Part 26

78 4 1
                                    

Hari suram itu berlalu begitu saja. Meninggal bekas yang sangat berkesan dihati setiap orang yang terlibat. Seperti biasa, Yuna masih tinggal sendirian di kos-kosan yang tidak besar itu. Sedangkan Attar beserta keluarga merawat dan menjaga Yuna semampunya sambil menunggu hari-hari suram ini berlalu.

Beda halnya dengan orang tua Yuna yang masih saling bermasam muka di dalam rumah. Meskipun sedang marah pada Prof, namun Bu Nova masi tetap menjalankan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga, menyiapkan makan untuk suami setiap hari dan mengurus segala keperluannya.

Pada suatu hari saat Bu Nova sudah mulai merasa tenang, dan melihat situasi di mana Prof juga terlihat lebih tenang dari sebelumnya, Bu Nova memberanikan diri untuk berbicara pada Prof.

Mamah: hari ini kerja?

Prof: iya, ada kelas jam 11 nanti.

Mamah: mau makan sianh di rumah atau di luar?

Prof: nanti aku liat yah, kalau sempet aku usahain pulang ke rumah.

Mamah: baiklah. (Masih dengan wajah ketusnya)

Prof: sayang, kamu masih marah sama aku?

Mamah: (hanya sibuk merapihkan susunan baju di lemari Prof)

Prof: sayang, aku nanya loh?

Mamah: apa lagi sih Pah? (Menoleh ke arah Prof)

Prof: aku nanya, kamu masih marah sama aku? Gitu aja gak dijawab.

Mamah: menurut kamu?

Prof: yah aku gak tau sayang, makanya aku nanya.

Mamah: udahlah Pah, lebih baik kamu mandi trus siap-siap ke kampus.

Prof: kan masih jam 9 sayang. Kamu gak mau yah aku ada di rumah lama-lama? Kamu benci sama aku? Kamu masih marah? Atau kamu ma....

Mamah: cukup Pah, cukup. Aku gak tau harus gimana lagi sekarang, sampai saat ini kamu masih gak ngerti juga?

Prof: ngerti apa maksud kamu?

Mamah: Pah, anak kita Yuna lagi nunggu restu dari kamu di luar sana. Dia terlunta-lunta sendirian, entah apa yang dia makan, apa yang dia... masa kamu gak kasian sih Pah?

Prof: dia kan yang pilih jalan itu? Yasudah biarin aja! Kenapa harus pusing-pusing mikirin anak keras kepala kayak gitu.

Mamah: Kamu yang keras kepala, Pah! Apa susahnya sih nerima keputusan dia? Toh dia yang jalani kok!

Prof: dia yang keras kepala! Kalau dia anak baik yang nurut sama ortunya, dia gak akan bersikap kayak gitu! Bela-belain ninggalin rumah demi seorang laki-laki, di mana harga diri dia itu?!

Mamah: dia ngelakuin itu sebagai bentuk keseriusan dia, dia pengen buktiin ke kita kalau dia betul-betul menginginkan hal itu terjadi. Kamu gak sadar, ini semua terjadi karna ego kamu?

Prof: aku heran sama kamu, apa yang sudah merasuk kamu sampai kamu belain mereka habis-habisan? Sampai-sampai kamu rela ngelawan aku?

Mamah: yasudah terserah kamu, Pah! Aku gak akan ngomong apa-apa lagi. Sekarang kamu mau marah, mau teriak, mau restuin atau gak, terserah! Tapi kamu ingat satu hal, aku gak akan biarin Yuna ninggalin aku. Aku akan beri restu untuk pernikahan dia nanti. Urusan kamu itu terserah! Tapi ingat, jangan pernah menyesal!

Pembicaraan itu menyebabkan mereka bertengkar dipagi hari, Bu Nova meninggalkan Prof seorang diri.
Waktu terus berlalu. Belum ada tanda yang mengarah pada restu Prof, namun karna telah mendapatkan restu Ibunya akhirnya Yuna pun mantap untuk mempersiapkan segala persiapan pernikahan.

Allah, Muhammad & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang