu. Kemauanmu. Hanya dengan kata 'menyerah' kamu akan bebas, Sayang."

"Oh, iya, satu lagi. Lusa kita akan jalan-jalan ke luar negeri. Kuharap kau sudah berubah pikiran sebelumnya. Bukankah akan repot kalau kau masih dalam keadaan begini?"

Setelahnya hanya kegelapan yang menelan Angelia.

******

Hula-hulaaaaaa

I'm back dengan part pendek nan gaje 😅

Maap kalo nggak sesuai ekspektasi kalian ya reader terzuyung ku 😵

Pokoknya nikmatin aja lah ya .... Oh, ya, maap udah gantungin nih cerita begitu lama.

Hayo

Hayo

Angelia mau diajakin ke luar negeri tuh sama Alex 😐 Kenapa nggak ngajak aku aja gitu, sih?

Dan yang terpenting, nih ... Angelia mau nyerah nggak, ya?

😈 : Udah nggak tahan dia sama kelakuannya Alex, nyerah aja biar enak yak 😆😆😆

Bubay 😴

Salam sayank

Nadya_Nurma 😘

Dark Angel 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang