Waktu terus berputar, mereka melewati perjalanan malam itu dengan suasana yang tidak biasa. Keadaan jalan yang sunyi dan sepi, bahkan tidak ada satupun kendaraan yang melintas membuat susana di dalam mobil semakin kaku. Di tengah perjalanan Ryan memutar lagu dengan volume yang sedikit besar, agar suasana bisa cair kembali. Dia pun membuka pembicaraan.
Ryan: kalian gak lapar? (Menoleh ke belakang)
Namun tidak ada satupun yang menjawab. Fahri sudah tidur di belakang, Winda sibuk main henfon sedangkan Yuna sedang melamun sambil melihat keluar jendela dengan melipat kedua tangannya. Keadaan itu, membuat Attar yang sedang nyetir melirik ke arah Ryan dan Ryan pun kembali melihat ke Attar.
Ryan: Yuna, Winda. Kalian gak lapar? (Mengulang ucapannya dengan nada sedikit besar dari yang tadi)
Yuna: (sadar dari lamunannya) hmm? Lapar? Mmm... iya lumayan.
Ryan: Winda gimana?
Winda: lapar. (Jawabnya singkat karna sibuk memainkan henfonnya)
Ryan: ah elu main henfon mulu, puyeng pala lu entar. Jadi kita singgah makan nih?
Winda: kalau kalian semua lapar, yaudah kita singgah. Tapi Fahri? Dia tidur tuh
Ryan: ah dia mah mau lapar atau gak lapar, kalau ada makanan pasti dimakan juga. Kita cari tempat makan di sekitaran sini aja Tar. Kayaknya perempatan depan banyak yang jualan.
Attar: emang buka jam segini? Inikan sudah jam 12 lewat
Ryan: cari aja yang buka, pasti ada.
Mereka pun mencari tempat makan, namun disekitaran tempat itu semua penjual sudah tutup. Sehingga mereka melanjutkan perjalanannya sampai ke kota dan akhirnya menemukan warung yang masih buka.
Singkat cerita. Setelah malam itu berlalu, mereka melewati hari-hari seperti biasanya. Tak ada yang berubah. Meskipun telah mengakui perasaan satu sama lain, Attar dan Yuna masih tetap menjaga jarak layaknya hanya teman biasa seperti sebelumnya. Tak ada telfon-telfonan, tak ada chating yang berlebihan, semua sama seperti dulu. Mereka hanya teman, tak ada yang beda.
Setelah beberapa hari berlalu, Attar dan Ryan ketemu dikampus setelah mengurus berbagai persyaratan untuk mengikuti wisuda akhir pekan nanti. Tidak terasa karena sibuknya, mereka akhirnya hampir sampai pada hari yang mereka tunggu-tunggu. Tinggal menghitung hari saja.
Ryan: Fahri ke kampus Tar?
Attar: kayaknya sih. Semalam kata dia mau ambil jubah dan toganya hari ini.
Ryan: telfon gih, kalau urusannya sudah kelar ajakin keluar buat makan siang. Laper nih gue
Attar: bentar yah (menelfon Fahri)
Fahri: (dari balik telefon) Halo Tar?
Attar: lagi di mana?
Fahri: di fakultas. Kenapa?
Attar: sama siapa? Udah selesai berurusan?
Fahri: udah. Baru aja kelar. Kenapa?
Attar: keluar makan yuk? Bareng gue sama Ryan.
Fahri: sekarang?
Attar: iya, gue jemput di fakultas lu yah.
Fahri: oke sip. Gue tunggu di depan.
Attar: (mematikan telfonnya) yaudah yuk.
Ryan: yuk. (Berjalan menuju parkiran) Tar?
Attar: hmm?
Ryan: elu udah gak pernah komunikasi sama Tifani?
Attar: gak Yan.
Ryan: kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah, Muhammad & You
Romance[Islamic love story] Kisah seorang pemuda muslim dan wanita nasrani💚