#31

10.3K 439 44
                                    

4 bab lagi lamat ya. Tenang saja mulai dari sekarang perbabnya super panjang kok.

Perempuan itu kadang sederhana. Ketika orang tercintanya ada di dekapnya, dia tak menginginkan hal lebih selain ingin memilikinya. Raga dan hatinya. Begitu pun denganku. Ketika aku membenamkan kepalaku di bahu bidangnya sementara tangan kecilku memeluk tubuhnya, aku sangat tahu kalau aku sangat menginginkannya. Pertanyaannya bagaimana cara aku mendapatkannya? Bagaimana aku tahu kalau dia menginginkanku juga? Bagaimana aku tahu jika perlakuannya saat ini hanya anak dan ayah semata?

Aku menangis. Dia selalu berkata, 'Tenang kamu baik-baik saja, Gina. Badai ini tidak akan melukaimu. Ada aku di sini.' Tapi bukan karena itu aku menangis. Tak bisakah dia peka terhadap perasaanku yang sesungguhnya? Selama lima menit yang sangat menyiksa itu akhirnya aku bisa menguasai diri sendiri. Aku menyusut air mataku lalu mendorong Dawson pelan.

"Kenapa kamu ke sini?" tanyaku sedikit serak.

"Tentu untuk menjemputmu." Dawson tersenyum lebar.

"Kenapa?"

"Kenapa kamu bertanya kenapa? Tentu karena aku khawatir, Gina. Kamu satu-satunya a ...," ucapnya menggantung. Anakku. Kenapa dia menghentikan kalimatnya? "Maksudku—"

"I know, tunggu sebentar di sini aku akan segera kembali." Sudah kuduga kejadiannya akan seperti ini.

Kuhampiri Rick dengan wajah terluka. Dia mengernyitkan alis kemudian memelukku sebentar. "Kejadian buruk terjadi di sana?" tanyanya bersimpati.

"Tidak, aku sudah menduganya, tapi tetap saja hatiku sakit, Rick. Kenapa aku tidak bisa menjadi wanita yang kuat?" tanyaku putus asa. Aku marah pada diriku sendiri yang selalu menangis jika kenyataan tidak sesuai harapan. Aku benci dengan diriku yang seperti ini. Kenapa aku tidak bisa menjadi wanita yang kuat?

"Itu wajar. Kamu boleh menangis sesukamu. Toh jika pada akhirnya dengan menangis membuat hatimu tenang, so why not? Ketika emosi manusia hanya butuh pelampiasan hati." Kalimat Rick barusan membuatmu tenang. Aku tersenyum penuh terima kasih padanya.

"Kita pulang pakai mobil Dawson saja. Mobilmu tinggal di sini, nanti suruh orang buat ngambil setelah hujan reda." Rick mengangguk. Itu pilihan terbaik yang bisa kita ambil di situasi seperti ini.

Kami berdua keluar dengan berlari. Ketika kami berdua masuk, Daws berkata, "Gina kenapa kamu duduk di belakang?"

"Emmmmm ada yang mau aku obrolkan dengan Rick."

"Really?"

"Ya."

Aku memang ingin mengobrol dengan Rick soal pacar bohongan itu. "So, kapan kita berangkat ke rumah sakit?"

"Aku inginnya malam ini. Lebih cepat lebih baik."

"Kamu serius? I mean, tak masalah kita membohongi Ibumu?" tanyaku.

"Semua ini demi kebaikannya, Gina. Jadi aku yakin."

Dawson berdeham seakan sengaja supaya kami memerhatikannya. "Jadi kalian pacaran bohongan?"

Aku mendengus kesal. "Ya, dan aku sudah menjelaskannya padamu."

"Atau kalian pura-pura pacaran bohongan padahal aslinya beneran?" tanyanya sinis.

DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang