25. Broken From Within

504 60 0
                                    

Matahari pagi tersenyum cerah. Tapi tidak menganggu seorang gadis yang masih tertidur lelap karena terlalu lelah. Rasel. Ia masih dalam keadaan berbalut selimut tebalnya dengan nyaman. Tidak sadar bahwa seseorang masuk ke dalam kamarnya, dan dengan cepat menyibak gorden kamarnya membuat sinar sang surya menganggu tidurnya.

"Rasela Calandraaaa! Bangun kamu." Calarissa berdiri di samping ranjang queen size milik Rasel. Tangannya dilipat di depan dada karena ia sudah kesal.

"Lima meniiiit aja, Mi." Rasel kembali mencari posisi yang lebih nyaman.

"Lima menit lagi, dan kamu bakal kehilangan jodoh kamu nanti. Dafi dari tadi nungguin di bawah tuh." seketika mata Rasel terbuka setelah Calarissa berucap demikian.

"Hah? Dafi masih di sini?!"

"Kamu pikir aja sendiri." kemudian Calarissa meninggalkan kamar Rasel. Menyisakan Rasel yang langsung melompat dari ranjangnya untuk segera membersihkan diri.

>><<

"DANY!"

Rasel berteriak dari jauh sambil menuruni anak tangga. Dirinya cepat-cepat menghampiri Dafi dan duduk di sebelahnya.

"Emm ... nggak panas. Udah sembuh nih, kok masih di sini siiiihhh?" suara Rasel meninggi di ujung kalimatnya.

"Rasela, kok kamu ngusir, sih?" tegur Calarissa. "Dafi belum pulih betul, tadi pagi sempat oleng lagi."

"Aku bukan ngusir, Mi. Kalau Mamanya Dafi khawatir gimana? Terus Guan sama Sophie tau kan kamu di sini?" tanya Rasel bergantian kepada Calarissa dan Dafi—yang sekarang di depannya sudah ada banana cake buatan Calarissa.

"Mami sudah telepon Bundanya Dafi, sayang."

"Guan dan Sophie udah gede, nggak perlu ada aku untuk ngurus mereka," ucap Dafi.

"Hhh~ ya udah. Bagus deh. Aku kan cuma khawatir."

"Beneran khawatir, kan?" goda Dafi. Rasel tak menghiraukan itu dan dengan santai memakan banana cake.

"Sayang, nanti kamu antar Dafi pulang, ya. Nggak mungkin Dafi nyetir sendirian," ucap Calarissa di tengah sarapan mereka.

"Iya, Mi."

"Nggak usah tante, aku bisa, kok," timpal Dafi yang langsung dipelototi oleh Rasel.

"Bisa apaan! Aku nggak mau ya denger berita ada orang sakit bawa mobil terus kecelakaan!"

"Kamu doanya jangan gitu, dong."

"Loh? Aku kan cuma mikirin kemungkinan terburuk, Daf."

"Ya udah iya, kamu anter aku pulang." Dafi pasrah.

Calarissa hanya tersenyum melihat kelakuan dua insan di hadapannya.

>><<

"Sini biar aku aja. Mami kamu udah nggak lihat."

Rasel hanya menekuk wajahnya kesal. Karena pasalnya Dafi terus memaksa ingin menyetir sendiri. Dengan pasrah, mereka bertukar posisi setelah keluar dari komplek.

"Padahal rumah kamu deket, Daf. Kenapa nggak biarin aku aja sih yang nyetir?"

"Kalau deket, seharusnya nggak kenapa-napa dong nyetir sendiri?" tanya balik Dafi, yang membuat Rasel semakin bungkam dengan wajah cemberut.

"Pacarku lucu banget lagi ngambek gini." Dafi terus melirik ke arah Rasel yang sekarang membuang pandangannya ke luar jendela.

"Hey, lihat sini dong." Dafi mencolek-colek pipi Rasel gemas. Si empunya semakin menghindar.

Betting On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang