24. Sepertinya, (Tidak) Ada Waktu yang Tepat untuk Memulai

26K 3.2K 440
                                    

Sejak kecil Naya sudah dididik oleh Bapak dan Ibuknya untuk memahami bahwa semua yang kita miliki di dunia ini adalah fana dan hanya bersifat titipan dari Yang di Atas, karena itulah dia selalu berusaha untuk tidak mendongak ke atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak kecil Naya sudah dididik oleh Bapak dan Ibuknya untuk memahami bahwa semua yang kita miliki di dunia ini adalah fana dan hanya bersifat titipan dari Yang di Atas, karena itulah dia selalu berusaha untuk tidak mendongak ke atas. Namun melihat kemegahan kantor Hagam Group yang berdiri tegak di area perkantoran paling bergengsi Ibukota tidak urung membuat Naya berpikir bagaimana uang sejatinya adalah alat navigasi dari realita. Tentu saja lebih banyak perbuatan nyata yang bisa dilakukan seseorang dari tempat yang tinggi, daripada mereka yang berada di bawah.

Naya hendak melajukan mobil Aksa ke parkiran basement ketika dia melihat Bapak-bapak berpotongan militer dengan baju safari teburu-buru mengejarnya dari kaca spion. Dia lantas berhenti dan menurunkan kacanya karena Bapak-bapak yang sekiranya memiliki peran sebagai Security gedung itu terlihat awas. 

"Maaf, kenapa ya, Pak?" Ujarnya bingung. 

"Loh... kok..."

"Saya mau parkir, Pak... emang penuh ya?" Jelasnya semakin bingung karena Bapak Security itu menatapnya ragu-ragu.

"Masih bisa Ibu, maaf sebelumnya, saya kira tadi ini mobilnya Bapak Adhyaksa."

"Oh, iya, saya emang lagi bawa mobilnya Aksa kok, Pak..." Naya tersenyum kikuk.

"Lah, kan, biasanya saya yang valetin, Bu. Mobilnya Bapak selalu mangkal di depan lobby sini, Bu. Mahal begini berabe kalau ditaruh di basement, banyak yang nggak becus nyetirnya saya mah takut kalau sampe ada yang nabrak. Silahkan, Bu." Bapak Security itu lantas mempersilahkan dirinya untuk parkir paralel di terrace lobby.

"Gitu ya... ya udah, saya mundur dulu deh, aduh tapi nggak bisa ya... atau... saya mesti lanjut aja terus ntar balik? Pakai karcis atau gimana di sini ya, keluarnya mesti gimana?" Tuturnya tidak yakin karena gedung tersebut didesain dengan one-way entry point saja.

"Mundur aja bisa, Bu, saya lihatkan."

Sedikit gugup karena kini Bapak Security itu memperhatikan cara menyetirnya, Naya menghela nafas lega ketika engine mobil dengan harga tidak biasa itu akhirnya berhenti. Berada di belakang kemudi mobil Aksa menuju ke daerah Sudirman di siang hari merupakan kegiatan uji nyali bagi Naya. Entah berapa kali sudah dia menekan bel untuk menghindari para pengguna motor yang hendak memotong jalan dan kendaraan umum yang kadang mengerem mendadak di depannya.

 Entah berapa kali sudah dia menekan bel untuk menghindari para pengguna motor yang hendak memotong jalan dan kendaraan umum yang kadang mengerem mendadak di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sepertinya, Cinta (UPDATE SUNDAYS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang