Bab 15

62 11 5
                                    

Now play song siapkah kau tuk jatuh cinta lagi by Hivi

Meski bibir ini tak berkata
Bukan berarti ku tak merasa
Ada yang berbeda di antara kita
Dan tak mungkin ku melupakanmu
Hanya karena diriku tak mampu untuk bicara
Bahwa aku inginkan kau ada
Di hidupku ~

Follow me on ig : pujaa.p

Jangan lupa vote + comment nya

🙃🙃🙃Artha dan Prita🙃🙃🙃

Artha masih berada di rumah Prita selama beberapa saat, sambil men charge handphone nya yang sudah lowbatt- yang sudah dipastikan jika menyala akan banyak masuk panggilan- Artha masuk ke dalam kamar Prita.

Artha masih berada di rumah Prita selama beberapa saat, sambil men charge handphone nya yang sudah lowbatt- yang sudah dipastikan jika menyala akan banyak masuk panggilan- Artha masuk ke dalam kamar Prita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar Prita didominasi warna kesukaan nya- warna biru muda- karena Prita suka langit. Tentu saja di dalamnya ada meja belajar dengan buku, tidak ada meja rias dan sebagainya seperti kamar cewek-cewek lain, Prita memang berbeda.

Artha mengamati satu persatu figura yang ditempel Prita di dinding, terdapat foto dirinya masih kecil berdua dengan Vano, ada juga saat dirinya foto bersama teman sekelas SD nya, ah andai saja Artha tidak pindah pasti Artha ada di foto ini.

Kalau dipikir-pikir Prita masih mirip dengan dirinya saat kecil, makanya begitu Prita masuk ke kelas, Artha langsung mengenalinya.

Artha hendak menutup laci di samping tempat tidur Prita yang terbuka, namun matanya menangkap gelang perak beserta suratnya. Anggap saja Artha lancang, karena sekarang Artha sedang membaca surat itu- yang ternyata dari Hendra.

"Anggap gue egois, tapi gue ga akan kehilangan Prita kedua kalinya" Gumam Artha.

🙃🙃🙃Artha dan Prita🙃🙃🙃

"Ta lu mau pesen apa?" Sasya bertanya kepada Prita yang saat ini sedang menatap keramaian Kantin.

"Siomay aja sama es jeruk satu"

"Oke, tunggu ya" Ucap Sasya sambil berlalu.

Prita sejujurnya tidak terlalu suka makan di kantin. Lebih baik baginya membeli roti dan dibawa ke kelas. Tapi, demi Sasya-sekali lagi- mau tidak mau Prita mengikutinya. Selain Prita tidak terlalu suka keramaian, Prita sedang menghindari seseorang.

Baru saja orang tersebut melintas di pikiran Prita, dia sudah tersenyum sambil melambaikan tangan ke Arah Prita. Sinting.

Bukan, bukan karena Prita membencinya, hanya saja Prita malas ditatap orang-orang seperti saat ini.

"Aku nyariin kamu loh tadi ke kelas" Hendra mendudukkan bokongnya tepat di bangku yang berada di posisi berhadapan dengan Prita.

Sumpah demi apapun, kini Prita jadi pusat perhatian, Prita tidak ingin menjadi terkenal dengan cara seperti ini. Terlebih, Prita takut cewek monster bernama Arin akan menyerangnya lagi.

Artha dan PritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang