Part 11

283 12 0
                                    

Mereka terdiam dan sesekali saling menatap tanpa sepatah kata yang terucap. Melihat kecanggungan itu Attar membuka suara,
"Maaf, apa saya salah Prof?"
Prof Jes yang sedari tadi menatapnya itu langsung tersadar dari lamunannya dan berkata,
"Tidak, tidak. Itu pendapat kamu, saya hanya sedikit heran mendengarnya."
"He..heran?" Tanya Attar gugup
"Sudahlah, mari kita makan. Setelah makan baru kita ngobrol-ngobrol lagi" ucap Prof sambil tersenyum
Mereka pun melanjutkan makan malam itu dengan hikmat meskipun kecanggungan masih terasa di tengah-tengah mereka. Namun setelah selesai makan, mereka masih saja tidak tau harus berbicara apa sampai akhirnya Yuna memecah kesunyian.
"Oh iya, setelah ini kalian mau ke mana?"
"Pulang Yun ke rumah Attar" ucap Ryan
"Oh kalian serumah?" Tanya Prof
"Ngak Prof, saya hanya sering nginap di rumah mereka soalnya di rumah juga saya cuman sendirian karna orang tua sering ke luar kota jadi kadang bosan gak ada temen main"
"Oh gitu. Kalian asli mana sih?"
"Saya asli Jakarta Prof"
"Kalau kamu?" Ucap Prof pada Fahri
"Saya orang Bandung Prof, sama seperti Attar."
Tiba-tiba Prof menerima sebuah panggilan di ponselnya.
"Bentar yah" ucapnya sambil berdiri dan menjauh dari meja untuk menerima telfon yang dibalas anggukan cepat dari tiga sekawan itu
"Gue masih gugup" ucap Ryan pada Yuna dengan suara yang sangat kecil
"Gugup kenapa sih hahahha" Yuna tertawa melihat tingkah Ryan yang seperti kebakaran jenggot
"Elu malah ngeledek ah!"
Setelah panggilan singkat itu Prof Jes datang dan berkata,
"Aduh maaf yah, karna saya harus pulang duluan. Ini saya dapat telfon penting dadakan dari departemen"
"Kerja lagi pah?"
"Iya sayang"
"Malam minggu begini?"
"Iya. Kamu kaya baru kenal papah aja"
"Aduh papah ini kan masih jam berapa masa mau pulang aja"
"Kalau kamu belum mau pulang, yaudah gakpapa kamu di sini aja. Nanti minta tolong anterin pulang sama Attar, Ryan dan Fahri."
"Papah...." ucap Yuna memanja
"Gakpapa kan?" Tanya Prof melihat mereka bertiga bergantian
"Iya iya gakpapa Prof, nanti kami anterin Yuna pulang" ucap Attar
"Yaudah makasih banyak yah, untuk kali ini dan untuk hari itu. Sebenarnya makan malam aja gak bisa membalas jasa kalian yang sudah menolong anak saya. Saya ucapkan terimakasih banyak sama kalian" ucap Prof tersenyum
"Ini sudah lebih dari cukup Prof, sebenarnya tanpa makan malam ini juga kami sudah mengerti maksud Prof. Kami juga ingin bilang terimakasih banyak untuk semuanya" ucap Attar
"Iya sama-sama. Yaudah kalau begitu saya pamit duluan yah, saya buru-buru"
"Baik Prof, hati-hati di jalan"
Mereka semua berdiri sebagai bentuk penghormatan pada Prof jes, dan setelah berlalu pergi mereka duduk kembali dan menghela nafas panjang.
"Udah gak canggung lagi kan sekarang?" Tanya Yuna mengejek
"Bokap lu sibuk banget yah Yun, malam minggu begini masih kerja aja" ucap Ryan
"Yah begitulah, selama mamah nemenin adik aku ke singapur trus papah sering lembur, yah gue sendirian di rumah"
"Kenapa gak keluar aja sama teman-teman?"
"Kadang sih, tapi kadang juga mereka sibuk sama urusan sendiri. Apalagi teman-temanku waktu S1 dulu kebanyakan udah nikah, teman-teman yang sekarang yah lu tau sendiri lah kutu buku"
"Makanya sekarang kamu juga cari yang bisa di ajak nikah!" Ucap Ryan nyosor
"Apaan sih lu" Yuna tersenyum canggung
"Yah bener. Kan bentar lagi lu juga mau selesai, paling awal tahun nanti udah kelar kuliah lu. Nah langsung nikah aja!"
"Elu nyuruh orang nikah kaya nyuruh orang pergi mandi tau gak! Enteng banget" ucap Fahri tertawa
"Tau nih si Ryan! Elu aja nikah sana!" Ucap Yuna
"Gue sih mau Yun, tunggu aja nanti"
"Makan makan makan! Elaaaah" Attar menyelip ditengah kebisingan itu
"Atau elu sama Attar aja Yun, cocok!" Ucap Ryan dengan suara berbisik
"Gue denger loh" ucap Attar sambil mengaduk makanannya tanpa menoleh
"Elu merasa cocok gak sama Yuna?" Ucap Ryan tak henti-hentinya menggoda Attar
"Ryaaaaan!" Sahut Attar dengan nada lembut tapi matanya melotot
"Iya iya iya! Maap ah elu seram amat sih"
"Kok hati gue seneng yah dengarnya?" Ucap Yuna dalam hati
Yuna hanya menunduk sambil tersenyum tipis mendengar candaan itu, dia sudah tau sifat Ryan yang memang sejak dulu sering mengejek dan bercanda dengan orang-orang di sekelilingnya. Namun untuk becandaannya kali ini, dia merasa sedikit bahagia. Entah apa sebabnya.
Satu jam berlalu dilewati dengan candaan di meja makan, dan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Namun ternyata saat itu masih awal, sehingga Ryan minta ditemani mampir ke sebuah mall yang tak jauh dari tempat tersebut untuk membeli sesuatu sebelum mengantar Yuna pulang.
Sesampainya di mall, Ryan berjalan di depan bareng Fahri kemudian memasuki toko sepatu. Namun Yuna tidak boleh masuk karena sedang memegang sebuah minuman, dan dia juga tidak ada kepentingan untuk masuk ke dalam toko sepatu pria tersebut, akhirnya dia memutuskan menunggu di depan toko saja.
"Elu temenin Yuna yah, gue sama Fahri mau liat-liat dulu" ucap Ryan yang dibalas anggukan oleh Attar
Yuna dan Attar masih berdiam diri dan tak ada sepata katapun yang terucap. Hingga akhirnya Attar membuka bicara,
"Kamu gak kenyang-kenyang yah?" Ucap Attar sambil melirik ke botol minuman yang dipegang Yuna
"Ha? Enggak, minum doang kok"
"Tadi di sana kamu juga minum dan makan banyak banget loh"
"Jadi dia perhatiin aku lagi makan tadi?" Ucap Yuna dalam hatinya
"Emang iya? Itu belum porsi aku tau"
"Wah ngeri banget kamu. Makan nasi sepiring sama sup semangkok dibilang belum porsinya. Aku aja cuman makan nasi udah kenyang banget" ucap Attar yang berbicara sambil melipat kedua tangannya di dada
Yuna memperhatikan Attar yang berdiri disampingnya itu saat berbicara dengan tatapan ke depan tanpa melihat Yuna, dan Yuna berkata dalam hatinya "kamu perhatiin semua yang aku makan tadi? Sedetail itu?"
Attar menyadari tatapan Yuna dan berkata,
"Hei! Malah ngelamun. Masih lapar yah? Hahaha"
"Apaan sih, kalo iya kenapa? Mau beliin? Huuu dasar"
"Lah emang mau makan lagi? Ayo kalo gitu, aku yang bayarin. Tapi kamu makan sendiri aja yah, aku udah kenyang" ucap Attar serius
"Serius?"
"Iya. Buat apa bohong"
"Gak ah! Aku becanda tadi"
"Ini aku serius, mau beli lagi gak? Mumpung mereka masih milih-milih tuh di dalam"
"Gak ah, mana asik makan sendiri"
"Yah gimana dong, aku kenyang"
"Udah gak usah, aku becanda kok tadi"
"Ice cream aja, mau? Tuh ada yang jual di depan" ucap Attar menunjuk toko yang berjualan ice cream,
Yuna hanya melihat Attar tanpa berbicara apa-apa.
"Malah ngelamun. Yaudah, tunggu di sini" ucap Attar sambil berjalan meninggalakan Yuna menuju toko ice cream itu. Dia membeli 3 ice cream untuk Yuna, Ryan dan Fahri. Dari tempat tadi Yuna memperhatikan Attar dengan senyum yang tidak bisa dia sembunyikan di raut wajahnya. Dia semakin merasa bahwa Attar benar-benar orang yang sangat baik dalam berteman dan dalam segala hal, salah satunya dalam memperlakukan wanita sebagaimana mestinya.
"Dia sangat pintar mengambil hatiku" ucap Yuna tanpa bekedip
Beberapa menit kemudian Attar kembali sambil membawa kantongan ice cream, dan Yuna bertingkah seolah biasa-biasa saja.
"Nih, pilih mau yang rasa apa. Sisanya baru kasih ke Ryan dan Fahri" ucap Attar sambil membuka kantongan lebar-lebar tanpa melihat Yuna
"Aku mau yang ini. Kok kamu cuman beli tiga? Buat kamu mana?"
"Aku gak doyan ice cream"
"Kok gak doyan, ini kan enak"
"Kalo enak kamu aja yang makan. Hahaha" Attar mulai merasa akrab dengan Yuna sehingga dia nyaman untuk bercanda
Attar melihat Ryan dan Fahri ke dalam toko yang masih mencoba beberapa sepatu, lalu dia berkata pada Yuna,
"Kamu makannya sambil duduk, noh di sana ada kursi" Attar menunjuk kursi panjang di samping toko itu
"Hu'um" ucap Yuna mengangguk kemudian berjalan meninggalkan Attar menuju kursi tersebut, dan Attar masih berdiri di tempat semula. Namun karna dia merasa Ryan dan Fahri masi lama, akhirnya dia menyusul Yuna. Tapi kursi itu tidak terlalu luas dan hanya muat untuk dua orang, namun jika Attar duduk itu akan membuat dirinya dan Yuna berdempetan, akhirnya dia hanya berdiri sambil bersandar pada tembok di samping Yuna.
"Kok berdiri aja, sini duduk" ajak Yuna
"Gakpapa, aku berdiri aja" balasnya sambil tersenyum
"Oh iya makasih loh yah udah diteraktir ice cream"
"Anggap saja itu tanda terimakasihku karna sudah diteraktir makan malam ini"
"Yang tadi itu kan bentuk makasih aku juga ke kamu, jadi jangan bilang makasih lagi"
"Gak lah, aku tetap harus bilang makasih dan balas kebaikan kamu juga"
"Kalo gitu ntar aku teraktir kamu ice cream juga sebagai tanda terimakasihku karna sudah diteraktir ice cream ini"
"Lah, kalo gitu gak ada ujungnya dong? Kita saling balas-balas terimakasih aja sampe tua hahahahha"
Mereka berdua tertawa, terlihat keakraban diantara mereka namun keduanya masih saling menghargai satu sama lain. Attar tetap bertingkah seperti biasanya, yang selalu baik dan ramah pada teman-temannya dan semua orang. Di tempat itu mereka berdua hanya ngobrol santai membahas tentang keseharian mereka, beberapa menit kemudian Ryan dan Fahri keluar dengan membawa beberapa kantongan ditangan.
"Lama banget sih kalian! Capek tau gak!" Teriak Yuna dengan wajah ngambeknya
"Maaf maaf! Sepatunya bagus-bagus jadi kita lama milihnya" ucap Fahri cengengesan
"Nih ice cream buat kalian, habisin" Attar menyodorkan kantongan tadi
"Cieee makan ice cream berdua, so sweet banget" lagi-lagi Ryan mengejek
"Berdua apaan, orang yang makan ice cream cuma Yuna doang. Gue nggak"
"Tau nih, ngejek aja dari tadi. Sekarang mau ke mana lagi lu?"
"Gak ada sih, tapi kalo kalian masih mau jalan-jalan dulu gakpapa, masih awal juga kok"
"Sudah hampir jam 10 Yan, kita pulang sekarang aja" ucap Attar
"Masih jam 10 Tar. Biasanya juga kita pulang jam 12 atau jam 1"
"Iya tapi kali ini ada Yuna, elu berani bawa Yuna pulang jam 1 di depan Prof?"
"Iya juga sih, yaudah deh kita pulang aja"
Akhirnya mereka berjalan meninggalakan mall tersebut, Attar berjalan di samping Ryan sambil ngobrol sesuatu yang kedengaran jelas namun Yuna tidak bisa memperhatikannya. Dia hanya sibuk berbicara pada hatinya yang dari tadi merasa sangat tersanjung, terlebih lagi setelah melihat Attar yang sedikit perhatian dan khawatir kalau dirinya pulang larut malam, meskipun sebenarnya dia juga sering pulang larut ketika keluar bersama teman-temannya namun dia tidak mau merusak moment tadi dengan cara menolak tawaran Attar. Dia hanya mengikuti semua yang Attar katakan. Yah, seperti itulah reaksi seseorang ketika sedang jatuh cinta.
Apakah Yuna sudah jatuh cinta pada Attar? Entahlah, hanya dia yang tau.
........
Tibalah mereka di depan rumah Yuna tepat pukul 22:18 malam. Namun dari luar mereka tidak melihat mobil Prof terparkir di garasi yang artinya Prof Jes belum pulang. Melihat itu Yuna hanya menghela nafas dengan kepala yang sedikit menunduk. Tiga sekawan itu menyadari bahwa Yuna merasa sedikit sedih karna harus sendirian di rumah.
"Lu gakpapa sendirian di rumah Yun?" Tanya Ryan
"Udah biasa kok Yan" jawabnya santai
"Aku duluan yah, makasih banyak udah di anterin pulang. Kalian hati-hati di jalan" Lanjutnya lagi dengan tersenyum dan membuka pintu mobil
"Oh iya, makasih juga buat ice creamnya Tar" ucap Yuna lagi sambil menutup pintu mobil setelah turun
Ryan dan Fahri menoleh ke arah Attar dan Yuna bergantian, Attar hanya mengangguk sambil tersenyum pada Yuna.
"Kita juga mau bilang makasih Yun, titip salam juga sama Prof" ucap Fahri
"Kita pulang yah Yun, lu hati-hati sendirian di rumah"
"Iya Yan, sippp!" Yuna melambai samapi mobil itu berlelu pergi
Setelah keluar dari gang kompleks Yuna, mereka berbicara sedikit serius di dalam mobil.
"Elu sama Yuna ada apaan Tar?" Tanya Ryan tiba-tiba
"Gue? Gak ada apa-apa. Kenapa emang?"
"Masa sih? Gue liatnya kalian kayaknya makin dekat"
"Iya Tar, kalian seperti makin akrab" ucap Fahri
"Emang iya yah? Hmmm... biasa aja sih menurut gue. Yah mungkin karna kita udah sering main bareng kali makanya aku bisa bercanda ke dia sama seperti ke kalian"
"Masalahnya buka di elu Tar, tapi di Yuna" ucap Ryan
"Nah betul!!" Sahut Fahri
"Yuna? Ada apa dengan dia?"
"Selama kita makan malam tadi, gue sama Fahri ngeliat kalo Yuna merhatiin elu mulu. Dia curi-curi pandang ke elu setiap kali elu lagi asik makan. Gue gak kepo sih, tapi karna dia duduk di depan gue jadi gue bisa liat dengan jelas" terang Ryan
"Tadi juga Tar waktu di mall, kita ngeliat ke kalian di depan toko akrab banget. Tatapan Yuna ke elu itu beda banget, gue gak bisa jelasin gimana yang jelas lain kali lu rasain sendiri deh tatapan itu baik-baik" ucap Fahri
"Kalian berlebihan ah. Ntar Yuna denger dikiranya kita kepedean lagi"
"Astaga Attar susah banget sih dibilangin"
"Gue mau nanya, kalau elu sendiri rasainnya gimana?"
"Rasain apaan?"
"Perasaan lu ke Yuna maksudnya"
"Biasa-biasa aja, dia anaknya baik trus lucu, jadi gue bisa cepat akrab sepeeti sekarang. Tapi kedepannya gue gak tau"
"Seandainya elu beneran ada rasa suatu hari nanti, apa lu sanggup ngelawan perbedaan diantara kalian?"
"Kalau memang itu yang Allah tetapkan, pasti Allah tunjukkan jalannya. Kalian gak usah khawatir"
"Tapi Tar ini bukan masalah sepele, kalau elu dan Yuna benar-benar punya perasaan satu sama lain nantinya, kalian akan berhadapan dengan sebuah masalah besar. Kalian harus pikirkan bagaimana kedepannya, bagaimana menghadapi keluarga Yuna, bagaimana meyakinkan keluarga elu. Dan yang paling sulit adalah, siapa diantara kalian yang akan mengalah, apakah elu yang bakal ikut keyakinan Yuna atau Yuna yang bakal ikut keyakinan elu" ucap Ryan khawatir
"Yan, tidak ada satupun masalah yang besar di dunia ini ketika dalam tahap penyelesaiannya kita melibatkan Allah. Allah tidak mungkin membiarkan kita kebingungan sedangkan setiap malam kita berdoa untuk diberikan petunjuk. Dan yang perlu kalian tau adalah, sebesar apapun cinta gue ke seseorang itu gak akan bisa buat gue berpaling dari keyakinan gue. Gue dengan amat senang hati akan melepaskan sesuatu yang tidak Allah takdirkan daripada gue harus berpaling dari semua yang sudah Allah berikan. Guys, kalau misalnya suatu hari nanti gue atau kalian beneran suka dan jatuh hati dengan seseorang yang tidak seagama sama kita, saat itulah kita sedang diuji. Diuji tentang bagaimana cara kita menyetarakan antara logika dan perasaan yang menempatkan kita untuk harus memilih, antara hal yang kita sukai atau hal yang disukai Allah. Jika memang Allah meridhoi dan sudah menakdirkan kita untuk berjodoh dengan dia, seiring berjalannya waktu Allah pasti berikan petunjuk tentang apa yang harus kita lakukan dan dari mana kita harus memulai. Kalian gak usah khawatir atau takut, semua yang Allah tetapkan pasti sudah Allah siapkan beserta jalan dan pintu keluarnya. InsyaAllah"
"Iya Tar gue ngerti. Gue cuma gak mau ngeliat elu ada diposisi yang sulit. Kita udah temenan lama dan gue gak bisa bantuin elu apa-apa sampai detik ini. Gue belum bisa balas semua kebaikan elu ke gue, mungkin dengan cara gue selalu ada di samping elu bisa buat gue merasa menjadi teman yang baik dan berguna buat elu dan Fahri"
"Yan, gue gak mengharapkan balasan apa-apa dari elu, dan gue gak pernah merasa kalau elu bukan teman yang baik. Udalah, jangan melow gini ntar elu nangis lagi" Attar mengucapkan kata-kata ringan untuk menembalikan suasana
"Dan gue juga merasa beruntung punya teman kaya elu berdua. Gue senang banget dan bersyukur banget. Tapi gue minta tolong sama kalian, bisa gak cepat-cepat nyetirnya? Gue kebelet pengen buang air besar dan gak bisa ditunda lagi. Tolong pengertiannya!" Ucapan Fahri itu sontak menimbulkan tawa yang besar diantara mereka.
Dengan terburu-buru Ryan menyetir mobil pulang ke rumah Attar dengan terus-terusan tertawa melihat tingkah Fahri yang sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi.



Bersambung....

Allah, Muhammad & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang