[ 21 ]

111 19 8
                                    

"Thanks, Bry." Ujar Lisha sambil melihat buket bunga dan beberapa tangkai bunga lainnya yang ia bawa setelah melepas pelukan Bryan.

"Kenapa peony sama tulip biru?"

"Peony itu lambang cinta sama kebahagiaan, Tulip biru lambang ketenangan." Ujar Bryan.

"Suka ngga?" Tanya lelaki itu kembali.

Lisha menganggukkan kepalanya, "suka."

"Bagus kalo lo suka." Ujar Bryan sambil tersenyum lalu menggenggam tangan gadisnya.

Mereka pun melangkahkan kakinya menyusuri pantai sembari melihat sekumpulan anak kecil tengah bermain.

"Sha." Panggil Bryan.

"Hm?"

"Gue pingin lo berhenti kerja."

Lisha pun menganggukkan kepalanya, "tumben nurut?"

"Kalo nolak pun ngga bakal ada hasilnya." Jawab gadis itu sambil tertawa kecil.

"Pinter lo." Balas Bryan membuat Lisha hanya membalas dengan tatapan datarnya.

"O iya, Mama pingin ketemu lo." Ucap Bryan sambil mengambil kameranya dan mulai memotret pemandangan sekitarnya.

"Oh ya? Udah lama ngga ketemu lagi." Ujar Lisha.

Bryan mengangguk, "nanti kalo sempat—"

Ddrrtt Dddrrttt

"Wait." Ujar Bryan lalu mengangkat telepon.

"Iya, lagi sama Lisha. Iya susah sinyal lagi di pantai, serius ma? Nunggu dua sampe tiga jam lagi. Yaudah Bryan anter. Iya, ma."

"Kenapa?" Tanya Lisha ketika Bryan menyimpan ponselnya.

"Kali ini gue harus ngalah sama mama." Ujar Bryan.

Lisha menaikkan alisnya, "kenapa?"

"Mama pingin banget jalan bareng lo, ngga papa kan? Nanti kita ke pantai lagi kalo ada waktu luang." Mendengar itu Lisha langsung tersenyum.

"Gue ngga masalah kok." Jawab gadis itu sambil melangkahkan kakinya kembali menuju mobil Bryan.

"Seatbelt." Ujar lelaki itu membuat gadis itu segera memakai seatbelt nya ketika mereka sudah berada di mobil.

Lisha sibuk menatap jalanan sedangkan Bryan masih fokus dalam menyetir, tidak ada percakapan dari mereka berdua karena sejatinya mereka lebih suka suasana yang hening. Merasa terlalu hening, sesekali Bryan menoleh ke arah Lisha dan meraih tangan kanannya untuk digenggam.

Gadis itu pun menoleh kearahnya, "kenapa?" Mobil pun berhenti ketika lampu merah menyala.

Bryan menatap ke arah Lisha tanpa berkedip, "lo cantik banget hari ini." Ujarnya sembari mengusap punggung tangan gadis itu.

"Gue makin ngeri lo bilang gitu." Ujar Lisha bercanda.

Jarang sekali Bryan mengatakan hal seperti ini, apakah lelaki itu sangat bahagia hari ini? Seorang gadis bernama Lisha telah menjadi pacarnya?

"Tapi thanks, gue emang cantik." Lanjut gadis itu sambil tertawa kecil.

"Nyesel gue." Ucap Bryan lalu menarik hidung Lisha pelan.

"Astaga sakit, Bry."

"Biarin." Ujar lelaki itu lalu melanjutkan tawanya.

Tak terasa mereka sudah sampai di kediaman Arkharega sebelum sore datang.

Lisha datang dan menyalami Salsa, "Lisha kamu cantik sekali." Ujar Salsa sembari memeluk gadis itu.

Lisha hanya tersenyum lalu melihat ke arah Arkha yang mendekatinya, "oh ini pacarnya Bryan?"

Pertanyaan itu membuat Lisha terkejut sementara, "e-eh, iya om." Balasnya sembari menyalami Arkha.

"Lisha, tunggu tante sebentar ya mau dandan dulu. Habis itu kita jalan-jalan ke mall." Ujar Salsa lalu berlari kecil menuju kamarnya.

"Hati-hati Salsa, nanti jatuh." Peringat Arkha yang membuat Lisha tersenyum.

"Jaga mama sama Lisha ya nanti." Ujar Arkha pada Bryan lalu menyusul Salsa ke kamar.

Bryan menghembuskan napasnya pelan, ia harus super sabar karena menuruti keinginan Salsa. Bagaimana tidak? hari yang seharusnya dinikmati berdua tiba-tiba hilang dalam sekejap, Lisha yang melihat itu hanya bisa tertawa kecil.

Lelaki itu melihat ke arah Lisha, "sempet lo ketawa."

"Galak lo." Balas Lisha.

"Gue masih pingin berdua sama lo." Bisik Bryan sambil menarik Lisha untuk duduk di sofa.

"Inget, ibu yang pertama." Balas gadis itu.

"Sha." Panggil Bryan.

"Hm?"

"Ngomong-ngomong gimana mama? Aubry? Ada nyariin sampe rumah?" Lisha pun menggeleng.

"Baguslah." Lanjut Bryan.

Lisha menatap ke arah lelaki itu, "kenapa?"

"Ngga papa, cuma pingin mastiin aja." Jawab Bryan.

"Feeling gue makin kesini makin ngga enak, Bry."

"Mereka? Kenapa?" Tanya Bryan lalu membalas tatapan gadis itu.

"Ngga tau kenapa." Ucap Lisha.

Bryan pun mengacak rambut Lisha pelan, "tenang aja." Ujar lelaki itu.

"Bryan, rambut gue jadi berantakan." Ucap Lisha dengan nada kesalnya.

"Biarin gitu aja tetep cantik kok." Balas Bryan sambil tertawa.

"Ngeselin lo."

Bryan pun memilih untuk mengusap kepala Lisha agar rambutnya tertata kembali.

Tiba-tiba Salsa keluar dari kamarnya, "udah siap ma?" Tanya Bryan.

"Udah." Jawab Salsa lalu menggandeng tangan Lisha.

"Ayo, Lisha." Ajak Salsa lalu melangkahkan kakinya menuju mobil.

"Tante ngga duduk di sebelah Bryan?" Tanya Lisha ketika menemukan Salsa duduk di sebelahnya.

"Tante sama kamu aja biarin Bryan jadi supir." Ujar Salsa membuat Lisha terkekeh sembari melirik Bryan yang masih memasang wajah tenang.

"Ngga papa, bukti sayang ke mama." Balas Bryan.

Salsa pun melihat ke arah Bryan, "bisa aja kamu." Sedangkan Bryan pun hanya tersenyum jahil.

"Jadi sekarang kalian udah pacaran?" Tanya Salsa.

"Iya, Ma." Jawab Bryan sembari mengemudi mobilnya.

Salsa pun menoleh ke arah Lisha yang diam sejak daritadi, "kamu kok mau sama dia?"

"Ma." Ucap Bryan sedangkan Lisha hanya tertawa pelan.

"Mending nanyain pertanyaan lain, ma." Lanjut lelaki itu.

"Enaknya nanya apa ke Lisha?" Tanya Salsa.

"Bryan aja yang nanya ke Mama." Ucap Bryan.

"Ma, nanti aku nikahin Lisha boleh?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

To be continue

Oasis

Bii

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OasisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang