#25 : Reuni

10K 447 32
                                    

Hari ini update 3 kali hm.

Oh ya, follow akun instagram saya ya. Pasti saya follback.

@x.floplo

Dawson!

Aku kembali mengganti namanya jadi Dawson gara-gara dia menyebut kalimat sweet heart padaku. Sungguh, ini diluar kuasaku. Air mataku tiba-tiba saja deras keluar saking bahagianya. Aku tidak tahu kenapa Dawson merubah pilihannya, namun yang jelas, aku sangat bahagia hari ini. Akhirnya setelah penantian panjangku mengharap cintanya, saat di mana aku bisa memeluknya sebagai kekasih pun tiba. Kuakui aku perempuan labil. Baru saja aku telah berpikir untuk menyerah dengan pemikiran itu jalan terbaik bagi kami berdua. Tapi setelah aku dihadapkan pada situasi seperti ini, bagaimana mungkin aku bisa menolaknya?

"Are you serious?"

Dawson mengusap air mataku.

Dia tersenyum manis seraya berkata, "Demi kebahagiaanmu, sweet heart."

Impuls, aku memeluk bahu lebarnya. Dawson mengusap rambutku kemudian mencium kepalaku. Setelah puas berlama-lama menghidu aroma tubuhnya, aku pun mencoba melepaskan diri kemudian menatap mata setajam elangnya. Hatiku sungguh berbunga-bunga. Aku tidak bisa menjabarkan bagaimana keadaan perasaanku sekarang dengan kata-kata. Tapi, kurasa jika orang lain melihat senyumku yang amat sangat bahagia, kurasa mereka akan mengerti.

Kudekatkan wajahku padanya. Saat aku mencoba untuk mencium bibirnya, Dawson langsung menarik kepalanya untuk menjauh dariku.

Tu-tunggu.

Why?

"A-aku belum siap untuk itu, Gina."

"Tapi—"

"Please."

Baiklah.

"Mom bagaimana? Apakah sekarang dia tahu aku di rumah sakit?" tanyaku.

Dawson menggeleng. "Jika kukatakan kamu habis dioperasi, 100 % kamu bakal langsung dibawa pulang olehnya." Dia benar. Kejadian tempo dulu saja Mom dan Alex kadar benci pada Dawson semakin bertambah, apalagi jika mereka tahu kejadian ini.

"Tapi aku memberi tahu teman terpercayamu."

"Who?"

Belum sempat Dawson menjawab, Karen, Johan, Kate, JJ, Dave dan Rick datang sambil membawa buah-buahan.

Oh my gosh!

Aku malu bertemu mereka.

Sudah jelas suasanya bakal canggung. Itu karena aku sudah mengabaikan mereka di saat aku sedang labil-labilnya mencari pasangan dan menyelesaikan masalahku sendirian.

"Hi," kata Karen.

"How are you?" ucap Johan.

"Cepat sembuh gih, biar kita bisa berantem lagi," ucap Kate. JJ mengacungkan jempolnya.

"Halo, Gina." Kini Dave yang berbicara.

Aku tidak tahu harus merespon kalimat mereka bagaimana. Pada akhirnya, dari miliaran kata yang mungkin ada di kelapaku, aku hanya berhasil menemukan satu kata, "Maaf." Kutatap mata mereka satu-satu.

"Ya, kamu memang harus meminta maaf. Aku masih belum memaafkanmu, FYI," timpal Karen. Dia bersedekap kesal sembari memutar bola matanya dua kali. Kenapa tidak satu kali saja? Hanya dia yang tahu.

"Jadi, apa yang harus aku lakukan supaya kalian memaafkanku?"

Mereka berlima saling pandang. "Tiga bulan lagi, unit kegiatan mahasiswa kita akan pergi ke gunung Semeru, Indonesia. Kamu harus ikut, meski Ayahmu melarang." Dawson memandang tajam Karen.

Aku tertawa. "So, aku masih anggota?"

"Tentu, tidak ada yang berani mengeluarkanmu," kata Johan.

"Jadi apa jawabanmu, bitch?"

Kulihat JJ. Sial! Tatapannya masih mesum ketika melihat Dawson. Tatapan wanita liar haus akan belaian.

"Baiklah, aku akan memaksa Daws—maksudku Daddy."

"Tunggu, Gina. Mana mungkin aku mengizinkanmu. Apa pun alasannya, kamu tidak boleh ikut."

"Oh ayolah, Sir. Dalam kurun waktu 3 bulan Gina pasti sembuh." Johan memandang Dawson penuh harap.

Tu-tunggu. Ada satu hal yang mengganjal pikiranku. "Karen sini sebentar, ada yang mau aku omongin." Setelah mulutku ada di telinga Karen, aku mulai berbisik, "Kamu sudah mendapatkan hati Johan?"

Karen malah tertawa terbahak-bahak. "Dia masih belum menyerah untuk mengejarmu, Gina."

"Owh gosh. Cowok bebal dasar!"

"Siapa yang cowok bebal?" tanya Johan.

"Balik ke topik," kataku menghiraukan pertanyaan Johan. "Dad, Daddy harus mengizinkanku pergi karena kalau tidak, aku akan kabur." Teman-temanku tertawa. Aku yakin mereka sudah memaafkanku meski aku menolak ajakan mereka pergi ke gunung ... apa tadi? Semeru? Nah itu. Aku bisa melihat dari tatapan mereka yang begitu teduh. Tapi masalahnya bukan itu. Ini kesempatanku untuk kembali pada teman-temanku, meski di dalamnya ada Kate dan JJ. Aku harus memperbaiki apa yang telah aku rusak. Dan, inilah momennya.

"Tetap tidak bisa," kata Dawson. Karen mengembuskan napas panjang. "Kecuali, kalau Dad ikut."

Sontak aku memekik senang. "Yes! Sudah diputuskan, Daddy akan ikut bersama kita!"

Karen dan Johan melongo. Aku bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya. Kenapa kamu bisa sesenang itu, Gina? Tentu saja alasannya karena di sana aku bisa bermesraan dengan Dawson.

Selain aku, sialnya ada orang lain yang senang ketika Dawson memutuskan ikut. Orang itu adalah JJ. Dia tersenyum lebar sembari menatap Dawson seakan ingin memakannya.

Dawson bangkit kemudian pergi keluar. Dia sepertinya membiarkan aku bertemu dengan teman-teman dekatku. Well, aku merasa hampa seketika. Pasalnya, saat Johan menyentuh bahkan memberi perhatian padaku sebelum dia pergi, Dawson bersikap biasa saja. Pantaskah aku merasa ingin dia cemburu? Justru—kuharap dugaanku salah—aku menangkap Dawson sengaja membiarkan diriku dan Johan menikmati waktu bersama.

DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang