WARN! Mentions self-harm!
"Renjun Hyung, aku ingin mengatakan ka—AKHH!"
Kegiatan mencumbu leher Chenle, yang dilakukan oleh Renjun, terhenti sesaat karena sebuah desahan—lebih terdengar seperti rintihan—yang keluar dari mulut si pemuda itu.
Renjun langsung menjauhi leher jenjang Chenle yang sudah dihiasi oleh beberapa tanda darinya, kemudian langsung menatap wajahnya.
"Mengatakan apa?"
"Kalau... luka di leherku masih belum sembuh."
Jadi begini ceritanya...
Chenle, yang masih terbangun dengan pikiran-pikiran negatif yang masih berkeliling di dalam kepalanya, terlihat begitu frustasi. Ia bahkan tidak bisa fokus mengerjakan tugas sekolahnya. Ya, walaupun sudah terhitung seminggu setelah adegan menangis dan dipeluk oleh Renjun, namun ia tetap tidak dapat menghilangkan emosi dan rasa kecewanya terhadap "Si Dia".
Entah apa yang terlintas di otaknya, dalam sekejap ia bangkit dari tempat ia mengerjakan tugas dan mencari sesuatu.
Sesuatu yang dapat melukai dirinya.
Tenang, Chenle masih sayang nyawa. Ia hanya ingin tahu, apakah rasa sakit yang ada pada jasmaninya lebih sakit dibanding rasa sakit pada batinnya. Ia tak mungkin mengambil sebilah pisau, sebuah gunting saja sudah cukup untuknya.
Setelah ia menemukan apa yang ingin dicarinya, Chenle langsung memasukkan jari-jarinya pada pegangan gunting. Ia menarik napas kuat-kuat, lalu ia hembuskan perlahan. Pemuda mungil itu menggigit kuat-kuat bibir bawahnya, gunting di tangan kanannya ia arahkan pada jari kelingking di tangan yang satunya lagi. Chenle langsung memejamkan kedua matanya tepat kedua ujung benda tersebut mengapit kulit jarinya.
Aku tidak boleh takut! Aku harus membuat luka ini berdarah!
Lima menit lamanya proses itu berjalan. Dapat Chenle rasakan rasa yang begitu perih pada permukaan jari kelingking di tangan kirinya. Ia menjauhi benda tajam tersebut dari jarinya, kemudian membuka matanya dengan perlahan. Bisa ia lihat bahwa cairan kental berwarna merah pekat keluar dari kulit jari terpendeknya itu.
Bukannya meringis kesakitan, justru Chenle tersenyum.
Ia mengelap darah yang terus mengalir keluar, lalu melanjutkan aksinya. Chenle ingin mencoba di bagian leher kirinya. Ia buka gunting tersebut lebar-lebar, dan bagian tajamnya ia arahkan ke permukaan lehernya yang mulus dan putih. Seperti yang di awal, pemuda itu menarik napas dan menghembuskannya, lalu memejamkan kedua matanya dengan erat begitu ia menekan guntingnya pada leher jenjangnya. Untuk mempercepat prosesnya, sesekali ia menggeseknya sambil ditekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One of These Nights [RenLe]
Fanfiction[COMPLETED!] "Aku ingin Hyung ada di dunia nyata..." "Tenang, setiap malam kau akan selalu menemuiku, kan?" "I... iya..." Dan tidur bersama. . . . Ini bukan sebuah cerita tentang kapal tenggelam, ini sebuah kumpulan cerita Renjun dan Chenle di setia...