Part 3

492 17 1
                                    

..... Attar yang sedang tidak ke kampus pada hari itu mendapat ajakan melalui telfon dari sahabatnya Ryan untuk pergi ke sebuah pusat perbelanjaan, kata Ryan dia ingin berbelanja sesuatu pesanan ayahnya. Attar yang sedang tidak memiliki aktivitas apapun mengiyakan ajakan Ryan, setelah beberapa jam kemudia Ryan tiba di rumah Attar dan berlalu pergi.
Setibanya di sebuah pusat perbelanjaan mereka berdua memasuki sebuah toko untuk mencari pesanan ayah dari Ryan. Attar yang hanya mengikuti langkah demi langkah di belakang Ryan sesekali menarik dan melihat-lihat baju yang digantung disekitarnya.
"Lu gak pengen beli baju Tar?"
"Untuk?" Tanya Attar singkat
"Yah gak sih, tapi siapa tau mau lu pake di pesta ulang tahun Tifani sabtu nanti.
"Kita diundang yah?"
"Yaiyalah Tar! Kemarin kan udah gue bawain undangannya kerumah lu"
"Oh iya iya gue lupa" cengengesan sambil garuk-garuk kepala
"Emang lu mau pergi?" Attar lanjut bertanya
"Kayaknya sih mau. Lu gimana?"
"Tau ah, males gue"
"Yaelah, lupain aja yang kemarin-kemarin"
"Bukan gitu sih, tapi gue canggung aja buat ketemu dia, gak enak gue" jawab Attar sambil menggaruk-garuk kepalanya
"Hmmm tapi emang sih kalau gue liat-liat kayaknya Tifani belum menyerah"
"Nah kan, makin gak enak gue" jawab Attar sambil menepuk jidatnya
"Yaudah sih santai aja, anggap aja lu gak tau seperti biasanya. Karna setau gue sampe sekarang juga dia gak tau kalau lu sebenarnya udah tau. Stay cool aja, pura-pura gak tau kek biasanya."
"Lu kek gak tau gue aja Yan, malu tau gak sih."
"Iya sih gue tau. Tapi santai aja ya tuhaaann!! gak usah keliatan banget begonya"
"Apa lu bilang? Gue bego? Waah sialan lu!" Attar mengejar Ryan sampai ke meja kasir
Tifani adalah orang yang sangat mengagumi Attar mulai sejak mereka masi duduk di bangku S1 dulu. Tapi selama ini Tifani hanya menceritakannya ke Ryan yang juga adalah sahabatnya. Namun Ryan yang sudah tak tega mendengar curahan hati Tifani yang tak juga mendapat respon dari Attar memutuskan untuk memberi tahu Attar segalanya. Awalnya Attar terdiam dan tak bergerak sedikit pun ketika mengegahuinya, dia tidak menyangka kalau Tifani yang selama ini sangat akrab dengannya ternyata telah menyimpan rasa sedari lama. Attar tak sedikitpun merasakan ada yang berbeda selama mereka berteman, yang muncul dalam benak Attar saat mengetahuinya adalah 'Dia sangat pandai menyembunyikan perasaannya'
Sejak saat itu Attar mulai merasa gelisah ketika berada di dekat Tifani, dia takut ada sesuatu yang dapat menyinggung atau menyakiti perasaan Tifani. Attar sebisa mungkin untuk tetap bersikap seperti biasanya yang selalu akrab dan ceria ketika bersama Tifani tanpa sedikitpun membuatnya curiga atau tak nyaman.
Selesai berbelanja mereka berdua mampir disebuah cafe coffee yang masi dalam kawasan pusat perbelanjaan itu.
"Tar gue pengen nanya ke elu"
"Apaan?" Jawab Attar santai sambil menyeduh kopinya
"Lu beneran gak ada perasaan sama Tifani?" Ryan bertanya dengan wajah serius
"chk! Apaan si lu Yan, hampir keselek kan gue" Attar terkejut dengan pertanyaan Ryan yang sangat tiba-tiba
"Gue serius Tar. Gini loh maksud gue tuh cuman mau jadi penengah diantara kalian. Kalian berdua temen gue, gue cuma mau kalian menemukan jalan terbaik." Terang Ryan yang masi saja dengan wajah serius
"Gue mesti gimana Yan? Gue gak tau mau ngapain selain diam aja kek gini"
"Tar, lu laki Tar. Gak seharusnya lu diamin cewek kek gini. Sekurang-kurangnya lu respon dia lah, seperti ngasih perhatian yang sama seperti yang dia lakuin ke elu"
"Yan, Tifani itu sahabat kita. Dan selama ini gue gak merasa dia ngasih perhatian lebih ke gue dari pada elu. Dia memperlakukan kita sama, mana mungkin gue tiba-tiba nyosor ngasih perhatian yang lebih sama dia. Yang ada ntar dia malah tambah berharap ke gue."
"Tapikan siapa tau setelah itu kalian bisa jadi lebih dekat, dan lu bisa aja jatuh cinta sama dia. Why not?"
"Iya kalo bisa cinta, kalo gak? Gimana?" Attar mengeluarkan perkataan yang membuat Ryan tak bisa berkata apa-apa lagi.
Attar hanya tersenyum dan mulai serius berbicara
"Yan, justru karna gue laki, gue gak akan ngasih harapan ke siapapun yang gue gak cinta. Gue ngerti banget dan ngehargain perasaan Tifani ke gue, tapi gue gak mau jadi pengecut yang tetap meladeni dan terus memberi harapan hanya karna takut kehilangan penggemar. Jujur aja Yan gue gak pernah berpikiran untuk mendekati Tifani karna gue udah anggap dia seperti adek gue sendiri. Gak akan lebih" Jelas Attar panjang lebar
"Hmmm! Gue gak tau lagi mau gimana. Tapi gue harap ada jalan untuk kalian berdua. Dan lu jangan pernah menyakitin hati Tifani jika suatu hari nanti dia sudah punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya ke elu" Jawab Ryan sambil menepuk pundak Attar
"InsyaAllah, lu percaya ke gue. Sebagaimana gue menjaga dan menghargai perasaan ibu gue, begitulah gue menjaga dan menghargai semua hati perempuan tanpa terkecuali" Attar tersenyum sambil menyeduh kopinya lagi
.......
Beberapa hari berlalu, tak terasa malam ini adalah pesta ulang tahun Tifani. Fahri yang juga di undang kini menghampiri kamar Attar yang sedari tadi sudah bersiap-siap.
"Ceklekkk!!" Fahri membuka pintu
"Udah siap Tar?" Tanya Fahri yang hanya memasukkan sedikit wajahnya dibalik pintu
"Udah dari tadi" jawab Attar masi memperbaiki kerah kemejanya
"Cakep gila lu Tar" saut Fahri sambil senyum terpesona
"Bisa aja kamu tuh. Ngomong-ngomong kamu bawa kado apaan?"
"Aku cuman beliin dia parfum Tar. Soalnya aku gak tau mau beli apa" Fahri akhirnya masuk ke dalam kamar
"Kamu itu loh sudah dibilangin perempuan gak boleh pake parfum. Masi aja gak denger, pake dibeliin lagi" Attar mengomel sambil merapikan seprai ranjangnya
"Iya ingat kok aku. Cuman gimana yah gak tau mau ngasih apa. Bingung. Lagian Tifani masi sering pake parfum kok"
"Tau dari mana kamu?" Attar menoleh ke Fahri
"Kan aku sering sama-sama Tifani di kampus, kalo deket dia haruuumm banget baunya." Fahri sumringah
"Hmmm.." Attar menghelah nafas panjang
"Sadar gak, ketika kamu menghirup dan menikmati aroma badannya atau aroma parfumnya itu, disitulah Tifani mendapatkan sebuah dosa tanpa dia sadari. Aku rasa kamu tau kok hadisnya, dosanya seumpama wanita itu melakukan zina" Attar masi menerangkan dari pinggir tempat tidurnya
"Iya juga yah, tapi cewek-cewek masi banyak kok yang pake parfum. Malahan parfum mereka sampe jutaan harganya. Kita mesti gimana coba, mau gak dihirup tapi mereka make terus tiap hari." Fahri mulai bingung
"Kalau sama teman dekat sih boleh lah kamu nasehatin, kasi tau dia jangan pake parfum yang baunya semerbak ketika keluar rumah. Sudah tau gitu jangan kamu beliin parfum lagi, nambah-nambah dosa aja."
"Trus parfum yang aku beliin buat Tifani gimana dong?" Tanya Fahri mendekati Attar dengan jidat yang mengerut
"Yah mana aku tau" jawab Attar datar sambil keluar dari kamarnya
"Dia kok tega banget yah nyuekin gue, dikira gue nyamuk apa" sahut Fahri ketika meliat Attar keluar kamar dengan ekspresi seolah-olah sedang menangis dan kemudian ikut keluar dari kamar
Merekapun berangkat menuju lokasi pesta dengan mengendarai satu mobil yang sama. Attar menggunakan kemeja hitam polos yang seperti biasa lengan bajunya selalu dia gulung hingga ke siku, terlihat jam tangan yang harganya tak murah terpasang di tangan kanannya, dipadukan dengan celana jeans hitam dan sepatu hitam bersih seolah menambah tingkat ketampanannya. Attar yang menyetir dan Fahri yang duduk di samping Attar tiba-tiba menoleh ke tempat duduk belakang. Dia melihat kado yang akan Attar berikan untuk Tifani, yaitu seikat bunga berwarna putih dengan pita berwarna merah muda.
"Kamu ngasih dia bunga?" Tanya Fahri dengan muka bingung
"Iya" masi datar menyetir
"Kenapa kamu ngasih dia bunga? Ntar juga layu.  Kasi kado itu yang bisa dikenang, benda apa gitu yang bisa dipajang"
"Justru aku ngasih dia bunga sebagai isyarat kalau semua yang ada dimuka bumi ini tidak ada yang bisa bertahan lama seperti bunga itu. Termasuk perasaan yang hanya berjalan sendiri. Semoga dia mengerti" jawab Attar dengan makna yang dalam tanpa menoleh kepada Fahri
"Kamu kenapa sih Tar? Aku merinding dengernya" jawab Fahri sambil memeluk dirinya sendiri
Attar hanya berbalik sekilas melihat Fahri lalu tersenyum tipis dan kembali fokus memghadap ke depan. Sekitar 20 menit perjlanan merekapun akhirnya tiba di lokasi tersebut. Tampak di parkiran hotel mewah itu ada Ryan dan teman-teman yang lain sedang menunggu. Attar dan Fahri pun menghampiri mereka setelah memarkir mobil dengan jarak yang tidak terlalu jauh.
"Dari tadi Yan?" Tanya Fahri
"Baru kok. Masuk yuk, bentar lagi mulai nih" ajak Ryan
"Eh itu Yuna! Yuuuunnn???!!!" Ryan meneriaki Yuna yang terlihat buru-buru untuk masuk ke dalam hotel dengan gaun sepaha berwarna biru muda dan rambut yang diurai seolah menambah kecantikan Yuna.
"Eh kalian?" Yuna melambaikan tangan kemudian menghampiri Ryan dan yang lain
"Cantik gila dia" bisik Fahri dengan suara yang sangat kecil sambil menyenggol tangan Attar
"Namanya cewek yah cantiklah" jawab Attar berbisik dengan sangat datar sambil melihat Yuna yang masi berjalan menuju mereka
"Hai Yun! Kamu sendirian ke sini?" Tanya Ryan pada Yuna yang berdiri di sampingnya
"Iya tadinya mau bareng Tiara tapi dia kayaknya sama pacarnya deh"
"Trus pacar kamu man Yun? Gak ikut? Hahhaha" Tanya Ryan bercanda meski dia sudah tau kalau Yuna tidak punya kekasih
"Sialan pake nanya lagi hahaha" Yuna pun tertawa mendengar ejekan Ryan, yah mereka memang dekat
"Masuk yuk, dingin nih" saut Yuna lagi
"Yuk!" Jawab Ryan sambil berjalan di depan
Ketika Yuna ingin mengikuti di belakang Ryan dia sedikit menyenggol lengan Attar
"Duh sorry Tar" jawab Yuna sambil menatap ke Attar
"Ah gapapa Yun santai aja." Attar tersenyum pada Yuna
Yuna yang masih menatap Attar berkata dalam hatinya 'kok dia cakep banget yah malam ini?'
Sedangkan dalam hati Attar berkata 'kok ketabrak mulu sih kalau ketemu dia?'
Mereka pun saling tatap beberapa detik namun, "uhuk uhuk" suara batuk ejekan dari Fahri mengacaukan lamunan mereka.
......
Merekapun masuk ke dalam hotel karna acara sudah harus dimulai. Attar masuk dan menyamperi Tifani yang sedang berdiri di dekat kue ultah yang sangat besar itu, berdiri anggun menggunakan gaun berwarna putih dengan renda yang sangat manis di ujung bawah. Menghias rambutnya dengan sanggulan masa kini membuat dia terlihat sangat menawan di mata semua tamu undangan yang hadir.
"Assalamu alaikum" Attar memberi salam dan berdiri di hadapan Tifani dengan tangan kanan yang disembunyi dibelakang
"Waalaikum salam Tar" sambut Tifani yang benar-benar samgat cantik dengan senyuman manisnya
"Selamat ulang tahun yah, semua do'a terbaik buat kamu." Ucap Attar tersenyum manis sambil menyodorkan bunga yang dia bawa dan bunga itupun terlihat sangat serasi dengan gaun yang digunakan Tifani malam itu.
"Waaaw! Ini buat aku?" Tanya Tifani yang terlihat sangat bahagia menerima kado sederhana dari Attar
"Iya ini buat kamu Fan. Maaf cuma bisa kasi ini ke kamu, soalnya aku bingung mau belanja apaan untuk perempuan." Attar tertawa dengan santai seperti biasa yang dia lakukan ketika bersama Tifani
"Gapapa ih, ini juga aku suka banget. Mana serasi lagi sama gaun yang aku pake. Cantik gak sih?" Tanya Tifani sambil berpose sok cantik di depan Attar tanpa rasa canggung karna mereka memang sangat akrab sejak lama
Attar menatap Tifani dalam-dalam sambil berkata dalam hatinya 'kamu sangat pandai menyembunyikan perasaanmu, aku tau kamu terluka. Tapi maafkan aku'
Kemudian Tifani mengacaukan lamunan Attar dengan mengejutkannya
"Heiii?!!!! Ditanya malah bengong yaelah!"
"Ah? Sorry sorry aku gak fokus. Kamu selalu cantik seperti biasanya kok hahhaha" jawab Attar yang tak kalah recehnya
"Ampun deh, masa gak bisa bohong dikit sih? Bilang kek malam ini aku lebih cantik dari biasanya. Ah kamu mah" Tifani sok ngambek dengan mulut manyunnya
Tiba-tiba Ryan, Fahri dan Yuna juga datang dari belakang menyamperi Tifani
"Selamat ulang tahun sayang" ucap Yuna sambil memeluk Tifani
"Aaaah makasih sayang! Kamu cantik banget sih malam ini" ucap Tifani
"Ah bisa aja kamu! Kamu lebih cantik, mana mungkin aku ngalahin yang lagi ulang tahun hahaha"
"Gak kamu lebih cantik, beneran deh. Aku mah gak ada apa-apanya" jawab Tifani sambil tertawa
"Udah udah udah! Aku aja yang cantik kalo gitu!" Ryan berteriak membuat mereka semua tertawa sekeras-kerasnya.

Bersambung....

Allah, Muhammad & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang