Bab 9

137 25 15
                                    

Kamu tahu mengapa tuhan menciptakan 'cinta' itu dalam bentuk yang tak terlihat? Agar aku bisa mencintaimu tanpa harus menunjukkannya - Dari A untuk P

Menunggumu membuatku lelah. Sampai Cinta ini telah berubah, menjadi sebuah rasa yang aku namakan 'kecewa' - Dari P untuk ?

Terima kasih kepadamu di kehidupan nyata, yang telah mengajarkan padaku bahwa mencintai harus mengikhlaskan - Dari Author kepada Dia

Ciaaa author curhat.. maafkeun..

Semangat buat komen cerita ini guys?

***Artha dan Prita***

"Jangan pernah lo sentuh dia"

Prita pelan-pelan membuka kedua kelopak matanya. Dan yang pertama dilihatnya adalah Hendra yang menahan tangan Arin yang hendak melayangkan tamparan ke Prita.

Mata Hendra yang tadi benar-benar bercahaya terang saat memberi Prita amplop tadi kini berubah menjadi berwarna merah nyala. Prita sempat kaget melihat amarah Hendra sebegitu puncaknya.

Sementara Artha lebih memilih menghampiri Cindy dan memegang kedua bahu Cindy.

"Kamu gapapa kan?"

Cindy mengangguk sebagai jawaban. Artha ikut mengangguk lega, meskipun sebenarnya sedari tadi Artha benar-benar menahan hasratnya untuk melindungi Prita. Artha lebih memilih mengalah dengan Hendra.

Benar. Tadi saat melihat keributan yang melibatkan Arin, sasya, cindy dan Prita, Artha dan Hendra langsung berlari meninggalkan permainan.

Dan begitu sampai di keributan tentu saja Artha langsung melihat ke Arah Prita- karena dilihatnya Cindy baik baik saja. Namun Hendra tampaknya lebih pantas menghalangi Arin. Karena Arin kan 'calon tunangan hendra'. Dan terlebih lagi, Artha terlalu pengecut untuk muncul sebagai pahlawan di hadapan Prita.

Artha terlalu pengecut untuk menunaikan janjinya untuk melindungi Prita.

"Hendra, lepasin tangan aku sekarang! Kamu ga pantes belain dia, dia bukan siapa-siapa Hendra"

Arin berkali-kali berontak, berusaha melepaskan tangannya yang benar-benar dicengkram Hendra dengan kuat.

"Arin denger ya! Gue sampai kapanpun gaakan pernah mau tunangan sama lo, lo itu memalukan, Rin"

Prita bisa melihat mata Arin sangat terluka mendengar apa yang barusan keluar dari mulut Hendra. Prita akui Arin memang menakutkannya, tapi Prita yakin Arin benar-benar mencintai Hendra.

"Apa-apaan kalian ini? Buat keributan di tengah pertandingan. Artha, Hendra, kalian ngapain ikut-ikutan? Kalian lupa kalian lagi pertandingan? Sekarang kalian berdua ikut bapak! Sisanya, bubar kalian semua!" Suara pelatih basket Sma Cendrawasih membuat pandangan mereka teralihkan, Hendra pun melepas cengkraman tangannya pada Arin.

Hari ini benar-benar hari yang kacau, baik bagi pertandingan basket yang jadi dibatalkan, bagi Prita, sasya, dan Cindy, bagi Arin, serta bagi Artha dan Hendra yang siap-siap menerima hukuman, mungkin 1000x push up.

🙃🙃Artha dan Prita🙃🙃

Hari ini Vano me-Line Prita bahwa katanya bisa menjemput.

Artha dan PritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang