Part 1

2.2K 44 1
                                    

"Assalamu alaikum" salam terucap lembut dari bibir manis seorang pemuda yang menghelah nafas panjang saat membuka jendela. Tampak secerca cahaya matahari pagi yang menyelinap masuk tanpa permisi, menghangatkan setiap hati yang melihatnya.  Sepasang mata kecoklatan yang tanpa berkedip menatap ke luar jendela, membuat pepohonan hijau seketika tersipu malu ketika melihat senyumannya yang tulus dari hati tersebar di setiap sudut pagi. Namun senyum manis tadi berubah menjadi tegang saat seekor kucing berwarna putih menggaduhkan lamunannya.
"Astagfirullah!" Ucap pemuda tadi terkejut
"Huffft! Ternyata kamu, sudah bangun rupanya" ucapnya sambil berjongkok di hadapan kucing putih yang ada di bawahnya. Tak lupa, dia masi tersenyum.
Pemuda tersebut bernama Ahmad Attar yang berusia 24 tahun, seorang mahasiswa S2 Fakultas Ekonomi yang memiliki postur tubuh tidak terlalu gemuk pun tidak terlalu kurus, memiliki tinggi yang cukup untuk ukuran umum pemuda di Indonesia. Sesuai dengan namanya Attar yang artinya Niat Yang Baik seolah menjadi penyejuk hati setiap orang yang memanggilnya. Bukan hanya namanya yang indah, dia juga memiliki wajah yang teduh, sehingga kalimat Penyejuk Mata dan Penenang Jiwa rasanya cocok disematkan padanya.
Pagi ini selalu sama dengan pagi-pagi sebelumnya yang selalu dia lewatkan dengan senyuman dan rasa syukur atas apa yang Allah titipkan padanya selama ini.
Tepat pukul 07:12 pagi setelah Attar menyelesaikan sarapannya, dia pun bergegas untuk mandi. 
"Attar? Mau keluar? Tumben jam segini udah mandi" teriak seorang sahabat yang duduk di meja makan.
Namanya Fahri yang sudah 5 tahun lebih menjadi teman satu rumah Attar mulai mereka masi menempuh kuliah S1 dulu. Fahri menumpang di rumah milik keluarga Attar di Jakarta, karna keluarga mereka sama-sama berdomisili di Bandung.
"Mau ngampus ada urusan, kamu gak ada kuliah kan hari ini?" Teriak Attar dari dalam kamar mandi.
"Yoii aku free hari ini sampai besok, karna dosen aku lagi keluar kota"
"Nah pas banget! Kamu beresin rumah yah, soalnya aku bakal pulang malam nih kayaknya. Cuci piring aja dikit tuh bekas aku masak tadi. Yah yah yah?" Pujuk Attar
"Iya iya iya! Perasaan selalu kaya gitu deh. Btw ini nasi goreng kamu yang bikin?" Tanya Fahri sambil menatap nasi goreng di atas sendok yang dari tadi ditatapnya
"Iya! Kenapa?" Jawab Attar masi dalam kamar mandi
"Tumben masakanmu gak enak? Rasanya aneh, kamu pake bumbu instan yah?" keluh Fahri
"Astagfirullah!" Jawab Attar sambil keluar dari kamar mandi sambil mengibas-ngibas rambutnya yang basah
"Kalau kamu gak suka, udah jangan dimakan. Diam aja. Gak baik menghujat makanan seperti itu." Jawabnya sambil mengambil segelas air
"Rasulullah kalau gak suka sama makanan ditinggalin aja tanpa berkata apapun" lanjut Attar
"Iya iya maaf. Kamu mah baper, gitu aja marah" kata Fahri sambil menarik pipi Attar
"Aku gak marah Fahri. Hanya sekedar menyampaikan apa yang Rasulullah ajarkan" jawab Attar sambil merangkul pundak Fahri
"Hahaha dasar! Iya iya makasih nasehatnya pak ustadz!" Ejek Fahri sambil memasangkan peci di kepala Attar kemudian lari masuk ke kamarnya.
Seperti itulah keseharian Attar dan Fahri, saling menjaga dan menasehati satu sama lain. Mereka bersahabat sudah puluhan tahun mulai dari mereka kecil dan belum tau apa-apa sampai sekarang sama-sama sedang memperjuangkan gelar masternya.
Tak berselang lama setelah itu Attar keluar dari kamarnya menggunakan kemeja biru muda dengan melepas satu kancing di kerahnya, menggunakan celana jeans hitam dengan sepatu hitam yang tampak sangat serasi dipadupadankan. Digulungnya lengan kemeja itu sampai kesiku kemudian mengambil tas dan berlalu pergi.
Attar merupakan anak dari keluarga yang berkecukupan sehingga itu menjadi satu alasan dia bisa meneruskan kuliahnya sampai ke tahap ini. Meskipun mengendari sebuah mobil ke kampus, namun itu tidak membuat Attar angkuh dan sombong pada teman-temannya.
Setibanya di kampus tepat pukul 08:43 Attar bergegas masuk keruangan dosen untuk menyelesaikan keperluannya. Namun di tengah jalan ada seseorang meneriakinya, sehingga dia yang berjalan terburu-buru tadi tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berbalik mencari sumber suara. Namun,
"Brruuuk!!" Attar menabrak seorang wanita yang ada di belakangnya
"Astagfirullah! Maaf maaf, saya minta maaf" kata Attar  yang kaget sambil membungkukkan badan tanpa melihat siapa yang dia tabrak
"Gak apa-apa" jawab orang itu singkat kemudian melangkah untuk pergi
"Tut..tunggu!" Attar berteriak
Orang itu berhenti dan menoleh namun Attar terkejut melihat orang yang dia tabrak ternyata adalah gadis bernama Yuna. Gadis itu merupakan anak dari salah satu dosen di kampus Attar yang terkenal sangat cuek. Bukan karena Yuna angkuh, tapi memang seperti itulah watak dan tabiatnya.
"Ya?" Jawab Yuna yang menoleh tanpa membalikkan badan
"Sekali lagi maaf. Saya tidak berhati-hati" jawab Attar menunduk
"Gak apa-apa" jawaban yang sama Yuna ucapkan dan kemudian pergi. Namun baru dua langkah Yuna pun berhenti dan berbalik ke pada Attar
"Jangan berbicara terlalu formal, santai saja" lanjut Yuna masi dengan wajah datar dengan rambut panjangnya yang tertiup-tiup angin.
"Iya Yun" jawab Attar masi menatap Yuna
Yuna yang tadinya berjalan untuk pergi meninggalakan Attar kemudian terhenti kembali dan menoleh
"Kamu tau namaku?" Jawab Yuna yang lagi-lagi hanya menoleh tanpa membalikkan badan
Tiba-tiba salah seorang teman Attar yang berteriak tadi datang menghampiri Attar kemudian merangkul Attar.
"Yuna! Yaelah kamu Kalau lagi ngomong tuh balik napa? Kaku banget si ah!"  jawab teman Attar yang bernama Ryan yang juga merupakan teman Yuna. Yuna pun merasa mengenal suara yang didengarnya dan kemudian membalikkan badannya.
"Ryan? Temen kamu?" Jawab Yuna sambil menunjuk Attar
"Yapp! Dia teman aku" sambil mempererat rangkulannya dipundak Attar
"Dan eiitts!!! Kamu gak boleh nunjuk-nunjuk gitu, dia ini senior kamu. Sekelas sama aku asal kamu tau" lanjut Ryan menaikkan alisnya yang terlihat sok menggeretak Yuna dengan sifat humornya
"Terserah!" Jawab Yuna singkat kemudian pergi dengan mimik muka yang tak kalah jutek dari sebelumnya.
"Yeee! Gitu tuh cewek jaman sekarang. Makin cantik makin jual mahal. Pantes aja dia masi jomblo" celoteh Ryan yang kesal
"Ssshhttt! Gak boleh gitu. Ayo jalan" ucap Attar seolah melupakan kejadian tadi
"Ini lagi satu. Dari tadi aku perhatiin kamu santai banget sih ngomong sama Yuna. Gak kesel apa kamu? Kalau aku digituin sama junior udah ku jewer kupingnya."
"Sudahlah Yan. Gak boleh kasar-kasar sama cewek. Udah biarin aja" jawab Attar malas
"Yeee! Kamu tuh yah. Itu bukan kasar namanya. Tapi mempertahankan etika. Anak dosen loh dia, kandidat master lagi. Masa gitu kelakuannya" jawab Ryan masi kesal
"Aku kira kamu temannya, masa sih kamu gak tau sifat Yuna gimana? Emang gitu kan dia? Udahlah biarin aja. Berdo'a aja biar dia dapat hidayah, siapa tau kelakuannya bisa berubah ya kan? Siapa tau juga dia nantinya bisa pake hijab. Waaah" jawab Attar sambil tertawa
"Ngawur lu!!! Lupa kalau dia kristen? Yaelah bisa disalip kita sama papahnya kalau anaknya dihijabin Hahah"
"Lah iya yah, aku lupa. Hahahha tapi bayangin aja muka Yuna pake hijab, cantik tau"
"Jangan-jangan kamu....?" Ejek Ryan sambil menunjuk wajah Attar dan melepas rangkulannya
"Apa sih Yan? Udalah makin ngawur aja kamu. Istighfar istighfar! Ayo ah masuk cari prof Ramli, aku butuh tanda tangannya nih"
"Gak asik ah! Kuliah gak usah serius-serius banget lah Tar. Ntar juga pasti lulus kok! Nikmatin aja jadi mahasiswa" jawab Ryan sambil berjalan dengan membentangkan kedua tangannya dan menatap ke langit
"Dasar!" Cela Attar dengan tersenyum kemudian mengikuti langkah temannya itu.

Allah, Muhammad & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang