Kegiatan dan tugas di sekolah sudah tidak begitu padat, yang artinya kini Chenle memiliki waktu bebas yang cukup banyak. Tentunya, waktu untuk bertatap muka dengan Renjun di malam hari menjadi lebih panjang, karena ia baru akan terlelap pada pukul dua atau tiga pagi, sekalipun besoknya masih ke sekolah.
Chenle mana peduli lagi?
Kadang waktu untuk mengobrol dengan Renjun lebih banyak, kadang lebih sedikit dan benar-benar singkat. Terlalu asik bermain game sampai larut malam, kalau kata Chenle. Bermain sampai rasa kantuk datang menghampirinya, baru merebahkan diri di atas kasur. Karena keburu ngantuk, jadi ia hanya sekedar menatap Renjun sebentar lalu memberi ciuman singkat, dan akhirnya tertidur pulas di dekapan sosok tersebut.
Malam ini, tumben-tumbennya Chenle berada di samping Renjun lebih awal, tepatnya jam sembilan malam. Padahal, besok tidak ada kegiatan apapun.
"Tumben lebih awal," kata Renjun melihat kehadiran Chenle yang berbaring di sampingnya, "memangnya besok ada kegiatan lain?"
"Tidak," jawabnya singkat.
"Lalu?"
"Lagi kepingin sama Hyung lebih lama, hehehe."
Ah, jadi gemas, kan?
"Renjun Hyung..."
"Hmm?"
"Kau... Ingat janjiku yang ingin menjadi sepertimu?"
Renjun tampak berpikir. Rasanya ia ingat, kalau tidak salah Chenle pernah memintanya beberapa bulan yang lalu. Keinginan yang mengambil risiko sangat besar dan berbahaya untuknya.
"Ingat, memangnya kenapa?"
"Aku... Bisa menarik kalimatku, kan?"
"Hah?"
"Aku... Aku rasa... Lebih baik seperti ini saja. Aku yang menjadi manusia, dan Hyung menjadi sosok yang aku dambakan."
"Maksudnya... Kau tidak ingin menjadi sepertiku lagi?" tanyanya untuk meyakinkan Chenle.
"Sepertinya begitu," jawabnya, "Aku rasa menjadi manusia lebih baik."
Renjun memberikan waktu bagi Chenle untuk menjelaskan alasannya.
"Aku tahu bahwa aku sempat putus asa dengan hidupku, yang diejek dan dirundung oleh teman-temanku, bahkan dimarahi besar-besaran oleh Papa-ku. Kau tahu? Waktu itu, saat aku memutuskan untuk menjadi sepertimu, aku sempat menangis di dekat gudang sekolah. Tapi aku malah ketahuan oleh salah satu temanku. Dia teman sekelasku, cuma agak pendiam dan tidak suka keramaian. Saat itu, dia bertanya kenapa aku menangis, dan karena pikiranku kacau, aku menceritakan segalanya. Dia mengerti, dia benar-benar mengerti keadaanku. Dia memberiku berbagai saran, dan dia juga menemaniku untuk menyelesaikan masalah yang kumiliki. Dari situ, aku mulai berjuang kembali. Entah mengapa, setelah itu, semua ucapan-ucapan negatif dari teman-temanku mulai berkurang, dan mereka... mau berteman denganku lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
One of These Nights [RenLe]
Fiksi Penggemar[COMPLETED!] "Aku ingin Hyung ada di dunia nyata..." "Tenang, setiap malam kau akan selalu menemuiku, kan?" "I... iya..." Dan tidur bersama. . . . Ini bukan sebuah cerita tentang kapal tenggelam, ini sebuah kumpulan cerita Renjun dan Chenle di setia...