Bab 6. Awal Baru
Tidurku terusik, oleh kehangatan yang menerpa wajahku. Aku membuka kelopak mata dan langsung memejamkannya kembali karena silaunya sinar matahari terbit. Bangkit duduk, aku mengucek mata. Aku melirik jam weker diatas nakas. Masih jam 6 kurang. Seperti ada yang terlupa, tapi apa? Aku menggaruk kepala. Semalam aku sudah mematikan kompor, mengunci pintu dan menutup jendela. Lalu apa yang ku lu---astaga!!!
Aku membuka mata lebar-lebar. Menengok ke belakang. Tak ada siapa-siapa. Mengamati ruang kamarku dan dibawah tempat tidur. Hanya ada aku seorang disini. Namun aku masih cemas. Aku melirik pintu kamar mandi. Membukanya dengan perlahan dan menyembulkan kepala. Semua peralatan mandiku tidak ada yang berpindah. Aku keluar kamar dengan mengendap-endap. Sungguh ini membuatku takut, tapi aku tidak bisa berdiam diri didalam kamar saja.
Setelah menelusuri ruangan dan yang ku dapati hanya diriku, aku menarik nafas lega. Pergi ke dapur aku menemukan sepiring nasi goreng hangat dan segelas susu diatas meja. Tau saja aku sedang lapar. Aku lantas menyantapnya dengan lahap lalu menghabiskan segelas susu dengan sekali teguk. Sekarang tinggal mandi, berpakaian lalu pergi ke sekolah. Ketika membuka pintu kamar, aku terdiam melihat daun jendela yang terbuka dari sejak aku bangun tadi. Kejadian-kejadian janggal mulai merasuki otakku dan membuat celahnya sendiri. Nasi goreng dan susu diatas meja lalu jendela yang terbuka. Rasa-rasanya aku tidak melakukan itu semua. Lalu siapa? Tidak mungkinkan hantu. Apa...pria itu? Jangan-jangan semalam memang--- ah, tidak mungkin. Pasti aku hanya bermimpi. Pria itukan sudah mati. Mungkin aku yang membuka jendela dan memasak kemudian lupa. Ya ya ya pasti seperti itu. Aku bergegas ke kamar mandi.
Aku pindah ke sekolah ini ketika kelas tiga. Di kota kecil yang berdekatan dengan pantai. Sudah satu bulan aku dikelas ini, tapi rasanya aku ingin cepat-cepat lulus. Tidak betah dan kurang nyaman. Siswa siswi disini sama saja dengan yang di kota besar. Tidak ada bedanya.
Tempat dudukku paling ujung disudut kiri kelas. Sendirian. Karena memang meja itu yang tersedia. Sebenarnya, ada satu lagi meja yang diduduki seorang gadis. Dia tidak punya teman sebangku. Dia duduk di ujung sebelah kanan. Aku pernah duduk disebelahnya, tapi siswa di kelas ini langsung menyuruhku pindah dan duduk dimeja lain setelah guru keluar.
Aku tidak tau kenapa, tapi gadis itu memang cukup aneh. Saat ku ajak berkenalan, ia diam saja. Dan terus menundukan kepala. Rambutnya yang tergerai panjang menutupi sekitar wajah, aku tidak bisa melihat rupanya.
Aku meletakan tasku diatas, kelas masih sepi hanya ada beberapa orang. Aku harus cepat keluar dari kelas, kalau tidak---
"Hai, Rin. Buru-buru sekali."orang itu duduk di kursi kosong disebelahku, "temani aku, oke?"
"Aku sedang ada urusan. Kau bisa minta pada yang lain." Jawabku seraya bersabar.
"Tapi aku maunya kamu, gimana dong?" Ia menarik lenganku mendekatinya, aku menepisnya cepat."Jangan sentuh aku, Sano."
"Ugh, manisnya. Aku suka gadis agresif."
Aku merutukinya gila dalam hati. Aku harus keluar dari kelas ini! Aku menggeser kursi dan bangkit berdiri. Namun sebuah tangan menarik pinggangku kuat hingga terduduk.
Aku mendelik dan berteriak, "Sano!" Tanganku melayang hendak menamparnya namun ditahannya dengan cepat.
"Masa pegang sedikit tidak boleh?" Ia mengerling nakal dan aku mengernyit jijik. Ku tarik tanganku agar lepas dari cekalannya. Dan mengusap bagian yang disentuh oleh tangannya itu dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is (Not) A Psicopath [Dark Series I] [End]
Bí ẩn / Giật gân"Aku selalu menunggumu, memerhatikanmu dari keramaian, dan menantimu dikala sepi. Karena..... Aku...Mencintaimu... . Aku jahat namun, aku memiliki apa yang tidak orang lain miliki yaitu sebuah ketulusan" Dariku yang mencintaimu Arga Henanta Berkisah...