Part 4 - Buah Manis Keadilan

266 20 1
                                    

picture : dutaislam.com

PRINCESS CAMPA

Putri China Penyebar Islam di Kerajaan Majapahit

Part 4 - Buah Manis Keadilan

Putri Campa baru saja selesai merapikan mejanya yang berisi tumpukan surat dari sahabat-sahabatnya di berbagai penjuru dunia. Ia telah membalas surat mereka, dan menantikan balasan dari mereka.

Itu salah satu rutinitas Putri Campa sebelum tidur, berkirim kabar dan bertukar pikiran dengan para putri muslimah di berbagai belahan dunia melalui tulisan. Bahasa arab lah yang digunakan untuk komunikasi tersebut. Rutinitasnya ini membuatnya semakin kaya, akan hikmah dan pengetahuan akan beragam budaya dan perilaku manusia secara luas, yang mana membuatnya semakin bijak dalam memandang kehidupan.

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” Alquran Surat Al Hujurat ayat 13 tersebut ia amalkan baik - baik.

“Assalamualaikum Putri,” sapa Dayang Kinasih. Dayang kepercayaannya yang juga merupakan pengawal pribadinya.

“Waalaikumsalaam,” Putri Campa mengajarkan dan menganjurkan para dayang di kediamannya saling berucap salam secara Islam. Suatu hari, ia pun mengajarkan arti Salaam.

Para dayang manggut-manggut terpukau mendengarkan arti ucapan salaam dalam Islam yang disampaikan Putri Campa dengan muka bersinar. Mereka semakin mencintai Islam, juga menyayangi Sang Putri yang senantiasa membimbing mereka di jalan yang lurus.

“Sore tadi, utusan Prabu menyampaikan bahwa Prabu meminta Putri untuk bersiap-siap selepas subuh, beliau akan mengajak Putri berkuda,” lapor dayang kinasih, kemudian mengundurkan diri supaya tak mengganggu istirahat Putri.

Wajah Putri Campa berseri-seri. Ia rindu. Sudah satu minggu ia belum berjumpa dengan Sang Prabu. Baginya, berjumpa dengan Prabu adalah kesempatan untuk berbakti kepada suami. Selain itu, Putri juga mencintainya.. ya.. cinta.. ia jatuh cinta pada lelaki yang halal untuknya. Rasanya Indah.

Sebelumnya, hampir setiap hari Prabu mengunjunginya. Hal tersebut membuat wajah istrinya yang lain bermuka masam ketika bertatap muka dengan Putri Campa. Awalnya Putri bingung, namun ia paham. Ketika ia mandi bersama Sang Prabu, Putri Campa berkata,

“Kakanda…. Dahulu kala, Baginda Rasul juga mandi bersama Aisyah, romantis sekali..”

Prabu hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang basah. Mereka baru saja melalui malam yang indah di peraduan, kemudian Putri mengajaknya mandi.

“Sepeninggal Sayidah Khadijah, Baginda Rasul memiliki 13 istri, lebih banyak dari Istri Prabu,” goda Putri Campa

“Namun, beliau suami yang sangat adil dan memperhatikan istri-istrinya dengan baik. Giliran kunjungan beliau kepada istrinya pun adil, termasuk siapa yang menemani beliau saat perjalanan pun diputuskan secara adil.” lanjutnya

“Jadi kamu keberatan aku mengunjungimu setiap hari?” selidik Prabu.

“Oh..bukan seperti itu Prabu, sungguh bukan. Saya bahagia sekali bisa berjumpa dengan Prabu setiap hari. Prabu suami yang sangat baik, dan Prabu mengizinkan saya melakukan apa saja yang saya sukai di Kerajaan ini.” seru Putri Campa cepat

“Prabu sangat disayang rakyat. Prabu dikenal sebagai Raja yang Adil, Bijaksana dan Religius. Saya hanya berharap, Prabu juga adil dan menyayangi Istri Prabu yang lain. Saya rasa mereka juga ingin dipeluk dan bersama terus dengan Prabu seperti ini.” tambahnya sembari tersenyum dan menaruh kepala di dada Sang Prabu.

Perkataan Putri Campa menyadarkan Prabu, bahwa ia telah melalaikan hak istri-istrinya yang lain. Walaupun perasaannya lebih condong kepada Putri jelita di sisinya saat ini, Prabu tahu apa yang sebaiknya dilakukan. Yaitu rutin dan adil mengunjungi istri-istrinya.

Semenjak malam itu, mereka jarang bertemu, hanya berjumpa sesuai jadwal. Putri Campa merasa hampa, namun segera ia tepis. Karena ia perlu menempatkan cinta kepada Allah di atas segalanya, termasuk cinta kepada suaminya.

Semenjak malam itu pula, para istri Prabu memperlakukannya dengan baik. Mereka berkawan, bahkan mereka mempercayakan pengobatan putra putri mereka di tangan Putri Campa.

Pengetahuan Putri Campa akan kesehatan dan tanaman obat sangat luas. Ia menanam tanaman obat - obatan di pekarangannya. Juga menyimpan tumbuh-tumbuhan kering dari Tiongkok. Ia paham, tanaman apa yang perlu diracik untuk penyakit yang mana.

“Putri.. bayi permaisuri demam tinggi, ia pun tak berhenti buang air” suatu malam dayang kinasih mengetuk pintunya. Putri Campa yang masih terlelap segera lari bak terbang, membawa kotak obat-obatannya untuk merawat bayi tersebut.

Suatu ketika pula, salah satu permaisuri Prabu mengeluhkan organ intim kewanitaannya yang berbau dan mengeluarkan cairan. Putri Campa memberinya resep ampuh, yang tak hanya menyembuhkan, namun merapatkan dan mengharumkan.

“Terimakasih. Prabu Brawijaya senang sekali, katanya seperti kembali perawan,” bisik permaisuri tersebut, yang diam - diam membuat hati Putri Campa terasa panas. Namun ia segera istighfar.

Ketika Para petinggi kerajaan berkumpul dari berbagai wilayah Nusantara. Para putri mereka turut serta. Seluruh putri tersebut dijamu dengan baik di kediaman Putri Campa. Tak hanya dengan suguhan jasmani, namun suguhan rohani.

Pertemuan tersebut rutin diselenggarakan. Putri Campa mengajarkan mereka berbagai keahlian yang diperlukan para putri, termasuk mengajarkan pengobatan herba untuk keluarga, dan perawatan diri dari ujung rambut sampai ujung kaki.

“Yang terpenting ialah kecantikan dan kebersihan hati,” ajar Putri Campa

“Tak hanya tubuh yang bersih, hati juga perlu dibersihkan dari segala penyakit hati. Bersih dari Iri dan Dengki. Lidah kita juga harus dijaga. Selalulah berkata yang baik,”

Setiap pertemuan, Putri Campa senantiasa menyelipkan hadits dan ayat suci Alquran, yang dirangkai dengan bahasa yang mudah mereka mengerti. Nurani mereka tergugah, dan semakin mencintai islam, bertekad menjaga keimanan serta menyebarkan Islam di daerah mereka masing-masing.

“Sampaikanlah walau satu ayat,” begitu pesan Putri Campa selalu. Putri pun senantiasa menempa dirinya untuk berakhlak mulia dimanapun ia berada. Melakukan apa yang ia ajarkan.

Kini, ia tak sabar menanti hari esok, kekasihnya. Penguasa Nusantara. Ia penasaran mengapa Prabu mengajaknya bertemu pagi sekali, dan berkuda?

*bersambung ke Part 5- Berkuda*

***

Sing :

“Ab ta hayat wab salaam
An syaru wah lal kalam
Zay nu dini yakh te rabb
Ab ma habbat wab ta sam

An syaru ba anil ana
Ha da hud deen as salaam”

Arti :

melalui perilaku mulia dan damai
sebarkanlah ucapan yang manis
hiasilah dunia dengan sikap yang hormat
dengan cinta dan senyuman

sebarkanlah diantara insan
Inilah Islam agama perdamaian

-Sulaiman Al Mughni, Deen Assalam.

Di Indonesia dipopulerkan oleh Sabyan Gambus. Pasti tahu semua kan 😉

** Mengenai ramuan yang menghilangkan bau, lendir serta merapatkan organ intim kewanitaan, hingga kini masih ada loh.. mau saya bisikin? 😄

Suka dengan kisah ini?
Vote yaaa...

PRINCESS CAMPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang