Part 2

767 32 2
                                    

Setelah beberapa hari berlalu, kegiatan kuliah di kampus Attar masi berjalan seperti biasanya. Namun karna Attar saat ini sedang menyusun tesis dan itu menyita banyak waktunya, Attar pun tak memikirkan hal lain selain lulus dan menyelesaikan kuliahnya tepat waktu di waktu yang tepat, tentunya dengan harapan hasil yang memuaskan. Jam makan siang telah tiba, karna terlalu banyak urusan Attar dan Ryan hanya menyempatkan diri untuk makan di kantin kampus saja. Saat perjalanan ke kantin Ryan berkata pada Attar,
"Tar, buku yang waktu itu aku pinjem masi ada gak?
"Buku yang mana?" Jawab Attar
"Buku itu loh, apa sih judulnya aku lupa." Kata Ryan sambil menggaruk-garuk kepala
"Yaaah mana aku tau, kamu aja lupa"
"Itu loh buku karangan Dumairy tahun 96"
"Perekonomian Indonesia?" Jawab Attar selow
"Naaah!!! Itu dia! Kok aku lupa sih judulnya, padahal cuman dua kata" Ryan kembali menggaruk-garuk kepala
"Lah kamu mana pernah ingat kalau soal pelajaran. Kenapa emang? Mau pinjem lagi?" Tanya Attar
"Iya aku pinjem yah, kamu bawa gak?
"Ada kok di mobil, ntar aja setelah makan kamu ambil"
"Sip deh! Besok aku balikin yah?"
"Iya iya, buruan ah laper nih!" Jawab Attar sambil menarik tangan Ryan dan berjalan buru-buru menuju kantin. Di kantin mereka berdua bertemu dengan Fahri yang sedang makan siang bareng teman kelasnya. Karna Attar dan Fahri beda jurusan jadi mereka jarang sama-sama saat di kampus. Setelah mengambil makanan Attar dan Ryan menyamperi meja Fahri di pojok kantin,
"Weeiiits kebetulan banget ketemu di sini" teriak Fahri melambaikam tangan
"Lebay lu ah! Kamu berdua aja?" Tanya Ryan pada Fahri
"Iya lah sama seperti kalian, udah kaya gay aja kita!" Jawab Fahri tertawa
"Makanya kamu buruan cari pacar Fahri, di kampus kamu bareng Dion terus. Pulang ke rumah kamu juga berduaan aja sama Attar. Jijik gak sih?" Ejek Ryan membuat semuanya tertawa
"Cari calon istri aja sudah, masi jaman pacaran diumur segini?" Saut Attar sambil mengaduk2 makanannya tanpa melihat ke teman-temannya
"Nah kan, liat tuh! Mana pernah dia setuju kita pacaran. Boro-boro pacaran, deketin cewek di kampus aja dia larang." Jawab Fahri membuat Ryan tersendat air minumnya dan tertawa
"Memang luar biasa abang Attar kita ini. Itu buktinya dia bisa cepat-cepat nyusun tesis kaya sekarang, gak kaya kita masi bengong mau ngapain hahah" jawab Dion teman akrab Fahri di kampusnya, namun mereka semua saling kenal dan akrab
"Di rumah kalian pikir dia pernah bahas masalah cewek-cewek di kampus? Gak pernah! Kaku banget dia sama cewek. Hahhaha" lagi-lagi Fahri mengejek Attar yang hanya di balas senyuman oleh Attar sambil melanjutkan makannya, seolah tak perduli dengan apa yang teman-temannya bahas.
"Tapi bukan berarti Attar gak ada yang suka yah. Buktinya di kelas banyak yang suka minta nomer henfon dia ke aku, lebih-lebih lagi junior kita. Tapi gak ada yang direspon sama Attar hahhaha" jelas Ryan panjang lebar
"Sudah sudah. Kalian gak mau makan? ya ampun! Itu nasi kalian sudah dingin" Kata Attar sambil menekan-nekan nasi temannya dengan garpu
"Tapi Tar, kenapa gak coba cari-cari calon sih? Kamu kan ganteng, tajir dan sudah hampir dapat gelar master nih, baiknya langsung nikah setelahnya. Emangnya kamu suka sama perempuan yang seperti apa?" saut Ryan tak henti-hentinya
"Hmmm, asal kalian tau yah, dari lahir sampai sekarang aku gak pernah berpikir kalau aku itu ganteng" jawab Attar datar
"Yaelaaaah! Sok-sokan banget sih!" Saut Fahri
"Emang bener kan? Trus masalah pasangan, aku pasrah aja deh sama takdir Allah. Nanti juga pasti ketemu kalau sudah waktunya. Aku gak punya kriteria khusus, tapi kalau kalian mau tau nih yah, aku percaya sama yang namanya cinta pada pandangan pertama" jawab Attar membuat teman-temannya bingung
"Maksudnya yang seperti apa?" Tanya Dion menyimpan sendok dan garpunya kemudian menatap Attar penasaran
"Maksudnya, aku percaya bahwa jatuh cinta tanpa kriteria apapun itu ada. Orang-orang pada umumnya beranggapan bahwa kita harus kenal dulu, tau sifat aslinya dan kepribadiannya seperti apa baru deh cinta itu bisa muncul. Itu namanya cinta yang bersyarat. Kalian tau Cinta itu menggetarkan hati, jadi saat kalian bertemu seseorang dan itu membuat mata kalian gak berkedip tapi rasanya menusuk hingga ke hati, itulah cinta yang tak bersyarat." Jawab Attar membuat temannya semakin bingung
"Tapi Tar, bukannya yang seperti itu jatuh cinta karna parasnya? Dia cantik misalnya, atau imut dan lucu jadinya kamu bisa suka pada pandangan pertama hanya dengan melihat wajahnya?" Ryan menyangkal pernyataan Attar
"Tidak seperti itu. Jadi contohnya gini," Attar menerangkan sambil menyudahi makanannya
"Ketika aku bilang sama kamu bahwa aku suka sama si A, trus kamu nanya kenapa bisa suka sama dia? Trus aku jawab, karna dia anaknya baik, cantik, pinter trus santun. Itu namanya cinta bersyarat, cinta yang hadir karna ada sebabnya. Tapi aku tidak menyangkal hal itu, itu lumrah terjadi pada diri seseorang karna memang banyak orang yang mencintai dikarenakan adanya hal yang menarik pada pasangannya tersebut, itu banyak terjadi dan itu tidak bisa disalahkan. Namun kita juga tidak bisa menyangkal bahwa ada pendapat lain yang mengatakan cinta itu tak memiliki syarat. Seperti ketika aku bilang sama kamu kalau aku suka sama si B, trus kamu nanya kok bisa suka? Dia kan gak terlalu cantik, biasa-biasa aja tuh? Lalu aku jawab, gak tau tiba-tiba aja suka. Nah, meskipun sebagian orang bingung dengan pernyataan seperti ini, namun ini suatu kenyataan yang harus diterima. Kenyataan bahwa ada hati yang bisa mencintai tanpa syarat apapun." Jawab Attar panjang lebar
"Tapi kan islam juga menganjurkan kita memilih pasangan berdasarkan empat kriteria. Kriteria apa sih aku lupa. Apa Yan?" Tanya Fahri sambil menyenggol-nyenggol lengan Ryan
"Mana aku tau. Lagian nanyanya ke aku" jawab Ryan datar
"Hehe iya iya, kita dianjurkan memilih pasangan berdasarkan yang paling baik parasnya, keturunannya,  hartanya dan agamanya. Itu tidak boleh kita lupakan, tapi bukan berarti tanpa adanya keempat kriteria itu kita tidak bisa menikahi seseorang. Kalau kita sudah suka sama seseorang, sudah cinta banget sama dia tapi dia gak memiliki satu pun dari keempat kriteria itu bagaimana? Harus kita tinggalkan? Harus kita cari yang lain? Menurut aku tidak. Kalau kita suka sama seseorang tapi dia tidak memiliki harta misalnya, yaudah kita berjuang sama-sama untuk cari harta itu di jalan Allah, mohon petunjuk dari Allah. Atau kalau kita suka sama seseorang tapi dia bukan dari keturunan yang baik-baik, yah cukup stop sampai di sana saja yang tidak baik itu. Selanjutnya kita bisa memohon perlindungan Allah untuk menjadi keturuan atau generasi yang lebih baik dari pada sebelumnya. Meskipun hal ini tidak bisa diterima oleh semua orang tua terhadap anaknya. Nah sedangkan untuk masalah paras itu kan relatif, selerah orang berbeda-beda. Jadi terserah aja sih. Dan yang terakhir kalau orang yang kita suka tidak seagama dengan kita, bagaimana menghadapinya? Bimbing dia sambil memohon pada Allah untuk menurunkan hidayahnya pada orang tersebut, sambil berusaha menerangkan dan memperkenalkan padanya apa itu islam. Kalau Allah merahmati, insyaAllah akan Allah putar hatinya untuk memeluk agama islam. Jika semuanya tidak berhasil, mungkin itu jawaban Allah bahwa dia bukan yang terbaik dan silahkan kalian cari yang lain." Attar tersenyum di akhir ceritanya
"Waaaah! Kalian pusing gak sih? Kok aku pusing yah?" Kata Dion menggaruk-garuk kepala
"Aku juga pusing" jawab Ryan sambil menyandarkan diri di kursi dengan mata yang menatap lurus ke depan
"Hahhaha gak usah pusing, cukup kalian percaya pada takdir Allah. Ketika kamu baik, insyaAllah akan datang jodohmu dari kalangan orang yang baik-baik. Begitupun sebaliknya." Jawab Attar yang masi tersenyum manis
"Siapalah perempuan beruntung yang akan menaklukkan hatimu Attar?" Ucap Dion polos sambil menepuk-nepuk pundak Attar
"Kamu akan terkejut" jawab Attar yang menatap Dion dengan mimik muka yang sedikit mengejek
"Aku berharap kita semua benar-benar terkejut bahagia dengan pilihanmu nanti" balas Dion yang masi menatap Attar dan membelai-belai rambut Attar
"Ya ampuuuunn!! Ekspresi kalian berdua benar-benar menjijikkan!" Teriak Ryan sambil memegang gelas minuman yang seolah ingin melempar Dion dan Attar
Mereka semua tertawa terbahak-bahak atas perbincangan ini dan membuat mereka semakin terlihat seperti saudara seutuhnya.
Setelah mereka selesai makan siang, mereka kembali ke fakultas masing-masing. Attar dan Ryan kembali ke fakultas Ekonomi sedangkan Fahri dan Dion kembali ke fakultas Hukum. Di jalan pulang Ryan mampir di mobil Attar untuk mengambil buku yang dia inginkan kemudian pulang ke rumahnya. Karena mereka berdua memiliki urusan yang berbeda-beda sehingga tidak selamanya mereka selalu menghabiskan waktu di kampus bersama-sama seperti dulu.
Sekitar pukul tiga soreh Attar pulang ke rumahnya untuk beristirahat, namun Fahri belum pulang dari kampus sehingga Attar hanya sendirian di rumah, karena keluarganya sudah pulang ke Bandung. Dan seperti biasa sepulang kampus Attar hanya menghabiskan waktu dengan mengerjakan tesis sambil sesekali istirahat sambil menonton televisi. Tiba-tiba henfonnya berdering,
"Halo Yan?"
"Lagi di mana Tar?" Tanya Ryan dibalik telfon
"Rumah, kenapa?" Jawab Attar datar
"Keluar yuk, malam minggu ni!"
"Ke mana?"
"Cafe dekat pantai kayaknya asik nih"
"Males" jawab Attar masi datar
"Ya tuhaaaan dosa apa gue punya temen kaya lu! Pokoknya gue jemput sekarang"
"Bisa gak lu ngomongnya formal kek biasanya?" Tanya Attar
"Males gue Tar!!!! Berasa kek bicara sama ibu kontrakan tau gak! Ah gak asik lu"
"Tapi gue males dengerin logat lu ini" Jawab Attar masi datar
"Diaaaam!!! Pokoknya sekarang lu siap-siap karna sebentar lagi gue nyampe. Gue udah di dekat kompleks ni"
"Hmmm" jawab Attar datar sambil mematikam telfon
Dia pun tersenyum merasa lucu dengan apa yang dia lakukan kepada temannya tadi, bergegas dia mengcharge henfon kemudian masuk ke kamar untuk bersiap. Dan beberapa menit kemudian Ryan pun tiba di depan rumah Attar.
"Kringkringkring" henfon Attar berbunyi
"Gak bisa sabar banget sih anak ini" Ucap Attar sambil melihat layar henfon tanpa menerima panggilan Ryan, dan Attar pun buru-butu keluar rumah.
"Lama banget si lu ah! Sebel gue!" Teriak Ryan membuka kaca mobilnya lalu teriak dari dalam mobil
"Kamunya yang gak sabaran, dasar!" Jawab Attar sambil masuk mobil
"Berdua doang nih?" Tanya Attar lagi
"Ya iya! Napa emang? Lu sih gak punya cewek makanya bareng gue terus kan lu" ejek Ryan sambil memasang kaca mata dan fokus menyetir
"Gaya lu!! Pake kaca mata segala, ntar ada kucing lewat ketabrak loh"
"Iya gelap Tar!" Jawab Ryan sambil melepas kaca mata hitamnya dan memonyongkan bibirnya kepada Attar
"Sumpah yah jijik banget aku liatnya tau gak! Gaya imut-imut gitu gak cocok sama kumis tipis kamu"
"Udah deh Ahmad Attar tercinta. Berhentilah berbucara formal kepada diriku! Diriku tidak suka mendengarnya!" Ucap Ryan dengan gaya bicaranya yang seolah mengejek Attar
"Padahal sudah dari dulu kita bicara formal, biasa aja kok" jawab Attar datar
"sekarang lu berada di Jakarta jadi lu harus nurut sama gue! Yah lu harus ikut sama logat orang sini. Ngerti?"
"Terserah lu!" Jawab Attar singkat sambil melihat keluar jendela
Mereka berdua terus seperti itu sampai mereka tiba di tempat tujuan mereka. Setibanya di sana mereka memilih tempat paling luar yang sangat dekat dengan laut, namun henfon Ryan menerima pesan WA dari seseorang. Ryan pun terlihat sibuk membalas pesan tersebut dan mengabaikan Attar yang dari tadi bertanya tentang menu yang ingin dia pesan.
"Woy woy woy! Yah gue dicuekin! Pesen makan dulu Yan, kasian mbaknya nungguin." Attar menarik lengan hoodie Ryan
"Black coffe mbak, yang original. Makannya nanti nyusul kalo gue udah laper." Jawab Ryan yang masi sibuk dengan henfonnya
"Dasar! Saya juga mbak, black coffe satu, tapi saya mau gulanya sedikit yah. Itu aja" jawab Attar ramah
"Baik mas ditunggu yah" jawab pelayan tadi
"Lu chat sama siapa sih Yan?" Tanya Attar pada Ryan setelah mbaknya pergi
"Mau tau aja" jawab Ryan singkat
Setelah kurang lebih dari setengah jam mereka berdua ngobrol di tempat itu, tiba-tiba seorang perempuan datang menghampiri mereka.
"Hai?" Sapa perempuan itu dari jarak yang semakin mendekat dengan mereka berdua
"Hai Yun! Sini sini gabung!" Ucap Ryan sambil bediri mengajak Yuna bersalaman
"Lu bawa bukunya gak?" Tanya Ryan pada Yuna
Namun Attar masi terdiam melihat Yuna yang tiba-tiba datang menemui mereka
"Hai? Kamu teman Ryan yang waktu itu kan? Kenalin aku Yuna" Sapa Yuna sambil tersenyum dan mengurkan tangan untuk bersalaman
"Ii..iya! Saya Attar." Jawab Attar sambil menundukkan kepala sebagai rasa hormat karena tidak menyambut tangan Yuna
"O..ooh sorry sorry!" Jawab Yuna terbata-bata dan segera menarik kembali tangannya
Ryan hanya menggaruk-garuk kepalanya melihat Attar sambil berucap-ucap sesuatu yang tak jelas dan meninbulkan suara seolah sedang mengomel pada Attar
"Oya ini buku kamu aku balikin, makasih yah!" Yuna menyodorkan sebuah buku pada Attar dan buku itu adalah buku yang Ryan pinjam tadi di kampus
Attar bingung tak berkata apa-apa dan berbalik melihat Ryan yang sudah cengengesan dengan senyum tak bersalahnya
"A..ah iya iya, sama-sama Yun!" Jawab Attar sambil mengambil buku dari itu tanpa sedikitpun menyentuk tangan Yuna
"Soal kemarin itu aku minta maaf yah, aku gak tau kamu temen Ryan dan aku gak tau kalau kamu senior aku" ucap Yuna yang berubah seratus delapan puluh derajat dari hari itu
"Iya iya gak apa-apa kok, santai aja." Jawab Attar sambil tersenyum
"Kok cepet banget balikin bukunya Yun? Emang udah selesai pakainya?" Tanya Ryan
"Iya sudah kok aku cuma nyari sesuatu aja dibuku itu" jawab Yuna
"Oh iya duduk dulu lah Yun, minum-minum dulu" ucap Ryan sambil menarik kursi untuk Yuna
"Kalian berdua aja?" Tanya Yuna
"Tapi aku gak bisa lama-lama nih papah nungguin di depan" lanjutnya lagi tanpa menunggu jawaban dari pertanyaannya tadi
"Hah? Prof Jes ada di sini?" Tanya Attar yang terkejut
"Hu'um" jawab Yuna sambil mengangguk cepat
"Yah sayang sekali gak bisa gabung sama kita. Atau suruh aja papah kamu pulang, ntar kami yang anterin kamu. Gimana?" Tawaran dari Ryan
"Gak bisa Yan, aku sama papah mau ke gereja. Keluarga sudah kumpul di sana" jawab Yuna sedikit mengerutkan dahinya
"Yah elah ibadah apaan malam minggu" ucap Ryan dengan suara yang sangat kecil tapi terdengar oleh Attar, Attar pun menyenggol tangan Ryan
"Yaudah kamu pulang aja, kasian prof nungguin di luar." Ucap Attar sambil tersenyum pada Yuna
"Iya iya aku pulang dulu yah. Sampai jumpa. Bye!" Yuna melambaikan tangan sambil berlari kecil keluar Cafe
Attar langsung berbalik ke arah Ryan dengan tatapan yang tajam.
"Katanya kamu yang pinjam bukunya, kok malah Yuna yang balikin sih? Kalian pacaran yah?" Tanya Attar yang sedikit kesal dan bingung
"Yaelah tatapan lu gitu amat sih Tar! Enggak, gue gak pacaran. Yakali pacaran sama teman gue sendiri."
"Lah trus kenapa bukunya bisa sama Yuna? jelasin gak"
"Itu sebenarnya dia yang minjem ke gue tapi karna gue gak punya buku itu jadi gue saranin ke dia buat minta langsung ke elu, tapi dianya gak mau. Jadi gue yang minta tapi gue gak kasi tau ke elu hehehe" jawab Ryan sambil memijat-mijat pundak Attar
"Yaelah susah banget tinggal bilang aja, pasti aku pinjemin kok." Jawab Attar santai
"Takutnya lu gak mau minjemin gara-gara waktu itu hehhe" Ryan masi memijat pundak Attar tanda sedang membujuk
"Apa pernah aku gak pinjemin? Btw lepasin gak! Lepasin!" Ucap Attar sambil melepas tangan Ryan dari pundaknya dan pindah ke kursi yang ada di sebelahnya
"Iya iya sorry yah ahhaha" Ryan tertawa keras
"Btw lu tadi senyum-senyum gitu ke Yuna. Jangan-jangan lu suka yah??? Naaah ayo ngaku!" Lanjut Ryan yang terus-terusan membuat Attar kesal
"Senyum doang dikira suka. Kalau aku senyum ke kamu, berarti aku suka juga ke kamu, gitu?"
"Tapi tatapan kamu beda hari ini sama waktu itu. Ngaku aja deh"
"Terserah! Capek aku jelasin, kamunya tetap bego!"
"Attar tolong lah yah, berhenti bicara formal ke gue. Aneh tau gak dengarnya"
"Iya iya! Males banget aku. Tapi aku heran deh kok Yuna beda banget yah? Tadi ramah banget" Jawab Attar datar
"Dia emang gitu orangnya. Kalau sama orang baru juteknya minta ampun, tapi kalau udah kenal dia bisa lebih santai dan ramah kok. Udah kenal banget gue"
"Gitu yah" jawab Attar sambil mengangguk-nganggukkan kepala
"Btw ibadah apa sih Tar malam minggu gini?" Tanya Ryan dengan muka serius
"Mana gue tau. Gue gak ngerti sama agama mereka" jawab Attar masi datar
"Ibadah apaan yah malam minggu? Gak asik banget"
"Udah udah, pesen makan gih laper nih." Attar memegang perutnya
"Mbaak! Mbaak! Mau pesen!" Teriak Ryan pada pelayan cafe
Begitulah malam minggu Ryan dan Attar yang selalu sama, menghabiskan waktu yang selalu berdua dengan sangat datar tanpa pacar tapi selalu asik mereka lalui karna sudah terbiasa, sering juga mereka berempat dengan Fahri dan Dion kalau waktu mereka lagi sama-sama kosong.Dan terkadang mereka juga hanya menghabiskan waktu di rumah Attar sambil main game sampai tengah malam dan tak sadar mereka tertidur di sofa.
Hari-hari berlalu seperti biasanya, dan pada suatu hari tepatnya di hari rabu pukul 13:27 siang.....

Bersambung......

"Aku tidak terlalu senang jika karyaku disukai oleh orang lain, aku lebih suka jika kamu yang menyukainya. Karna kamu sumber motivasiku❤️"

Allah, Muhammad & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang