18. Barbeque Party

508 51 2
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi sejak tadi. Sudah dipastikan mereka bolos hampir setengah hari, dan sepertinya mereka tak peduli. Dafi dan Rasel masih asik melamunkan hal yang berbeda dengan posisi yang lebih nyaman. Di mana mereka duduk di atas meja tak terpakai sambil Dafi memeluknya dari belakang. Bahkan, Dafi rasa Rasel sudah tertidur karena sejak tadi gadis itu hanya diam dan napasnya sangatlah teratur.

"OH MY GOSH! GUE CARIIN LO KE MANA-MANA MALAH LAGI MESUM DI SINI!"

Dafi menatap datar pria yang baru saja datang. Di belakangnya diikut oleh dua pria lain yang juga ikutan cengo.

"SUMPAH DAF! SEJAK KAPAN LU BISA MOJOK?!"

"Berisik tau nggak?"

Jero dan Ezar langsung kicep. Wirga cuma bisa bengong. Dafi mengelus lengan Rasel saat gadis itu bergerak tak nyaman.

"Dafi, kok bisa meluk cewek? Dafi kan orangnya dingin kayak kutub kalau kata anak-anak." Wirga menggaruk kepalanya.

Ezar dan Jero ingin sekali menjatuhkan Wirga dari rooftop ini.

"Wir, diem ya. Jangan berisik, nanti Dafi marah."

"Oh, oke."

Dafi menatap datar pada teman-temannya yang masih menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Mending kalian ke kantin duluan, gue nggak minat makan."

"Kan, udah kenyang meluk cecan, iya gak?" goda Ezar yang disambut tawa Jero.

"Mau nitip nggak Daf? Lo udah bolos ke setengah hari loh," tawar Jero, Dafi melirik Rasel sebentar dan tersenyum.

"WOILAH! DAFI SENYUM GENGS!"

"Hmm ..."

Dafi menatap tajam Jero begitu Rasel terganggu karena teriakannya. Pria itu menyengir sembari memberi tanda peace lewat tangannya.

"Pergi sana kalian, ganggu aja." Dafi menggerutu pada sahabat-sahabatnya.

"Sungguh, Dafi sudah berubah kawan. Hanya karena seorang wanita, kita ditinggalkan," ujar Ezar mendramatisi keadaan.

Jero merangkul pria itu dan berpura-pura menangis. "Kita mah apa atuh, ketemu baru dilupain."

"Zar, Jer." Dafi memberikan pelototan.

"SIAP! WIRGA, AYOK CABUT!" Ezar dan Jero buru-buru menarik Wirga yang awalnya asik bermain dengan seekor kucing.

Dafi menggeleng-geleng melihat tingkah ketiga sahabatnya. Ia kembali melihat Rasel yang mulai bergerak dalam dekapannya.

"Daf," Dafi mengelus pipi tembam gadis itu. "Ngantuk," rengek Rasel yang disenyumi gemas oleh Dafi.

"Tidur."

Rasel membuka matanya sedikit. "Tapi, lapeeeerr." Rasel merubah posisinya jadi menyamping dan menenggelamkan wajahnya di dada Dafi lalu mengusek-usek pelan. "Dany, kita udah bolos seharian, ya?"

"Hampir," jawab Dafi. "Mau ke kelas?"

Rasel menggeleng. "Kali-kali bolos deh, kan bolosnya sama Dany." Rasel tertawa kecil.

Dafi tersenyum, ia menarik pelan hidung Rasel. "Bandel."

Rasel ikut tersenyum dan memeluk Dafi lebih erat. Rasa kantuk kembali menyerang karena posisinya benar-benar membuat Rasel nyaman.

"Dany..."

"Hmm?"

"Jangan pergi, ya."

Dafi yang awalnya menatap awan, kini langsung menoleh pada gadis di dalam dekapannya. Rasel kembali tertidur. Ia mengusap pelan kepala Rasel, membiarkan gadis itu tertidur lagi sebentar sebelum Dafi menyuruhnya bangun untuk makan.

Betting On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang