[ 6 ]

170 49 14
                                    

A/N
Jangan lupa vomment yaa

Lisha terbangun dari tidurnya, ia melihat ke arah jam dinding UKS. Sudah menunjukkan pukul tiga sore, itu berarti teman-temannya baru saja keluar dari kelasnya. Tiba-tiba pintu UKS terbuka, terlihat Bryan datang bersama Raina yang membawa tasnya.

"Lisha kuu." Seru Raina sambil meletakkan tas di salah satu kursi.

"Gimana keadaan lo?" Lanjutnya.

"Udah baikan kok, thanks." Ucap Lisha lalu melirik ke arah Bryan yang memasukkan sesuatu di dalam tasnya.

"Buka di rumah." Ucap Bryan lalu menutup resleting tas.

"Eh lo naruh apa di tas nya Lisha?" Tanya Raina dengan nada penuh curiga.

"Tanya aja ke dia nanti, susah." Ujar lelaki itu lalu mengalihkan pandangannya.

"Ih, musnah aja deh lo. Sha, yuk pulang bareng gue, mumpung gue lagi bawa mobil." Raina mulai membantu Lisha untuk turun dari kasur.

"Lisha bareng gue, pulang lo sana." Bryan mengerti suasana rumah Lisha yang berbeda. Ia memutuskan untuk mengantarnya daripada Raina mengetahui semua, sedangkan Lisha hanya diam menyaksikan perdebatan mereka berdua.

"Eh apa deh, kan gue dulu yang ngajak."

"Udah sana."

"IH BRYAN!" Teriak Raina setelah di seret keluar dari UKS.

"Pusing ngga?" Tanya Bryan yang sudah kembali dari luar dan menatap ke arah Lisha.

"Ngga." Ucap gadis itu lalu mengambil tas nya.

"Bentar," Bryan menarik pelan lengan gadis itu agar berhadapan dengannya. Ia meletakkan punggung tangan pada kening Lisha.

"Panas lo udah reda, kuat jalan?" Tanya Bryan yang diajwab oleh anggukan gadis itu.

"Yaudah, ayo pulang." Ucap Bryan lalu melangkahkan kakinya bersama Lisha menuju parkiran.

Kenapa dia baik sama gue?

Dari bulan lalu dia nggak kayak gini sama gue.

Banyak yang liatin gue lagi.

Batin Lisha sedari tadi, ia tidak sadar bahwa kini dirinya melamun hingga panggilan dari Bryan ia abaikan.

"Sha? Alisha?"

"Apa?" Bryan menatap Lisha yang sedaritadi hanya melamun, gadis itu tersadar lalu melihat pintu mobil yang sudah terbuka dan segera memasukinya.

Tidak ada percakapan diantara mereka berdua selama di mobil, Bryan sibuk menyetir sedangkan Lisha sibuk melihat pemandangan dari jendela.

"Jangan turunin gue didepan rumah." Ujar Lisha tiba-tiba membuat Bryan menaikkan alisnya.

Nyokap?

Batin Bryan lalu sesekali menoleh ke arah Lisha.

"Kenapa?"

"Nggak papa gue jalan aja dari halte."

"Lo lagi sakit."

"Nggak, gue kuat kok." Ucap Lisha menatap Bryan.

"Ngga usah nolak lo."

"Tapi—" Bryan menghentikan mobilnya ketika lampu merah menyala dan menoleh kembali ke arah gadis itu.

"Gue anterin sampe rumah." Lisha hanya menghembuskan napasnya, ia tidak memiliki kekuatan untuk berdebat dengan lelaki sebelahnya itu.

OasisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang