🌜

1.3K 126 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Malam yang sunyi, sepi, dan tenang. Hanya ada beberapa jangkrik dan katak yang saling bersahutan, memberi alunan suara sebagai penghantar tidur. Tidak ada hujan yang deras, tidak ada angin yang bertiup kencang pula.

Benar-benar, sunyi, sepi, dan tenang.

Namun tidak dengan keadaan kamar Chenle saat ini.

Entah mengapa suaranya begitu ribut di dalam ruangan yang temaram itu. Padahal, hanya terdapat dua penghuni. Sesosok yang bukan manusia, dan seorang pemuda kesayangannya.

"Mmmhh... Ahh... Mmmhh..."

Bunyi kecipak-kecipak yang tiada henti memenuhi pendengaran Renjun dan Chenle. Saling berbagi ciuman dan sentuhan yang membuat keduanya terbuai dengan nikmat.

Ah, penulis lupa memberitahu satu hal.

Mereka sedang TIDAK berhubungan intim. Mereka sedang berbagi ciuman dan sentuhan.

Hanya saja, ya, bunyi tiap kecupannya terlalu berisik. Sepertinya mereka berdua terlalu menikmatinya.

Renjun yang duduk berhadapan dengan Chenle, dan Chenle yang duduk di pangkuan Renjun, dengan punggungnya yang menghadap dinding. Kedua tangan yang lebih tua memeluk pinggang Chenle erat, dan kedua tangan yang lebih muda memeluk leher Renjun dan sesekali menekan tengkuknya untuk memperdalam ciuman.

Mereka betah dalam posisi yang seperti itu, hingga akhirnya sebuah pekikan dan dorongan Chenle mengakhiri kegiatan yang terbilang panas,

karena Renjun sudah mulai kelewat batas. Meraba-raba dadanya dengan menyelinapkan tangannya ke dalam kaos putihnya.

"Hyuuung... Sudah kubilang kan kalau kita tidak akan melakukan hal itu lagi untuk hari ini?"

Renjun hanya terkekeh pelan, kemudian mengecup bibir tipis milik pemuda kesayangannya sebagai permintaan maaf.

"Maklum, sayang, suasananya terlalu mendukung."

"Apanya yang mendukung?"

"Kau... duduk di pangkuanku seperti sekarang ini..."

Chenle menunduk sekilas untuk melihat posisinya saat ini, dan tanpa berpindah tempat ia kembali menatap kedua manik kelam Renjun.

Mungkin Chenle sedang tidak ada niatan untuk beranjak dari posisinya itu.

"Memangnya kenapa kalau aku duduk di pangkuanmu?" tanyanya.

"Kau terlihat lebih menggoda, apalagi jika dilihat dari bawah sini, lebih dekat pula," jawab Renjun jujur.

Dan jawaban jujur tersebut membuat kedua pipi mulus Chenle merona.

Chenle ingin sekali bangkit dari kedua paha Renjun yang ia jadikan sebagai tempatnya untuk duduk demi menghindari gombalan sosok yang ia cintai itu, namun ia terlalu nyaman untuk berada di posisi tersebut.

One of These Nights [RenLe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang