Suasana masih santai dan nyaman di dalam kamar Yuna, mereka bertiga ngobrol dan tertawa bersama-sama. Saat henfon Yuna berbunyi pertanda sebuah pesan masuk dari Tifani.
"Astaga aku lupa, tadi Tifani ada di sini" sambil membuka henfonnya
"Tifani? Trus di mana dia sekarang?" Tanya Attar
"Tadi dia pamit ke toilet katanya kebelet, tapi lama banget gak balik-balik. Ini dia kirim pesan ke aku"
"Dia bilang apa?" Tanya Attar lagi
"Yun sorry aku balik duluan katanya, soalnya nyokapnya nelpon minta di jemput, trus dia gak sempat pamit ke sini. Itu doang"
"Yaaah kirain dia masi di sini, bisa rame-rame kan" ucap Fahri
"Iya dia juga bawain bingkisan banyak tadi, baik banget dia. Padahal kita belum ngobrol banyak"
"Eh ngomong-ngomong kapan kamu balik ke rumah Yun?" Tanya Fahri lagi
"Mungkin besok atau lusa aku sudah bisa balik kok. Aku juga sudah agak mendingan"
"Syukurlah kalo begitu, kamu bisa istitahat di rumah dan nanti kalo sudah pulih bener baru kamu ngampus lagi" ucap Attar
"Iya Tar semoga yah. Oh iya kamu kapan maju sidang?"
"InsyaAllah kalo gak ada halangan minggu depan Yun"
"Waaah mau sidang minggu depan tapi kamu masih bisa jalan-jalan? Kenapa gak di rumah aja belajar"
"Kalo malam aku belajar kok, gak bisa belajar full juga 24 jam yang ada aku blank nanti hehe"
"Iya sih bener juga, dibawa santai aja"
"Oh iya kami mau pamit dulu nih Yun, soalnya mau ke tempat lain lagi setelah ini. Ada keperluan dikit hehe"
"Ah iya gakpapa kok. Makasih loh udah dijengukin lagi, pake bawa bingkisan segala ngerepotin"
"Gak ngerepotin kok, santai aja. Yaudah kami pergi dulu yah, sampai ketemu lagi"
"Iya sampai ketemu lagi. Kalian hati-hati yah" ucap Yuna tersenyum
Attar membalas senyuman itu sambil mengangguk pelan dan berjalan meninggalkan Yuna. Fahri mengikuti langkah Attar dari belakang dan berbalik melambaikan tangan ke Yuna setelah keluar dari pintu kamar tersebut. Yuna terlihat lebih semangat dan bahagia, senyum manis itu masi melekat di wajah pucatnya yang tetap terlihat cantik meskipun tanpa make up. Apakah ini artinya Yuna mulai memiliki rasa? Entahlah.
Di sisi lain Tifani masi dalam perjalanan dari RS, entah ke mana dia akan mengarahkan mobilnya. Dia hanya berjalan mengikuti alur yang ada di depannya. Tidak ada sepata katapun yang terucap, dia hanya diam dan menatap lurus ke depan. Dia teringat pada sebuah pesan yang pernah dikatakan Attar bahwa apa yang melewatkanmu tidak akan pernah menjadi takdirmu dan apa yang ditakdirkan untukmu tidak akan pernah melewatkanmu. Mulai saat itu dia bertekad dalam hatinya bahwa dia akan melupakan Attar sepenuhnya karna dia sadar apa yang dia inginkan tidak selamanya akan dia dapatkan. Dia merasa tenang setelah mengingat pesan itu dan dia semakin yakin untuk menyerahkan segalanya kepada Sang Maha Pemilik Kehendak, Allah Azza Wa Jalla.
.......
Hari-hari berlalu tanpa terasa sedikitpun bagi Attar yang sibuk dengan persiapan sidangnya. Sehari sebelum sidang dia menelfon kedua orang tuanya untuk meminta doa dan restu agar dipermudah segala urusannya, seperti orang lain pada umumnya Attar percaya bahwa doa orang tua terutama Ibu sangat penting dan berpengaruh dalam setiap langkahnya di atas bumi ini, agar tetap terarah dan sentiasa mendapat berkah. Ornag tua Attar belum bisa hadir di samping Attar di masa-masa pentingnya ini karna beberapa faktor yang tidak memungkinkannya untuk meninggalkan kota Bandung. Namun orang tuanya berjanji jika tidak ada arah melintang mereka akan datang mendampingi Attar saat menggunakan toga untuk yang kedua kalinya.
Hari itupun berlalu. Tibalah hari yang paling ditunggu-tunggu Attar dalam hidupnya, yaitu hari dimana dia harus berjuang lagi untuk sesuatu yang dia kejar demi masa depannya dan tentu untuk membahagiakan kedua orang tua.
Di dalam rumah sekitar pukul 7 pagi Attar masi bersiap-siap setelah mandi, terlihat sepasang jas hitam di atas tempat tidur membentang rapi siap untuk digunakan. Sebagai sahabat yang sudah seperti saudara, Fahri menyiapkan segelas susu dan dua potong roti panggang untuk diberikan kepada Attar di dalam kamarnya.
"Nih Tar, jangan lupa sarapan dulu sebelum berangkat. Biar gak gemeteran hahaha" ucapnya sambil meletakkan makanan itu di atas meja yang ada di dalam kamar Attar
"Wah makasih yah, tau aja kamu kalo aku gugup setengah mati"
"Santai aja, semua pasti baik-baik aja kok"
"Aamiin insyaAllah. Oh iya kamu gak mau ikut? Ayolah temani aku. Kamu gak mau liat bagaimana aku mempertahankan tesis?" Ucap Attar merengek
"Iya iya aku pasti ikut kok, Ryan ikut juga kan?"
"Iya dia ikut. Kamu bareng dia aja"
"Sip. Aku mandi dulu"
Attar pun melanjutkan persiapannya, dia mengenakan jas itu dan terlihat sangat berwibawa nan rapi. Attar duduk sebentar di tepi tempat tidurnya untuk menenangkan perasaan dan berdoa. Setelah selesai dia menyantap sarapannya dan bergegas pergi.
Sesampainya di kampus, dia menjadi sorotan atas rasa kagum beberapa mahasiswa di sana, karna dia merupakan mahasiswa pertama yang maju sidang kali ini. Beberapa orang juga histeris melihat Attar yang memang benar-benar sangat menawan, ditambah lagi dengan sikap tenangnya yang seolah tak memperdulikan penilaian orang di sekitarnya.
Dia masuk ke ruangan sidang lebih awal meskipun sidang akan dimulai satu jam lagi, itu dia lakukan hanya untuk menenangkan pikiran dan hatinya yang cukup nervous hari ini.
Berselang setengah jam kemudian Fahri dan Ryan masuk ke dalam ruangan setibanya di kampus untuk menyaksikan Attar mempertahankan tesisnya. Sebagai sahabat mereka bisa merasakan kegugupan yang dirasakan Attar saat ini namun dari bawah mereka memberi semangat pada Attar yang tersenyum ke arahnya.
Lebih dari satu jam sidang itu berlangsung, dengan suasana tegang dan tenang akhirnya Attar dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Setelah dinyatakan lulus Attar secara spontan bersujud sebagai tanda syukurnya atas semua kemudahan yang Allah beri. Setelah beberapa menit kemudian acara selesai dan mereka semua keluar dari ruangan.
"Woy bro!!! Master nih bro, master!!! Hahahah" ucap Ryan yang berlari ke arah Attar sambil memeluk sahabatnya itu
"Alhamdulillah Yan gue masi gemeteran!"
"Terharu gue bro! Akhirnya lu selesai dengan nilai baik" ucap Fahri yang terlihat berkaca-kaca
"Sudah, kalian harus cepat nyusul. Biar calon kalian gak kelamaan nunggu hahaha"
"Udah hilang calon gueeee!" Ucap Fahri dengan nada menangis
"Maksudnya?" Tanya Attar
"Dia ditinggal nikah Tar! Hahahah" ucap Ryan
Attar dan Ryan tertawa sejadi-jadinya sedangkan Fahri hanya menggaruk-garuk kepala sambil sesekali menarik rambut kedua sahabatnya itu dan mereka semua pun tertawa.
Mereka bertiga bergegas keluar dari ruangan itu sambil membawa beberapa berkas, Attar yang mulai gerah pun melepas jasnya dan melonggarkan dasinya kemudian mereka masuk ke dalam mobil untuk berjalan menuju ke suatu tempat makan yang ada disekitar kampus.
Setibanya di sana,
"Kita makan di dalam aja yah, di luar gerah" ucap Ryan membuka pintu cafe
"Terserah. Oh iya kalian gak ada kegiatan di kampus hari ini?" Tanya Attar sambil berjalan menuju tempat duduk yang dipilihnya dipojokan
"Gak ada gue, gak tau kalo Ryan" ucap Fahri
"Gue juga gak ada. Kenapa emang?"
"Kita pesan dulu yah laper. Mbaaak? Minta menu" Attar memanggil pelayan cafe
Setelah pesan beberapa makanan dan cemilan penutup, mereka ngobrol bersama dengan santai.
"Yan lu nginep di rumah gue aja malam ini" tawaran dari Attar
"Kenapa? Males banget gue"
"Elaaah biasanya juga gak gue ajak lu nyosor sendiri"
"Hahaha iya iya gue nginep rumah lu. Tapi ntar malam kita jalan yah?"
"Kemana?"
"Pantai" ucap Ryan sambil menggoyang-goyangkan alisnya
"Asik tuh Yan, mumpung gue lagi galau nih ah" ucap Fahri
"Eh iya lu kok boleh ditinggal nikah sih, gimana ceritanya?"
"Entahlah Tar, dia gak sanggup nunggu kali"
"Emang kalian gak ada komitmen gitu sebelumnya? Atau rencana apa kek?"
"Sudah. Gue bilang ke dia kalo gue udah selesai nanti, gue langsung ngelamar elu ke Bogor. Minimal gue udah nyusun tesis lah, gue bakalan ketemu krang tua lu kalo emang lu gak mau nunggu lama. Dia ngiyain awalnya, eh lama-lama gak pernah komunikasi tiba-tiba dia nge-WA gue katanya dia dijodohkan. Kebayang gak bagaimana seseknya dada gue"
"Kok lu gak cerita sama gue sih? Padahal kita kan serumah?"
"Elu kan sibuk belajar Tar, makanya dia cuman cerita sama gue" ucap Ryan
"Jadi sekarang dia udah nikah?" Tanya Attar lagi
"Belum Tar. Katanya 3 hari yang lalu baru lamaran. Gue mesti gimana dong Tar? Apa gue lamar dia juga?"
"Eitsss gak boleh! Ada hadisnya, kalo kita gak boleh melamar perempuan diatas lamaran orang lain, sebelum orang yang pertama membatalkan lamarannya atau memberi izin ke pada kita untuk melamar juga. Sebagian ulama mengatakan larangan tersebut hukumnya haram tapi sebagian yang lain mengatakan kalo hukumnya makruh. Yaaah Allahu'allam"
"Jadi gue mesti gimana dong? Gue udah terlanjur suka, bahkan gue udah cerita juga ke orang tua gue"
"Hmm ini semua pelajaran. Sebagai laki-laki kita gak boleh memberikan harapan kepada perempuan jika kita belum yakin bisa menyanggupinya. Kalo sudah begini kan repot, ini masalah hati soalnya"
"Gue bingung Tar" menunduk sedih
"Sebagai laki-laki, kita harus tegas dalam mengambil keputusan. Dia sudah dikhitbah orang lain, jadi kamu harus merelakan itu. Gini yah, ketika kita punya rasa sama seseorang maka harus di perjuangkan. Cinta itu soal keberanian dan pengorbanan, mengambil kesempatan adalah keberanian dan merelakan adalah pengorbanan. Jadi yang kamu lakukan saat ini anggap saja sebuah pengorbanan untuk dia, demi kebabagiaannya"
"Bener bro. Biarin dia bahagia sama pilihannya, elu pasti dapetin yang lebih baik nanti. Fokus aja dulu sama kuliah lu, soal cewek mah gampang ntar" ucap Ryan
"Trus gue harus bilang apa ke nyokap kalo nanti dia nanyain?"
"Jelasin aja yang sebenarnya. Gue yakin orang tua lu gak bakal kecewa karna semua orang tua pasti tau tingkat kemampuan anaknya"
"Iya juga sih Tar. Huffft! Sakit banget hati gue"
"Seperti itulah perempuan. Mereka bukan ranting yang bisa menjadi persinggahan setiap kumbang, kita harus tau bahwa mereka ingin dijadikan sebagai tempat berlabuh bukan tempat persinggahan, mereka butuh kepastian"
"Iya intinya cewek itu bikin pusing! Huuu! Diginiin salah, digituin salah. Pusing gue liatnya" ucap Ryan
"Hahaha. Biar gak pusing, gue kasi tau tipsnya. Mereka itu perasa dan mudah tersinggung karna hatinya lembut, jadi gak heran ketika dia ngomong sesuatu tapi yang dia inginkan beda. Itu artinya kita harus mendengarkan apa yang tidak mereka katakan"
"Gimana ceritanya??? Yang dia omongin aja gue kadang gak ngerti, malah disuruh dengerin apa yang dia gak katakan. Bikin gue pusing aja lu ah"
"Hahahahaha nah itu dia. Ketika elu sudah ngerti maksud ucapan gue tadi, berarti elu sudah mengerti sifat perempuan"
"Emang aneh lu, sama anehnya kaya perempuan"
"Hahaha sudah sudah. Tuh makananya datang" ucap Attar tertawa
"Ini lagi satu, udahan dong sedihnya. Kaya anak SMA aja lu" ucap Ryan sambil menarik tangan Fahri yang dari tadi mendengarkan pembicaraan Attar dan Ryan sambil memegang kepalanya dengan kedua tangan
"Makasih yah mbak" ucap Attar pada pelayan yang membawa makanan
"Makan dulu bro, ntar kita lanjutin sedih-sedihnya di rumah" Rian menghibur Fahri yang terlihat lesu dan sedih, namun mereka yakin bahwa sesuatu yang baik menunggu di masa depan, itulah yang dia katakan pada Fahri yang membuat semangatnya kembali.
Beberapa jam berlalu.
Setibanya mereka di rumah Attar, mereka membersihkan diri masing-masing di kamar mandi namun Attar masi merapikan berkas-berkasnya tadi di dalam kamar. Ketika membuka henfon, ternyata begitu banyak pesan yang masuk namun tidak dia sadari. Ketika dibuka, pesan-pesan itu ternyata berisi ucapan selamat dari para sahabat sekampus dan kerabat terdekat Attar di Bandung. Semua pesan di balas Attar satu per satu dan Kebanyakan pesan itu masuk dari kaum perempuan yang mungkin menunjukkan bentuk perhatiannya pada Attar, terlihat juga sebuah pesan yang dikirimkan Yuna.
"Selamat untuk kelancaran sidangnya Tar, semoga gelarnya nanti bisa bermanfaat:)" pesan Yuna
Attar membalas pesan singkat itu dengan ucapan terimakasih seperti yang dia ucapkan ke yang lainnya.
Malam itu mereka lalui dengan berbagai macam aktivitas, mulai dari makan nasi goreng buatan Attar bersama, bermain game dan diakhiri dengan menyeduh kopi diteras rumah Attar. Mereka bercerita sesuatu yang juga dibahas oleh laki-laki pada umumnya, penuh dengan canda tawa sampai kopi hitam itu tak terlihat lagi di dalam gelasnya.
......
Beberapa hari berlalu.
Attar berangkat ke kampus disiang hari sendirian untuk mengurus beberapa keperluannya, karna Fahri sudah terlebih dulu ke kampus untuk mengikuti kuliah di pagi hari. Namun setibanya di kampus Attar belum bisa melakukan apa-apa karna waktu menunjukkan jam istirahat sehingga semua aktivitas di kampus berhenti untuk sementara. Dia mencoba menghubungi Ryan namun ternyata Ryan sudah pulang dari sejam yang lalu, akhirnya Attar memutuskan untuk ke musholah kampus untuk melaksanakan sholat dzuhur yang sebentar lagi masuk waktunya.
Mengambil air wudhu dan berdiri pada shaf paling depan adalah suatu pemandangan yang sangat khas terlihat dari diri Attar, itulah dia yang tidak pernah mengecewakan penciptanya.
Setelah selesai melaksanakan sholat, Attar tidak langsung keluar dari musholah itu, melainkan dia masi duduk di tempatnya saat tak ada seorangpun di dalam sana. Dia memutuskan untuk beri'tikaf dalam ketenangan sambil membaca lembaran bait-bait Al-quran. Saat membaca beberapa lembar, tak sadar air mata mengalir dipipinya, dia begitu tersentuh atas keindahan Al-quran yang dia baca ditambah dengan lantunan suaranya yang indah membuatnya semakin terlihat mempesona. Yah benar. Ada seseorang yang terpesona dengan suara indah Attar, terlihat dia sedang berdiri takjub dibalik pintu musholah itu, dia Yuna.
Yuna yang ternyata sedari tadi mencari keberadaan Attar di kampus dan mencoba bertanya pada orang-orang yang dia temui apakah ada diantara mereka yang melihat keberadaan Attar, dan salah satu darinya berkata bahwa Attar belum keluar dari musholah kampus semenjak usai menunaikan sholat dzuhur berjamaah. Hal itulah yang mengantar Yuna sampai ke depan pintu Musholah, dan siapa sangka dia berdiri terpaku setelah melihat dan mendengarkan Attar melantunkan ayat suci Al-quran yang mungkin baru pertama kali didengarkannya. Dia hanya berdiri sekitar 10 menit lamanya menatap Attar tanpa berkata sepata katapun yang bisa mengganggu ketenangan Attar. Entah sadar atau tidak, namun Attar tiba-tiba mengusap air matanya dan berbalik ke arah pintu yang ada di belakangnya seolah terpanggil oleh sesuatu dan yang dia dapati adalah sosok Yuna berdiri takjub dengan senyum di wajahnya. Melihat Attar yang berbalik secara tiba-tiba membuat Yuna terkejut dan berpikir apakah ada tingkahnya yang mengganggu Attar. Namun dengan senyum dan kata-kata yang lembut Attar berkata,
"Yuna? Kamu ngapain berdiri disitu?"
"Ah? Aa...aku a..aku lagi nyariin kamu" menjawab dengan gugup
"Nyariin aku?" Attar yang masi menoleh ke belakang langsung memutar badannya
"Hu'um" jawab Yuna mengangguk
"Ada apa? Oh iya masuk aja dulu. Ah! seharusnya aku yang keluar yah" mencoba berdiri
"Gak usah Tar!" Jawab Yuna cepat sehingga membuat Attar berhenti
"Biar aku saja yang ma..masuk"
"Kamu mau...masuk?"
Yuna hanya membalas dengan senyuman sambil melepas sepatunya, kemudian melangkahkan kakinya dengan perlahan masuk ke dalam musholah itu sambil melihat ke sekeliling isi dalam musholah yang lumayan besar. Dia terlihat mencermati segala isi musholah yang hanya ada Attar di dalamnya, sedangkan Attar hanya melihat Yuna dari tempat duduknya tadi.
"Kamu liatin apa?" Tanya Attar
"Kamu sering ibadah di sini yah Tar?"
"Iya kalo kebetulan lagi di kampus, pasti aku sholat di sini"
"Sendirian?"
"Yah gak lah, kita sholat berjamaah kok. Tapi yang lain sudah keluar"
"Trus kamu ngapain masih di sini?" Tanya Yuna yang masi berdiri
"Aku lagi tadarusan. Oh iya duduk dulu sini"
"Iya iya"
"Oh iya, kenapa kamu nyari aku?"
"Enggak. Aku cuman mau kasi tau sesuatu sama kamu"
"Apa itu?"
"Jadi gini, papah ngajak kamu sama Ryan buat makan malam. Oh iya sekalian sama Fahri juga"
"Makan malam? Waaah dalam rangka apa nih?"
"Gak ada kok, cuman papah mau ngucapin terimakasih aja sama kalian karna sudah bantuin aku."
"Astaga Yun aku kan udah bilang itu semua gak usah dipikirin dan gak perlu repot-repot begitulah, kami ngerti kok. Udah santai aja yah"
"Gakpapa Tar. Pokoknya kalian dateng aja yah. Ntar papah ngambek ke aku loh hahah"
"Haha kamu bisa aja. Iya insyaAllah kami dateng, tapi makannya di mana dan kapan?"
"Besok malam gimana? Untuk tempatnya ntar aku kabarin ke kamu"
"Besok malam.... hmmm boleh, ntar aku sampein ke Ryan dan Fahri juga. Tapi kenapa gak kamu kasi tau lewat chat aja sih malah repot-repot nyariin di kampus"
"Gak enak aja Tar, biar lebih sopan aku sampein secara langsung"
"Walah kamu kaya sama siapa aja sih. Iya iya insyaAllah aku dateng"
"Asik! Makasih yah"
"Harusnya aku yang bilang makasih hehe"
"Hmmm oh iya Tar, tadi waktu kamu baca kitab suci aku seneng loh dengernya. Kok bisa merdu gitu yah seperti ada iramanya?" Tanya Yuna yang tiba-tiba mengganti topik
"Ah kamu lama yah berdiri di depan tadi?"
"Lumayanlah"
"Tapi kok gak bilang-bilang?"
"Aku gak mau gangguin kamu yang lagi ibadah, itu gak sopan. Jadi aku tungguin sampai selesai deh"
"Waah hebat, aku seneng dengernya hehe"
"Kamu mau baca kitab kamu lagi gak kaya tadi? Aku pengen denger dari dekat" ucap Yuna dengan wajah serius
"Se..serius kamu mau denger aku baca Al-quran?"
"Iya serius"
"Wah aku jadi gak enak nih Yun"
"Gakpapa Attar kan aku yang minta. Boleh yah?"
"Yaudah aku bacain surah kesukaanku nih"
Attar pun membacakan surah kesukaannya yang sangking seringnya dia baca, dia hampir menghapalnya hingga akhir. Surah apa itu? Surah yang paling indah, Ar-Rahman.
Attarpun menarik nafas panjang di hadapan Yuna, sedangkan Yuna hanya tunduk memandang Al-quran yang digenggam Attar.
Dengan suara yang indah dan irama yang menyentuh ketika Attar mulai mengucapkan Bismillah, Yuna terbangun dari lamunannya dan spontan menatap Attar dengan tatapan yang dalam penuh kekaguman. Attar menyadari tatapan yang tak biasa itu, sehingga dia berhenti di sela-sela kata Bismillah dan Ar-Rahman, melihat ke arah Yuna yang sejak beberapa saat lalu tidak pernah berkedip menatapnya.
Mereka beradu tatap tanpa sepata katapun terucap.
Dan....Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah, Muhammad & You
Romance[Islamic love story] Kisah seorang pemuda muslim dan wanita nasrani💚