✵ Fidèle? || 25 ✵

1.4K 115 13
                                    

biasakan vote diawal,
dan komen di akhir 💭
happy reading 🔥

———

I'm fucked up,
I'm black and blue
— Harley Queen.

🌉🌉🌉

Sebagai seorang manusia biasa, tentu saja cowok itu tidak dapat menerima keadaan.

Ia tidak sempat mengucapkan selamat tinggal, maupun serangkai kata berupa I love you. Ia belum sempat membahagiakan, ia belum sempat menyisir rambut putih wanita itu.

Ia sudah merencanakan segalanya. Bagaimana bisa 1000 cita-cita itu hancur seketika? Apa Alex masih terlalu banyak berbuat dosa, hingga Yang Diatas membalasnya dengan mengambil nyawa orang yang amat penting di hidupnya? Apa slama ini wanita itu terlalu tersakiti, hingga Tuhan memutuskan untuk menariknya kembali ke sisi-Nya?

Sungguh. Alex tidak siap mengenakan pakaian serba hitam, dan melangkah ke tempat terseram yang slama ini slalu ia takutkan.

Ia bahkan pernah mengatakannya pada Kendall,

"Apa tujuan orang ke kuburan? Apa guna orang meninggal di tangisi? Toh, mereka ga akan balik lagi. Yang ada kalau kita ke kuburan, kita di hantui. Ga ada untungnya!"

Seakan perkataannya itu kembali pada dirinya sendiri. Kini ia tau alasan orang-orang menangisi kepergian seseorang di kuburan. Tidak perlu sampai di kuburan. Sosok wanita itu masih berada di rumah sakit dan belum di pindahkan tubuhnya, namun Alex sudah tidak siap duluan untuk menangisi wanita itu.

"Mom..." gumamnya di sela tangisan yang tak dapat berhenti mengalir dari matanya.

"Alex!!!" teriakan seorang pria bergema di lorong rumah sakit itu.

Suami dari wanita yang sejak tadi Alex tangisi itu tergopoh-gopoh menghampiri putra tunggalnya.

"Kamu kenapa, nak?" tanya sang papa dengan penuh kekuatiran.

"Irene turut berduka, om.." sebelum Alex menjawab, Irene meyahut pria yang panik itu. "Nyawa Tante Amanda sudah berakhir disini.."

Mendengar itu, Andrew, Papa Alex langsung tersungkur di lantai. Air matanya secara otomatis mengalir dari kedua matanya.

Alex pun secara perlahan merendahkan diri, duduk di sebelah papanya dan memeluk pria itu.

"Papa yakin kamu jauh lebih sedih dari Papa..." pria itu berbisik tepat di telinga putranya. Alex tidak merespon. Ia hanya mempererat pelukannya.

"Bagaimanapun kita harus tetap kuat, nak. Suasana pasti berbeda tanpa mama. Sekarang kita hanya bisa mengikhlaskan kepergiannya dan berdoa, kiranya ia diterima di sisi Allah.." ucap pria itu lagi.

Alex tau, smua ucapan Andrew itu hanyalah ucapan untuk menguatkan. Dia tau pria itu jauh lebih sedih dari dirinya. Ia dapat melihat air mata Andrew, dan kekecewaan yang terpapang jelas di wajah lesuhnya.

"Alex..." Andrew memanggil pelan dan perlahan melepaskan pelukannya. Putranya itu perlahan menatap Andrew.

"Sebaiknya kita mengunjungi ruangan mama.. At least to say the last goodbye."

Fidèle? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang