#26

9.9K 467 52
                                    

#POV : DAWSON

AKU harus bagaimana!?

Hari ini Gina pulang dari rumah sakit. Aku bingung karena mulai dari sekarang aku tidak lagi bisa menganggapnya sebagai anakku. Parahnya lagi, statusnya kini dia jadi my girl friend! Gimana ini!? Gimana kalau tiba-tiba dia ngajak berhubungan intim? Sudah pasti aku tidak mungkin melakukannya. Meski dia berulang kali berkata dia bukan anakku, tetap saja dia anak dari mantan istriku! Lalu, meski ratusan kali dia bilang dia tidak dibesarkan olehku, tetap saja sisi nuraniku tidak bisa membiarkan situasi ini tetap berlanjut.

Well, aku hanya merasa kasihan. Just it. Dia mengorbankan kakinya demi mendapatkanku, demi aku menepati janji konyolku beberapa hari yang lalu. Aku akan menjadi pria paling bodoh jika aku mengabaikan perjuangannya. Untuk itulah, aku pun menerimanya meski berat.

"Gina, apa yang akan kamu lakukan dengan barang-barangmu?" tanyaku.

Dia menatapku bingung. "Tentu mulai sekarang aku akan tidur denganmu."

"APA!?"

"Tidak perlu sekaget itu. Bukankah ini wajar kita lakuka sebelum nanti kita jadi suami-istri yang sah?"

Baiklah itu memang kultur budayaku, tapi bagaimana mungkin aku siap dengan situasi ini!?

"Tidak, aku tidak mau."

"Oh ayolah. Aku sudah menyiapkan pengaman yang banyak."

Mataku menanap tidak percaya. Bahkan sejauh itu? "Gina kamu beneran suka pria tua macam Dad!? Aku sudah tidak hebat dalam urusan ranjang!"

"Kamu bukan Ayahku!" serunya lantang. "Asal kau tahu," lanjutnya sinis. "Aku tidak pernah main-main dengan sebuah hubungan. Lagi pula, aku sangsi kamu payah dalam urusan ranjang. Hanya dengan melihat tubuhmu saja aku ...," katanya menggantung.

"Apa!?"

"Basah."

"What the hell! Are you kidding me!?"

"Apalagi kalau kita berdua ...," katanya menggantung lagi.

"Stop talking, Gina! Aku muak!"

"Bersenggama."

Aku menyerah! Anak itu kalau dikasih tahu sukanya melawan. Jadi kubiarkan dia melakukan apa yang dia suka. Meski sekarang, malamnya, tubuhku tegang karena di sampingku ada Gina yang sedang memperhatikanku dengan mata nakalnya.

Aku turun dari ranjang kemudian mengambil guling di kamar tamu. Kubuat benteng setinggi mungkin. Benteng pembatas yang menjadi sekat supaya dia tidak macam-macam. Kenapa aku yang salah tingkah ya? Padahal jika dia macam-macam aku hanya tinggal mengusirnya. Lagi pula, tidak mungkin dia rape diriku. Aku dengan mudahnya bisa melawan. Tapi tidak dengan pelecehan. Dia bisa saja melakukannya saat aku tidur.

"Daws, sebegitu takutnya kamu padaku?"

Aku terdiam. Aku merasa kasur tergucang pelan. Gina sudah ada di bawah sambil menatapku.

"Mau ke mana?"

"Kembali ke kamarku. Sudah kuduga memang terlalu cepat."

"Bagus," kataku spontan. Gina tertawa sinis. "Ma-maksudku—"

"Ya ya. Kamu nampak perjaka tua Daws dengan sifatmu barusan."

"Fuck off!"

"Besok aku akan mulai kuliah lagi. Jangan melarang karena dilarang pun aku akan tetap memaksa."

"Anak nakal."

"Well, terima kasih pujiannya."

"Itu bukan pujian, Gina."

DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang