Bab 12

74 16 6
                                    

Aku ingin sekali menyembunyikan emosi di dalam diriku. Contohnya menyembunyikan perhatian kepadamu - A

Kalau memang itu kenyataannya, lalu apa? - P

Siapa aku? Berhak marah bila kau memilih dia dibanding aku - H

Kita pernah bersama
Pernah saling berbagi tawa
Saling berbagi duka
Namun, kau menancapkan luka
Dan kini kamu kembali
Membawa janji
Janji memperbaiki
Namun aku, tak sama lagi.

- dari author ke.....

Haiii... Aku comeback setelah works ini sudah berdebu. Masih ada yang baca ga ya?wkwk

Kangen ga?

Follow me on ig ya: pujaa.p

🙃🙃🙃Artha dan Prita🙃🙃🙃

Prita masih menatap laki-laki yang katanya ingin mengatakan sesuatu kepadanya ini. Mereka sudah berdua, Hendra memilih mengamati mereka dari meja yang berjarak sekitar 4 meter dari meja yang sekarang ditempati Artha dan Prita.

"Kamu, jadi ngomong ga?"

Akhirnya Prita yang tidak tahan melihat situasi canggung ini memilih membuka suara.

Artha sudah memikirkan ini berpuluh-puluh kali. Namun entah kenapa masih ada keraguan di hatinya. Resiko-resiko yang akan dia dapatkan apabila berkata jujur.

"Hah? Gue cuman mau bilang. Masakan mama lo enak, bisa bawain lagi ga?"

Bingo! Tepat sekali. Artha tidak berani jujur sekarang. Sebenarnya bukan masalah berani atau tidak, hanya saja sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Artha akan jujur saat Prita sudah dekat dengannya. Emang bisa dekat? Entahlah Artha juga tidak yakin, namun Artha akan berusaha.

"Aku kirain apa, ternyata itu. InsyaAllah ya, kalo mama aku bawain aku kasi ke kamu deh"

Prita mencoba tersenyum se'biasa' mungkin. Padahal sebenarnya Prita canggung setengah mati berhadapan dengan Artha. Dan lagi? Ternyata yang ingin dibicarakan nya tidak penting. Sungguh Prita tidak mengerti maksudnya apa.

Ini Artha sejenis cowok apa ya? Kok cowok malah pake kode-kode? .g

"Oke, kalo gitu gue cabut dulu ya. Have fun ya ita"

Deg. Tunggu, Artha memanggilnya Ita? Pendengaran Prita sungguh masih bagus, tidak perlu dibawa ke TST kok, eh THT maksudnya. Orang yang memanggilnya Ita adalah orang yang dekat dengannya, dan satu lagi adalah Artha, sahabat kecilnya. Bukan Artha yang ini. Tunggu, Jangan-jangan? Ahh sudahlah Prita sedang tidak ingin berfikir macam-macam. Hidup ini sudah berat, ferguso.

"Gajelas banget si tu anak" Hendra bergabung bersama Prita begitu si kutu kupret Artha itu telah meninggalkan cafe.

Prita tersenyum canggung, tepat sekali pesanan mereka datang untuk membantu situasi canggung ini.

"Ini anak bener-bener ya, ini pesanan dia udah dibayar belum mbak?"
Hendra murka begitu melihat pesanan Artha tersodor di meja mereka. Bungkus kek.

"Oh, makanan ini semuanya udah dibayar sama mas ganteng yang tadi"

Hendra tersenyum kecut, sambil batinnya berkata "Anjirr ini Artha bangsat, niat gua kan mau sok sok an ngedate ala ala gitu sama Prita, ngeganggu momen banget emang empedu lembu satu itu".

Artha dan PritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang