Setiap manusia diciptakan berpasangan.
Tapi bukan berarti hanya berpangku tangan menanti jatuhnya sang rembulan.
Ada kalanya kita harus berjuang lebih gigih agar jodoh terengkuh dalam dekapan.*****
Aku melangkah mengikutinya. Berada di belakang tak berani menyejajari. Gugup sekali rasanya, terus menunduk sepanjang jalan. Dia menghentikan langkahnya, menoleh ke arahku. Mata bulat itu serasa menusuk saat menatapku lekat. Tampak bibirnya menyungging senyum yang membuat gejolak di dadaku serasa berloncatan. Sejurus kemudian dia menarik lenganku perlahan.
"Honey, kau mirip Zia saja. Suka ngutit di belakang." Dia tampak berusaha menahan tawanya.
Kututup muka dengan kedua tangan dan dia makin tergelak. 'Asem!' umpatku dalam hati, 'cowok mana peka sih!'Berjalan beriring dengan lelaki yang selama ini dikagumi itu seperti semua serba salah. Sudah berusaha hati-hati, eh! Pakai kesandung batu segala. Ninda yang mandiri jadi tampak ceroboh. Serius! Ini memalukan. Tuhan tolong hamba!
"Hati-hati, Honey," dia berucap saat menangkap punggungku ketika hampir terjatuh. Mukaku terasa memanas. Aku berharap wajahku tak akan tampak memerah karena salah tingkah.
Mas Sam meghampiri sebuah becak di ujung jalan. Memberitahukan sesuatu pada pria paruh baya bertubuh kurus itu. Aku tak bisa mendengar dengan jelas, jarakku tak cukup bisa menangkap percakaoan mereka.
Kami sekarang duduk bersisihan, sangat dekat, di dalam sebuah becak.
Kalimat demi kalimat yang sudah terangkai sejak semalam tenggelam dalam kebisuan kami.Diam! Sepanjang perjalanan.
Hanya saja terasa degup jantungku mulai berubah ritme, semakin keras dan cepat. Aroma khas Mas Sam yang tak pernah berubah, tak terlalu wangi tapi cukup membuat seorang gadis kehilangan hati. Entah! Apakah setiap lelaki memiliki aroma macam ini? Tapi ... tidak juga, Rio--pacar Lisa, sahabatku--baunya wangi ... sekali. Bahkan seringkali aku merasa mual di dekatnya.
Becak berhenti di depan sebuah toko es krim dengan nuansa klasik jaman belanda, OEN Malang. Lelakiku mengulurkan beberapa lembar ribuan pada Pak Becak, berterimakasih sebelum mengajakku masuk.
Dia tak berusaha menggandeng tanganku, menyentuh bahuku sedikit, mengisyaratkan agar aku mengikuti langkahnya. Aku mengangguk menanggapinya.
Melangkah ke dalam toko legendaris ini, seolah menapaki sejarah kota Malang. Desain interior serta hiasan dinding klasik jaman belanda tertata rapih. Sebuah lukisan Malang jaman belanda menyambut kedatangan kami. Sebuah mesin jahit klasik--yang masih menggunakan tangan untuk memutar rodanya--diletakkan di bagian sisi kiri jalan masuk, bersanding dengan sebuah alat pengolah kopi yang antik. Seluruh meja juga memiliki tema sendiri di setiap bagian. Sekumpulan meja kursi dari rotan dengan sebuah meja bulat menyambut kami di bagian tengah ruangan. Satu set meja kotak kecil dengan hanya tiga kursi berkaki empat tanpa dari kayu jadi ada di sisi kanan bagian dalam. Dan tiga buah kursi set aneka model dengan warna dan bahan yang memang dibuat klasik. Semua interior tersebut disempurnakan dengan alunan musik klasik--tembang jawa--diiringi musik gamelan.
Romantis klasik.
Pria yang memiliki tinggi 175 senti itu, mengisyaratkan agar aku memilih tempat duduk, sedang dia menuju etalase yang penuh dengan beraneka kue. Aku menuju sebuah meja bundar, tidak terlalu besar, dengan empat buah kursi mengelilingi. Kursi rotan yang sungguh artistik. Suasana yang tidak begitu ramai, seakan sore ini memang privat date untuk kami.
Dia kembali, mengambil duduk di hadapanku. Selang beberapa menit seorang pramusaji berpakaian khas jawa--mengenakan blankon dan beskap--mengantar makanan untuk kami. Dua gelas coktail durian, dua potong brownis original dan pandan, serta seporsi kue entah aku tak tahu namanya. Bentuknya lucu, menyerupai sebuah hati. Mengapa hatiku jadi meleleh ya? Ah! Berlebihan kau Ninda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samudra Cinta Aninda--TelahTerbit
Teen FictionJodoh itu rahasia sang pencipta. kita tak bisa menentukan dengan siapa akhirnya kita akan bersanding. begitu kira-kira yang aku alami, tak pernah terbayangkan bila suatu ketika aku akan bersanding dengan orang yang tak mungkin memilihku mendampingin...