39

188 14 7
                                    

Yuhuuuuuuuu

Typo bertebaran 😂

Happy reading 😘

Terima kasih yang masih setia baca dan kasih vote juga sempetin buat comment 💜 ku sayang kalian💜💜

.

.

Karel menjauhkan telapak tangan Naya dari pipinya saat merasakan jemari Naya bergerak. Dan benar saja, jemari Naya benar-benar bergerak. Melihat perubahan dari Naya, bibir Karel menarik senyuman.

Dikecupnya punggung tangan Naya.

"Sayang, aku tau kamu denger semua yang aku bilang. Bangun sayang, buka mata kamu. Aku disini" ujar Karel sambil mengusap lembut kepala naya.

Kedua kelopak mata Naya perlahan terbuka. Karel yang melihatnya tampak berbinar.

"Sayang kamu udah sadar?"tanya Karel sambil memeluk tubuh Naya yang masih terbaring.

Rama dan Aira langsung menghampiri Naya, Aira menghapus air matanya kasar dan tersenyum.

"Karel, kenapa semuanya gelap? Kita dimana? Aira? Rama? Sam? Adit? Aku takut.. ini gelap" ucap Naya yang sudah membuka kedua kelopak matanya dengan sempurna. Tangannya meraba-raba diudarakan mencari dimana Karel dan yang lainnya berada.

Karel terdiam, apa yang diucapkan dokter tadi benar-benar terjadi. Naya kehilangan jendela dunianya.
Diraihnya tangan Naya yang meraba-raba diudara.

"Sayang, kamu tenang ya. Kamu ada di tempat yang aman kok. Ada aku, Rama sama Aira disini" ucap Karel menenangkan Naya.

Naya mencengkram erat punggung tangan Karel.

"Karel kamu tau kan aku benci gelap! Kenapa kamu diem aja?! Bawa aku keluar dari sini! Rama! Aira! Ayo bawa aku keluar. Aku takut rel.... Aku takut hikss" air mata Naya menetes membanjiri wajahnya.
Karel melepas jemari Aya yang tengah ia genggam, di hapusnya air mata pilu Naya dengan punggung tangannya.

"Sayang kamu yang sabar ya sayang" bisik Karel lirih. Sejujurnya dia juga tidak kuat melihat Naya seperti ini. Aira menutup mulutnya rapat-rapat,dia tak mau Isak tangisnya terdengar oleh Naya. Dia menggenggam erat tangan Rama.

"Karel jawab aku! Kenapa semua nya gelap?! Jawab aku rel! Kamu jangan bohongin aku. Aku udah bilang sama kamu, aku gak suka dibohongin!" Isak Naya yang berusaha bangkit untuk duduk di ranjang. Karel langsung memeluk tubuh Naya dengan erat, agar Naya tak terlalu banyak bergerak.

"Kamu sabar sayang, meskipun kamu gak bisa ngeliat lagi. Aku bakal jadi mata buat kamu" bisik Karel lalu mencium kening Naya.

Naya mendorong tubuh Karel menjauh.

"Nggak! Kamu bercanda! Aku gak mungkin buta! Rama! Aira! Kalian bercanda kan? Kamu bohong rel!" Naya memukul mukulkan tangannya ke udara.

"Karel, kamu bohong kan? Kamu bercanda kan? Aku gak buta kan? Aira jawab! Aku gak buta kan?" Isak Naya sangat pilu, air matanya tak kunjung berhenti. Tangannya mencengkram erat baju rumah sakit yang dia kenakan.

"KAREL JAWAB!! AIRA !!! RAMA!! KALIAN KENAPA DIAM AJA!! AKU GAK BUTA KAN? JAWAB REL!!!!!!" teriak Naya karna Karel dan yang lain tak kunjung menjawab. Karel menggelengkan kepalanya. Tanpa pikir panjang dia langsung memeluk tubuh Naya agar Naya lebih tenang.

"Karel jawab aku! Aku gak mungkin buta kan? Aku masih bisa liat kamu kan? Aku masih bisa liat kalian kan?" Isak Naya dalam pelukan Karel. Jemarinya menarik ujung kaos Karel.
Tangan Karel mengelus lembut rambut Naya.

"Gimana pun kondisi kamu, kita selalu ada buat kamu sayang, aku gak bakal tinggalin kamu sayang. Walaupun kamu gak bisa ngeliat, aku mau berbagi mata sama kamu sayang, biar aku aja yang buta, biar aku aja yang ngerasain gelap. Kalo kamu mau, aku bakal donorin mata aku buat kamu hari ini juga sayang" ucap Karel lirih.
Naya menggelengkan kepalanya.

When I Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang