9. Hold Me Tight

531 57 5
                                    

Chasen mengendarai mobilnya, hendak menuju bar seperti biasa tempatnya dan ketiga sahabatnya nongkrong di sana. Tapi belum sampai setengah perjalanan, suara dering ponselnya menginterupsi. Ia mengangkat panggilan itu tanpa melihat nama si penelepon.

"Hallo?"

"Hallo?! Ini Chasendria Kenta, kan?!"

Chasen menyerngit mendengar suara gaduh dan terburu-buru di seberang sana. Ia juga seperti mengenal suara penelepon tersebut.

"Iya, gue bicara dengan siapa, ya?"

"Ini Elina. Sahabatnya Rasela!"

"Ouh, ada apa nelepon gue?"

"Jangan banyak tanya! Sekarang juga—di mana pun lo berada, pergi ke tempat lokasi yang udah gue kirim, sekarang! Darurat!"

Chasen melepaskan ponsel dari telinganya untuk melihat share location yang baru saja dikirimkan. Ia mengerutkan dahi sekilas. Alamat komplek terkenal dan cukup mewah. Untuk apa dia ke sana?

"Tapi gue—"

"Lo harus kesana! Tolong lihat apa Rasel ada di rumah. Soalnya nyokapnya nelepon gue kalau ponselnya nggak aktif dan semua Asisten Tumah Tangganya dia pulangin! Gue lagi nggak di Jakarta, yang lain juga nggak bisa gue telepon. Pokoknya jangan banyak tanya! Cepet ke sana!"

Beep.

Chasen langsung melempar asal ponselnya dan memutar balik kemudi menuju alamat yang dikirimkan. Mendengar keadaan Rasel yang tidak pasti membuatnya sedikit kualahan. Ia sendiripun tidak tahu kenapa.

>><<

Seorang wanita paruh baya melangkahkan kakinya mantap. Dengan perawakan yang masih bisa dibilang muda walau usianya tidak. Cantik dan anggun seperti biasa. Dia adalah Calarissa, seorang pengacara yang sudah cukup terkenal di dunia Hukum.

Tapi sayang, ia sudah menjadi singel parent walau wajahnya masih sangat cantik. Menjadi pengacara yang biasanya mengurus masalah perceraian bukanlah hal mudah untuk dirinya sendiri. Karena pada dasarnya ia juga memiliki masalah dalam rumah tangga dan menjadi seperti sekarang. Tapi itu sama sekali tidak membuat Calarissa patah semangat untuk melanjutkan karirnya.

Kini dirinya mendapatkan sebuah kasus perceraian suami istri karena perselingkuhan. Ia memjadi pihak pembela dari si Pria. Tapi yang harus ia teliti dan kaji lagi adalah surat pernyataan bercerai yang diberikan pihak pria—clientnya. Di surat tersebut, dikatakan bahwa Clientnya memiliki seorang istri sah, dan tiga orang anak kandung tapi tidak ingin memberikan harta gono-gini. Yang membuatnya semakin aneh adalah, belum ada tanda tangan dari pihak wanita tetapi surat cerai itu sudah sampai ke tangannya.

"Maaf, Pak, sebenarnya selain anda memiliki pernyataan untuk tidak memberikan harta gono-gini, apakah ada pernyataan lain?"

"Tidak. Cukup aku mendapatkan semua hasil usahaku saja."

"Tapi di surat ini belum ada tanda tangan istri anda, Pak. Jadi, apakah anda ada maksud lain?" sudah biasa menangani kasus kecurangan, Calarissa sangat bisa membaca maksud tersirat atau pun tersurat dari setiap client yang dihadapinya.

"Sebenarnya, saya belum membicarakan hal ini dengan istri saya. Sudah tiga bulan saya memutuskan kontak dengan dia, dan belum memberi tahu tentang ini. Tapi tujuan saya adalah melangkah lebih dulu untuk mengurus ini semua, karena saya yakin dia bersedia bercerai dengan saya."

"Kalau tidak?" tatapan tajam Calarissa ia tuju pada pria ber-nametag Lucman Pradana.

"Urusi saja dulu permohonan pertama client Anda, nyonya Edward."

Betting On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang