Hari ini Bryan sengaja datang pagi buta ke sekolah untuk melakukan kegiatan wajibnya, yaitu mengambil gambar dari rooftop sekolahnya. Sebuah hobi yang wajib ia lakukan untuk sekadar membendung kenangan baginya. Tentu saja sekolah masih sepi, tetapi lebih baik ia datang lebih awal daripada menjadi pusat perhatian gadis-gadis yang menurutnya sangat menggangu dan berlebihan.
Ckrek. ckrek.
Tangannya kini sudah sibuk memotret pemandangan pagi ini, sangat indah untuk menikmati sunrise sendirian.
Cklek.
Mendengar pintu yang terbuka membuat Bryan berbalik untuk melihat siapa yang datang sepagi ini selain dirinya.
Jarang-jarang.
Batinnya lalu memotret orang itu sebagai ekspresi rasa terkejutnya itu.
Sedangkan Lisha yang mencoba datang pagi buta pun gagal untuk menenangkan dirinya, tetapi keberadaan Bryan disana cukup memberikan kesempatan bagi gadis itu untuk mengungkapkan permintaan maaf atas kejadian kemarin.
"Bryan."
"Hm?" Lisha menatap Bryan yang tidak mengalihkan pandangannya dari kamera.
"Sorry yang kemarin, lagi emosi aja mama gue."
"Oke." Ucap Bryan lalu membalikkan badannya ke arah Lisha.
"Hari ini ada kelas Pak Endro. Jangan cari masalah atau lo berurusan sama gue lagi." Ujar lelaki itu tanpa menatap ke arah Lisha lalu melangkah pergi dari sana.
Lisha hanya mengangguk kecil dan membiarkan dirinya menikmati sisa waktu untuk menenangkan diri, seketika ingatan akan Ayahnya muncul. Ia ingat bahwa Andra pernah berjanji untuk kembali pada gadis itu, tetapi ia tidak mendapatkan kabar apapun hingga saat ini. Mengusir pikiran negatif adalah usaha satu-satunya bagi gadis itu, ia berjanji akan senang jika melihat Andra datang walaupun hanya beberapa menit saja. Sayang sekali, realita menuntut Lisha untuk menghilangkan harapan itu dan cukup menyimpulkan bahwa ayahnya tidak akan pernah kembali lagi.
Bel telah berbunyi yang berarti tanda untuk masuk kelas. Mau tidak mau Lisha harus melangkahkan kakinya menuju kelas dengan dihiasi suara tuduhan bahkan cacian dari berbagai gadis yang ia lewati.
Orang-orang emang ngga bisa kalo ngga diem.
Batinnya.
Raina sudah melambaikan tangannya di depan kelas, ini suatu masalah bagi Lisha karena gadis itu tetap saja menempel padanya. Lisha hanya melewati gadis itu dengan malas dan duduk di bangku yang biasa ia duduki.
***
"Mana nih ketos yang lagi jatuh cinta." Seru Andre lalu menyenggol siku Bryan ketika mereka berjalan ke arah kantin.
"Ngaco lo." Ujar Bryan tanpa menatap ke arah Andre.
"Gas teros!" Ucap David yang sudah duduk disebelah Bryan.
Andre melanjutkan, "akibat diceramahin si botak sekarang udah deket lo, emang manjur." Sebenarnya 'si botak' adalah panggilan kesayangan dari murid untuk Pak Endro.
"Lo harus berterima kasih sama Pak Endro, ibarat lo sama Lisha tuh dijodohin." Sambung Randy yang membuat Bryan semakin malas.
"Bacot lo, Anjing." Balas Bryan lalu duduk di bangku kantin yang biasa ia duduki bersama sahabatnya.
"Udah daripada lo ngamuk terus macem cewe pms, gua traktir kalian." Mendengar kata traktir dari Andre membuat mereka semakin bersemangat kecuali Bryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oasis
Romance"Gue bukan cinderella nya lo. Kayak dongeng in anak kecil aja." - Alisha Elvarette - "Kalo lo bukan cinderella nya gue, berarti lo itu sumber ketenangan gue." - Bryan Ivander Arkharega - © 2018