10. Sepertinya, Masa Lalu (Tidak) Bisa Diingkari
Aksa tidak ingat kapan terakhir kali dia 'ditraktir'. Yang dia ingat hanyalah suguhan, jamuan, pesta dan sejenisnya.
Ketika dia masih mengenyam pendidikan tingkat dasar di Jakarta dahulu, pernah ada teman sekelasnya yang sedang berulang tahun dan anak itu merayakannya di kantin sekolah mereka dengan semangkuk bakso bagi semua teman sekelas, kecuali dirinya.
Saat teman-teman sekelasnya sedang menyantap makan siang gratis mereka, Aksa muda berdiam seorang diri di atap sekolah dengan sebuah buku dan perut yang sangat lapar.
Tidak ada seorang pun dari mereka yang mengajaknya untuk ikut serta karena mereka semua segan dengannya. Entah dari mana mereka mendapat ide bahwa seorang Adhyaksa Prasaja Hagam tidak akan mau bersantap bersama dengan mereka.
Padahal, Aksa tidak pernah sekalipun bersikap seakan dirinya lebih tinggi dari mereka semua meski memang begitu adanya.
Menjadi anak yang terlahir dengan privilege membuat Aksa belajar untuk mengerti dunia lebih cepat dari teman-teman sebayanya. Di kala mereka semua sedang menikmati kebersamaan tanpa beban, dia diharuskan untuk menjaga citra keluarga Hagam yang telah melekat lahir batin padanya dengan bersembunyi di tempat yang tidak akan didatangi oleh orang.
"Saya bilang juga apa, kamu keras kepala banget sih," sindirnya pada Naya yang menggigil kedinginan karena perempuan itu baru saja kembali dari luar.
Tadi Aksa menawarkan diri untuk menyumbang dana guna membayar bill mereka karena restauran sedang mengalami problem koneksi pada Eftpost machine mereka, tetapi Naya menolak dan meninggalkan dirinya di sana untuk mencari ATM terdekat.
"Malem ini saya yang bayar," ujar Naya menekankan kehendak untuk menolak bantuan darinya. Perempuan itu lantas menghitung uang sebelum menyerahkannya pada waiter sebelum menyerahkannya kemudian.
Aksa sebenarnya tidak nyaman membiarkan Naya menutup bill $195 mereka. Tadi dia sengaja memesan hingga sebanyak itu karena dia sudah berencana untuk mengambil alih pembayaran. Dia tidak menyangka jika Naya akan bersikeras untuk membayar semuanya meskipun dia sudah menawarkan diri.
Hingga umurnya yang ke tiga puluh tahun, Aksa tidak pernah membiarkan seorang perempuan —siapa pun itu— mengeluarkan uangnya sendiri jika sedang bersamanya hingga dunia menempatkan Runaya Khandra Wimala pada jalan hidupnya.
"Udah, nggak perlu nggak enak gitu, kan emang saya niatnya terima kasih sama kamu." Naya mendecak. Mereka sebenarnya sudah menyelesaikan transaksi sejak tadi, namun dia masih enggan meninggalkan restauran tersebut karena Naya tidak kunjung menerima uang dari nya.
"Nah ini sekarang udah bisa lagi, tuh orang bayar pake card," gerutunya tidak terima melihat patron lain tidak mengalami kerepotan yang sama dengan Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepertinya, Cinta (UPDATE SUNDAYS)
Chick-LitAdhyaksa Prasaja Hagam - 30, ISTJ.Ivy Leaguers, Pewaris takhta Hagam Group, Bachelor of The Year Cosmo Indonesia, and Tatler Magazine's Asia's Most Influential. Runaya Khandra Wimala - 25, former ENFP turn ISFP.Generasi Muda Berprestasi Yayasan Luhu...