Oasis

[ 9 ]

'Aku hanya seorang gadis biasa yang tidak memiliki harapan selain hidup tanpa siksaan.'

- Alisha -

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Sha." Panggil Bryan dari belakang Andre membuat Lisha mengalihkan pandangannya dari kakinya lalu menatap lelaki itu.

"Ikut gue." Ucap lelaki itu.

"CIE!" Teriak Andre.

"Kesempatan buat lo, Sha." Bisik Raina sebelum Lisha beranjak dari tempatnya.

"Nggak usah aneh-aneh lo." Ujar Lisha lalu segera mengikuti langkah Bryan.

Cukup jauh mereka meninggalkan keramaian di rumah Bryan yang luas ini, Lisha tidak mengerti Bryan akan membawanya kemana. Tak lama kemudian mereka sampai di taman belakang yang menurutnya indah, ia melihat Bryan duduk di kursi taman.

Ckrek.

Bryan memotret taman rumahnya, Lisha tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan lelaki itu.

Dia nggak pernah foto area rumahnya sendiri?

Ckrek.

Lisha terkejut ketika Bryan mengarahkan kamera dan memotret dirinya.

"Ngapain berdiri? Duduk aja." Ucapnya lalu Lisha mengangguk dan duduk di sebelah Bryan.

Ckrek. Ckrek.

"Lo belum minta izin gue buat fotoin." Ujar Lisha sambil menatap Bryan datar.

"Izin." Ucap Bryan lalu memotret gadis itu kembali, cepat-cepat Lisha memalingkan wajahnya.

"Sha." Panggil Bryan lalu Lisha menoleh ke arahnya.

"Apa?"

Ckrek.

"Bryan." Tegur Lisha pelan dan memilih untuk mengambil kamera Bryan untuk menghapus gambar dirinya.

"Mana bisa lo ambil kamera gue gitu aja." Ejek Bryan yang sudah mengangkat kameranya tinggi-tingi sambil berdiri sedangkan Lisha menggapainya dengan meloncat.

"Pendek lo." Ucap Bryan sambil meninggalkan Lisha.

Gue pendek? Astaga.

Batin Lisha kesal.

"Sha, mau disitu terus?" Tanya lelaki itu membuat Lisha segera mengikutinya dengan ekspresi datarnya.

"Lo nggak pernah foto area rumah lo?" Tanya Lisha membuat Bryan mengangkat alisnya.

"Pernah."

"Terus kenapa foto-foto lagi? Nggak bosen lo?" Ujar gadis itu sambil melihat sekeliling taman.

"Ngga."

"Kenapa lo manggil gue?"

"Bosen."

"Harus sama gue?"