PART 18 - AMPEL DENTA

241 15 0
                                    

Debaran di dada berdebum-debum seiring dengan derap tapak kaki kuda yang membawa dua orang pemuda menghampiri citanya di Ampel Denta. Gairah belajar yang begitu tinggi membimbing mereka menapaki bumi sejauh lebih dari 1000 km untuk menyesap ilmu langsung dari ulama yang tersohor itu, yaitu Raden Rahmat, yang kini dikenal dengan nama Sunan Ampel.

Bukan hanya Jin Bun dan Kin San yang ingin berguru langsung kepada beliau, namun para santri serta ulama baik di Nusantara, maupun di Mancanegara turut serta menimba ilmu dari sumber ilmu yang mulia. Sunan Ampel selain memiliki pengetahuan yang begitu luas, juga memiliki garis darah yang harum, yaitu beliau merupakan keturunan Imam Husein bin Fatimah Azzahra binti Rasulullah Muhammad Sholallahu 'Alaihi Wasalaam.

"Mari berhenti disini, ini tempat yang indah untuk beristirahat." Kata Jin Bun kepada Adiknya, Kin San. Laut Jawa menghampar kebiruan di hadapan mereka, sayang sekali jika dilewatkan. Sekitar 200 kilometer lagi mereka akan sampai ke tujuan.

"Dahulu ayah berguru kepada Sunan Ampel, dan kini giliran kita. Bahagia sekali hatiku jika kita bisa menjadi muridnya." Kin San membuka pembicaraan sembari memandang lautan.

"Apakah kau masih ingat cerita dari Ibunda kita, tentang berdirinya Pesantren Ampel Denta?" Tanya jin Bun.

"Tentu Saja. Ibunda sangat lihai bercerita dengan cara yang menarik. Membuatku memahami dan terus mengingatnya. Apalagi mengenai Ampel Denta ini, yang tak lepas dari peran seorang wanita di dalamnya, yaitu Ratu Dwarawati, seorang Putri dari Kerajaan Campa. Yang sebagaimana Ibunda kita, ia menikah dengan Raja Majapahit saat itu" Kenang Kin San sambil tersenyum. Matanya menerawang.

Jin Bun turut melayangkan pandangan ke birunya lautan, yang seolah lengket dengan birunya langit berhias burung camar. Burung-burung melayang membentuk suatu formasi, yang seolah burung tersebut pun turut berkisah. Berkisah tentang seorang Putri dari Kerajaan Campa yang mengarungi samudera untuk menikah dengan Penguasa Nusantara.

"Ratu Dwarawati memiliki kakak perempuan yang menikah dengan Ibrahim Asmarakandi, seorang Persia keturunan dari Husein bin Ali bin Abi Thalib. Dari pernikahan mereka, lahirlah Ali Rahmatullah, yang dikemudian hari dikenal dengan nama Sunan Ampel." Tutur Kin San.

Jin Bun telah mengetahui kisah tersebut, hanya saja ia menikmati cara Kin San bercerita. Ia mendengarkan sembari merenung, betapa berkah pernikahan antara Ratu Dwarawati dan Prabu Brawijaya kala itu.

"Majapahit di kala itu mengalami kemerosotan moral, dimana para bangsawan dan rakyat jelata berlomba-lomba berbuat kerusakan di muka bumi ini, yaitu dengan Judi, Mabuk dan Zina. Bahkan mereka juga mencuri dan menyesap candu. Hal tersebut sangat meresahkan rakyat Majapahit, dan bisa membahayakan masa depan Nusantara. Kakanda masih ingat lanjutan kisah ini?" tanya Kin San.

"Ya.. Ratu Dwarawati berkata kepada Prabu bahwa ada seseorang yang mampu memperbaiki moral masyakarat, yaitu keponakannya yang bernama Ali Rahmatullah." Jawab Jin Bun.

Kesantunan, kehalusan budi dan ketinggian ilmu Ali Rahmatullah begitu berkesan di hati Sang Prabu, Ia pun diberi gelar Raden, dan dipanggil Raden Rahmat. Sang Prabu bahkan menyerahkan 300 keluarga kepada Raden Rahmat untuk mendirikan pemukiman baginya yang terletak di daerah Ampel, dan mengizinkannya untuk menjalankan agama islam dengan bebas. Raden Rahmat lantas memberikan pengajaran kepada masyarakat, khususnya untuk memperbaiki moral masyakarat ketika itu. Tak hanya itu, Raden Rahmat pun mampu mengubah daerah Ampel Denta yang semula berair dan berlumpur menjadi daerah yang makmur. Ajarannya yang indah, membuat ia begitu disayangi penduduk.

"Salah satu ajarannya yaitu Moh Limo, yang kemudian membuat moral masyarakat menjadi lebih baik. Apalagi para penduduk kini telah menganut islam, yang membuat akhlak mereka menjadi mulia." Lanjut Jin Bun.

PRINCESS CAMPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang