13. Sepertinya, Aku (Tidak) Mungkin Melepaskanmu

27.2K 3.1K 131
                                    

13. Sepertinya, Aku (Tidak) Mungkin Melepaskanmu

Dengan secangkir kopi yang telah kosong dan sisa seperempat potong lamington cake yang tadi dia pesan untuk membeli waktu, Aksa sepertinya harus menyerah untuk sebuah kebetulan terencana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan secangkir kopi yang telah kosong dan sisa seperempat potong lamington cake yang tadi dia pesan untuk membeli waktu, Aksa sepertinya harus menyerah untuk sebuah kebetulan terencana. Di hari yang cerah nan dingin seperti ini dia mengira kesempatannya untuk berjumpa lagi dengan Naya lebih besar, namun perempuan itu tidak terlihat batang hidungnya sama sekali.

"Mikir apa sih, dari tadi kayaknya nggak tenang gitu?" Celetukan Nina menyita fokusnya dari orang yang berlalu lalang di lantai itu.

"Hm," jawabnya tidak gamblang. "Nothing."

"Kamu nggak seneng aku ngikut, takut ada yang ngeliat kita?" Balas Nina mengutarakan pemikiran yang rupanya juga disimpan Dimas karena sepupunya itu langsung menatapnya awas.

Pada umumnya memang sudah sewajarnya dia merasa demikian, namun kenyataannya, bukan kebersamaan mereka yang menjadi pokok pikirannya saat ini.

"We're old friends having coffee in a public space, kenapa mesti worry?" Jawabnya menempatkan Nina pada posisi yang jelas tidak diinginkan perempuan itu. Terlebih karena mereka memang bertindak lebih daripada itu semalam.

Nina menanggapinya dengan senyum manis tetapi dia tahu perempuan itu menyimpan protes di balik lidahnya.

"Eh, iya, kita udah kenal berapa lama sih? Tiga belas tahun ada kan? Sec dua apa tiga ya kita ketemunya? Gue inget lo dulu polos banget kan, Nin, gara-gara nih anak aja, lo jadi corrupt," ucap Dimas mengubah topik.

"Ngaca dulu," selanya tersinggung. "Lo gatel parah, se Singapur lo jabanin."

Nina tertawa. "Iya, Dim, sampe Madeline nggak kuat sama lo," celetuk perempuan itu menyebut teman mutual mereka yang dulunya adalah pacar 'resmi' Dimas semasa level Secondary.

"Oh iya, sampe lupa dulu ada Madeline Lam, apa kabarnya ya dia? Kalian masih kontak, Nin?"

"Mana bisa, kan habis lo putusin yang terakhir tuh, dia nya marah besar, ya jadinya dia juga nggak enakan deh sama gue. Yakali dia mau keep contact, kita kan practically family," balas Nina tanpa mengatur kata, dan perempuan itu lantas merevisi jawabannya setelah mata mereka bertemu. "Dulu."

Sarkasme yang disengaja itu tentu saja tidak lewat begitu saja baginya. Aksa tersenyum geli dan memutuskan pandangan mereka terlebih dahulu agar perempuan itu tidak bisa menyeretnya untuk merasa bersalah karena bersikap sesuai dengan posisi mereka yang seharusnya.

"Ih, gila, nggak kerasa ya, sekarang Bagas udah seumuran kita dulu aja, padahal pas itu dia masih nak TK. Inget ga tuh, yang kalian bawa dia makan, trus diceramahin heboh sama Aunti jualan dimsum, masih kecil udah punya anak, mana dia nggak mau ambil uang lo lagi dikiranya lo miskin." Dimas terbahak-bahak tidak kuat dan dia mengingat momen memalukan yang disebut sepupunya itu.

Sepertinya, Cinta (UPDATE SUNDAYS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang