'Hidup itu pasti penuh perubahan, tetapi kita tidak tahu kapan perubahan itu terjadi.'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Habis lo."
Tatapan Lisha yang sebelumnya ke arah Roy kini berpindah pada Bryan, mereka berdua bertatapan cukup lama membuat seisi kelas semakin riuh hingga seorang gadis yang tidak dikenal memanggil namanya.
"Alisha Elvarette?"
Panggilan itu sontak mengundang seisi kelas untuk mengalihkan pandangan ke sumber suara.
"Bener Alisha? Kenalin gue Reva." Ucap gadis itu tersenyum lebar dan mengarah kan tangannya untuk bersalaman dengan lawan bicaranya. Lisha hanya diam menatap datar ke arah Reva, tanda untuk tidak ingin berbasa-basi karena sudah waktunya masuk kelas.
"Untung guru lo belum dateng, gue mau nawarin lo buat masuk ekskul basket. Kita kekurangan cewe nih, gue sempat denger di kantor sekolah kalo lo mantan kapten basket di sekolah sebelumnya." Tiba-tiba seisi kelas terkejut dengan penjelasan Reva sedangkan Bryan hanya mengangkat alis sebelahnya.
Kapten?
Batinnya.
"Lo mau kan? Nanti—" Ucapan Reva terpotong begitu saja oleh Lisha.
"Ngga." Jawabnya singkat lalu kembali masuk dan duduk ditempatnya tanpa memperhatikan reaksi teman sekelasnya.
Reva yang melihat itu sedikit bingung dan melirik ke arah Bryan untuk meminta bantuan.
"Randy, bukan gue." Jawab Bryan yang tak kalah singkat lalu kembali duduk di bangkunya.
"Wih, kapten basket itu anak." Ujar David sembari melihat Lisha yang kembali ke tempat duduk.
"Tertolak, Terjungkal, Tercongkel." Susul Andre.
"Alay lo." Sela David.
"Kalo dia nerima gue rela sih ngasih gelar kapten basket putra ke Bryan." Sindir Randy yang tak di balas oleh Bryan.
"Sha, ngga usah dipikirin kejadian tadi. Lo ngga papa kan?" Tanya Raina sembari sesekali melihat teman kelasnya.
"Tapi kalo dipikir-pikir lo harusnya nerima jadi anggota basket ngga sih, soalnya mereka ngga sembarang rekrut orang loh." Ujar Raina sambil menatap ke arah Lisha.
"Yaudah lo aja yang ikut." Jawab Lisha.
"Ya mana mungkin gue bisa masuk, orang gue ngga handal." Raina cukup mengomel membuat Lisha mengacuhkannya dan mengalihkan pandangan menuju luar jendela.
Pelajaran sudah selesai, rencana berkumpul squad 4 cogan itu tertunda karena Bryan harus memimpin rapat osis. Tidak membuang waktu lama, ia segera meninggalkan kelas yang sudah sepi menuju ruang rapat.
"Rapat gue mulai ya." Ucap Bryan dengan singkat.
"Karena ada saran dari salah satu teman kita, tahun ini sekolah kita bakal ngadain pekan olahraga, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya pake tema seni. Ada saran lain?" Seluruh anggota terdiam.
"Kalo belum ada lanjut, kali ini ketua pelaksana dipegang sama Dani. Gue penanggung jawab, jadi mohon kerja samanya ya, waktu ngga banyak. Detail kepanitiaan sama konsep kasar acara bakal dibicarain sama ketua pelaksana." Bryan melirik ke arah Dani.
"Dan, jelasin." Dani pun mengangguk.
"Jadi, kita bakal ada perlombaan basket, voli, futsal, sama badminton. Contoh ketentuannya sudah ada di depan kalian masing-masing bisa kalian baca sendiri, karena itu masih kasar banget jadi harus dibenerin lagi dari divisi acara." Ujar Dani yang diikuti anggukan oleh anggota rapat. Seseorang tiba-tiba mengangkat tangannya, yaitu Melia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oasis
Romance"Gue bukan cinderella nya lo. Kayak dongeng in anak kecil aja." - Alisha Elvarette - "Kalo lo bukan cinderella nya gue, berarti lo itu sumber ketenangan gue." - Bryan Ivander Arkharega - © 2018