Hai guys!
Selamat membacaa
Jangan lupa vomment yaa
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."BRYAN! KEREN BANGET SIH PACAR GUE!" Teriakan murid yang pastinya adalah kaum hawa selalu menusuk pendengaran Lisha, ingin sekali ia menutup telinganya rapat-rapat.
"AAA! BRYAN!" Seru beberapa murid kelas lain yang teriak di dekatnya ketika Bryan melakukan smash dan bola berhasil masuk di wilayah lawan.
Astaga hidup gue nggak nyaman gegara fans lo Bry.
Batin gadis itu.
Set pertama dimenangkan oleh kelasnya, mereka berpindah tempat ke wilayah yang lainnya untuk set kedua.
"Kumpul bentar." Ucap Bryan sebagai kaptennya, Lisha dan pemain lainnya segera berkumpul.
"Lawan kita nggak mudah daritadi poin nya tipis sama kita. Lisha gantiin Rhea, Dion gantiin Farhan." Ujar lelaki itu.
"Udah ya, ayo balik lapangan." Lisha dan temannya mengangguk dan tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.
"Semangat ya, kalo lo nggak bisa passing bola nya panggil gue aja." Ujar Dion sambil tersenyum yang kebetulan posisinya di belakang bersebelah dengan Lisha.
Gadis itu mengangguk pelan sedangkan Bryan hanya melihat kejadian itu tanpa diketahui Lisha, ia merasakan ada yang aneh dengan Dion.
"LISHAA! SEMANGAT SAYANGNYA GUE! AAKKK!" Teriak Raina membuat Lisha sedikit tertawa.
Sudah lama Lisha tidak bermain voli, setidaknya ia bisa service dan passing. Pertandingan di mulai lagi, service di lakukan oleh lawan dan dengan sigap David mem-passing bola itu ke arah Dion, lelaki itu dengan sigap membendung bola itu dan memberikannya ke arah Lisha. Gadis itu segera mem-passing kembali dan bola memasuki wilayah lawan, di balasnya bola itu oleh lawan lalu di smash oleh Bryan dan masuk.
"Nice, Sha." Puji Dion sambil tersenyum ke arah Lisha.
"Thanks." Ujar Lisha tersenyum tipis.
Pertandingan belangsung dengan sengit, Lisha melihat Bryan yang bagus dalam bermain. Ucapan para gadis sekolahnya memang tidak bohong, lelaki itu benar-benar keren dan jenius wajar saja banyak yang mengaguminya.
Setelah beberapa menit, akhirnya pertandingan dimenangkan oleh kelasnya senang sekali bahwa mereka adalah pemenang dari perlombaan voli.
"LISHA! LO JAGO BANGET SIH!" Teriak Raina yang sudah bersorak senang sedangkan Lisha hanya tersenyum.
"Kumpul gitu sama pemain yang lain tuh. Eh, tapi lo kok pucet lagi sih?" Ujar Raina lalu Lisha melihat ke arah teman-temannya yang bersorak tetapi ia tidak menemukan Bryan.
"Bryan langsung ngurus lomba futsal, Sha. Cie nyariin juga lo." Lisha ingin sekali mengubur Raina dalam-dalam jika ia bukan temannya.
"Apa sih, ngga—" Ucapan Lisha terhenti ketika kepalanya merasakan pusing yang sangat menyakitkan, ia segera memegang lengan Raina.
"Sha? Lo nggak papa?" Tanya Raina yang mulai panik dengan cepat Lisha segera menggelengkan kepalanya.
"Ngga papa." Ujar gadis itu.
"Bomat gue sama ngga papa lo. Ayo deh ke uks." Raina pun segera membawa Lisha ke uks.
Sesampainya di uks, Raina segera mengeluarkan alat tensi digital, "tadi Bryan bilang ke gue, dia minta tolong anter lo ke UKS buat cek tensi, keknya dia sibuk kepanitiaan sih jadinya ngga sempet."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oasis
Romance"Gue bukan cinderella nya lo. Kayak dongeng in anak kecil aja." - Alisha Elvarette - "Kalo lo bukan cinderella nya gue, berarti lo itu sumber ketenangan gue." - Bryan Ivander Arkharega - © 2018