10. The Trap

576 59 2
                                    

Rasel menggeliat, merenggangkan tubuh yang terasa remuk. Kepalanya mendadak terasa sangat pening, hingga ia ingin muntah rasanya. Matanya terbuka, menatap langit-langit ruangan yang sangat tak asing baginya—kamarnya sendiri.

Ah, ia ingat, semalam ia mabuk karena pria datar, dingin dan kaku itu. Mendadak dirinya merasa geli karena sudah mabuk hanya karena pria tidak jelas itu. Tunggu, ia seharusnya ada di ruang keluarga, kenapa sekarang di kamar? Apa dia berjalan ke kamarnya sendiri saat tidur?

"Udah bangun?" Rasel menoleh, mendapati sosok yang membuatnya terkejut.

"K-kok lo di sini?" tanya Rasel kaku, pikirannya mendadak kacau.

Apa pria ini yang membawanya ke kamar? Sontak, Rasel memeriksa bajunya, dan tidak ada yang berubah kecuali kaus kakinya yang terlepas juga rambutnya yang kemarin ia kuncir sudah tergerai berantakan.

"Gue nggak ngapa-ngapain lo, santai aja," ucap Chasen seakan tahu pikiran gadis itu.

"Chasen, gue nanya. Lo ngapain di sini?" desis Rasel, ia rasa seharusnya hari ini Chasen sekolah—begitu pun dirinya yang sekarang malah masih terkena efek alkohol.

"Karena gue mau," balas Chasendria, pria itu menyodorkan segelas air.

"Mau apa?"

"Mau tanya, kenapa lo mabok lagi? Biar gue nyelametin lo lagi, dan bikin gue makin suka sama lo?"

Byuur!

Rasel menyemburkan air yang diminumnya ke wajah pria tampan ini. Chasen menghela napas, sedangkan Rasel mendadak gelagapan.

"Eh, anu, gue nggak senga—maaf ya ampun, baju lo basah."

Chasen mengambil tisu di atas nakas Rasel dan mengelap mulut gadis itu tanpa memperdulikan dirinya.

"Ya, santai aja." lalu ia membuang tisu dan menyodorkan kembali gelas yang terisi air dan obat yang sering Chasen pakai jika ia terkena efek mabuk.

Rasel meminum obat itu dengan cepat, dan mengambil tisu lalu membersihkan wajah Chasen.

"Chasen, maaf ya. Sumpah, gue nggak niat nyembur lo. Lagian lo sih ngomongnya macem-macem! Bercanda mulu lagi!"

Tangan Rasel mendadak menggantung saat Chasen mencengkeram erat tangannya. Mata elang Chasen menatap dalam Rasel, membuat gadis itu terbuai sesaat, hingga dadanya terasa bergemuruh saat Chasen mengecupnya dan berkata, "Kalau gue nggak bercanda, apa hati lo bakal jadi milik gue?"

>><<

Ting tong!

Rasel sangat malas turun ke bawah, ia masih asik berada di kamar setelah Chasen yang menemaninya sampai siang, dan pria itu harus pulang karena mendadak ada acara. Keadaan yang awalnya canggung saat Chasen mengatakan hal itu, menjadi seru saat pria itu mulai melontarkan beberapa lelucon.

Lagipula, ia yakin ketiga teman laknatnya bisa masuk sendiri. Jadi, untuk apa ia ke bawah jika Lysa sudah merecoki kulkasnya?

Ceklek!

"Oh, udah dateng. Gue kira—" mata Rasel membulat.

Yang di hadapannya itu memang nyata, kan? Ia tidak sedang bermimpi bukan?

"Dany?"

Dafi, pria itu bersender di dinding pintu dengan wajah datar, dan tangan yang memegang plastik berisi sup yang masih hangat. "Udah maboknya?"

Rasel meringis pelan, hatinya berperang sekarang. Antara kesal dan marah karena kejadian kemarin, dan ada rasa senang juga bahagia karena Dafi mau menjenguknya, dan sepertinya membawakan makanan. Kebetulan ini sudah masuk makan siang, dan Rasel merasa lapar walau Chasen sudah menyuapinya tadi sebelum pulang.

Betting On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang