21. Change Up

532 55 0
                                    

Dafi menghela napas. Ia menyiapkan diri untuk sisi terburuk yang akan terjadi setelah ia mengetuk pintu di hadapannya. Ia cukup yakin, Rasel sudah berada di rumahnya. Tapi, bagaimana jika tidak?

Tok-tok-tok!

Tiga ketukan, tetapi tak ada balasan.

Tok-tok-tok!

"Tunggu sebentar!"

Itu suara Talia.

Dafi menghela napas panjang. Tak lama, pintu terbuka. Wajah Talia yang awalnya tersenyum, berubah seratus delapan puluh derajat saat melihat Dafi.

"Rasel udah—"

"Oh God. What are you doing here? Mau nyakitin Rasel eonni lagi?"

Dafi mencoba tersenyum. "Aku harus ketemu Rasel, sekarang."

"Nggak. Aku nggak akan ngebiarin Rasel eonni dilukai cowok brengsek kayak lo."

Alis Dafi naik sebelah. "Just a minute ..." Dafi mengubah tatapannya. "... please?"

Talia menghela napas. "Rasel eonni belum bangun. Jadi, lo bisa pergi sekarang."

Dafi mengangguk saja, ia memberikan paper bag pada Talia. "Kasih ke dia, tell her, 'I'm sorry. But Nayma is my little sister. And, I love her as a sister.' Thank you."

Talia mematung saat melihat raut wajah Dafi yang berubah. Tatapannya menjadi sendu.

Talia melirik isi paper bag yang ia pegang. Tempat bekal, sekotak kecil yang ia yakin isinya adalah obat, dan red rose.

Mawar merah melambangkan perasaan cinta.

"Tatal! Ambilin segelas air! Cepat!"

"AKU BUKAN PEMBANTU, KOKO!"

>><<

"Ugh."

Rasel memegang kepalanya yang terasa sakit, matanya yang berat dibuka, dan mulutnya yang masih terasa alkohol. Ia mengerjap pelan, mendapati langit-langit kamarnya yang sudah diubah Talia menjadi seperti langit malam semenjak adiknya berlibur di sini.

"Udah bangun?"

Rasel menoleh perlahan, di depan pintu ada Juniar yang menatapnya kesal.

"Masih mau mabok, nggak? Gue beliin nanti wine nya," ketusnya.

Rasel memutar mata jengah. "Nggak usah larang gue buat mabuk, kalau lo juga ngelakuin hal yang sama. Biarin gue dengan kesukaan gue juga."

"Kesukaan lo nggak bagus, Rasela Calandra." Juniar menekan kalimatnya. "Emang alkohol bikin badan lo bagus?"

"Soda bikin badan lo rusak, nggak boleh."

"Terus, alkohol bikin badan lo bagus?"

"Dany," guman Rasel.

Juniar yang mendengarnya menghela napas, ia menghampiri kembarannya dan memeluknya erat seraya berkata, "Please, gue tau keadaan kita emang udah hancur. Gue tau, lo berusaha lupain luka yang dibuat Papi. Tapi jangan paksa diri lo, Rasel. I'm here, beside you." Pria itu mencium kening kembarannya dengan lembut. "Always here, for you."

Rasel tersenyum kecil. "Gue kangen lo sama Tatal." Rasel menenggelamkan wajahnya di bahu Juniar. "Gue iri lihat temen-temen gue yang main sama adiknya, yang ketawa bareng saudaranya, yang bahagia bareng keluarga kecilnya." gadis itu mulai terisak. "Gue pengen kayak dulu lagi."

"I'm sorry." Juniar mendekap erat Rasel. "Sorry Rasel, sorry."

Juniar tahu, kalau sebenarnya bukan ia yang salah, tapi pria brengsek yang membuat keluarganya hancur, dan ia mau tak mau harus ikut dengan pria itu karena Talia yang sudah dibawa paksa oleh ayahnya.

Betting On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang